Evelyn langsung menatap ponsel Diana. Ia tidak mengerti mengapa perempuan itu bisa memiliki foto tersebut."Dari mana kamu mendapatkannya, Diana?" tanya Evelyn sedikit terkejut."Dari pemilik toko tempat pamanku menjual cincin milik Kak Evelyn," jelas Diana, "jadi, apa Kakak mengenalnya?"Evelyn sedikit kebingungan saat memandangi salah satu foto, sedangkan foto lainnya ia tahu betul siapa orang tersebut."Foto pertama aku tidak tahu siapa dia, sedangkan yang kedua itu adalah saudara tiriku. Memangnya ada apa dengan mereka?" Evelyn menjadi sangat penasaran."Dua orang itu menanyakan tentang cincin milik Kakak. Mereka berusaha mengorek informasi dan mencari keberadaan Kak Evelyn," jelas Diana.Evelyn berusaha mengingat orang di foto pertama tersebut, tetapi berusaha sekuat apa pun ia tetap tidak mengenal pria di dalam foto itu."Lupakan saja jika memang Kakak tidak mengingatnya. Nanti kita cari tahu pelan-pelan saja," usul Diana yang menjadi tidak enak karena membuat Evelyn kebingungan
Evelyn dan Diana saling pandang, tak mengerti mengapa security itu melarang mereka masuk."Saya ingin melamar kerja, Pak." Diana berusaha meyakinkan security tersebut."Tidak ada lowongan! Lebih baik kalian pulang saja!" seru security tersebut dengan nada tinggi.Melihat tatapan security tersebut, Evelyn langsung mengerti bahwa urusan itu harus diselesaikan dengan uang. Ia langsung mengeluarkan uang pecahan seratus ribu sebanyak sepuluh lembar."Tolong biarkan kami masuk!" ucap Evelyn seraya menatap sinis karena tidak senang dengan cara security tersebut.Security mata duitan itu langsung menyambar uang dari tangan Evelyn, lalu sambil tersenyum senang ia membiarkan Evelyn dan Diana masuk tanpa menoleh sedikit pun karena asik menghitung uang tersebut."Apa-apaan dengan tempat ini? Kenapa mereka sangat mata duitan?" bisik Evelyn pada Diana."Orang biasa sepertiku berlomba-lomba untuk bisa masuk karena gaji yang ditawarkan sangatlah besar. Malah ada yang sampai rela menjual hewan ternak
Sean benar-benar tidak tega melihat sang anak yang tampak begitu ketakutan. Sejenak terbesit sebuah pikiran jika seseorang pasti telah menyakiti Kelvin dan membuatnya trauma."Kemarilah!" Sean merentangkan kedua tangannya.Meski ragu, Kelvin tetap menghampiri sang ayah lalu memeluknya dengan begitu erat."Ayah akan melindungi, Key. Jadi jangan takut," ucap Sean dengan wajah merah padam saking merasa emosi."Key ingin, Ibu. Key tidak mau bertemu Paman jahat itu lagi!" Tangis Kelvin terdengar semakin kencang.Sean mengerutkan alis, pada akhirnya ada sedikit informasi yang Kelvin berikan. Hanya tinggal mengorek lebih dalam sampai tanpa sadar bocah itu mau menceritakannya."Paman yang mana?" Sean terus mengusap lembut rambut Kelvin."Yang bersama Tante tadi," ujar Kelvin di tengah tangisnya."Bagaimana ciri-ciri Paman itu?""Paman botak itu ada gambar monster … di tangannya."Sean berusaha mengingat kembali pria dengan ciri-ciri yang Kelvin sebutkan barusan. Sampai ia teringat pada sosok b
Namun, Sean tidak punya pilihan lain selain menyetujui permintaan ayahnya tersebut. Meski permintaan tersebut terasa menjijikan baginya."Sial, kenapa harus makan malam?" keluh Sean seraya mengacak-acak rambutnya saking merasa kesal.Meski sangat benci saat harus makan malam romantis dengan perempuan yang tak dicintainya, tetap saja mau tidak mau Sean harus menuruti demi bisa menaruh Nicki di samping Kelvin.Di saat bersamaan terdengar suara bel yang ditekan hingga tiga kali. Seketika itu juga seorang pelayan bergegas menuju ke pintu untuk memastikan siapa yang datang.Hingga satu menit kemudian pelayan itu kembali lagi, lalu menghampiri Sean dengan terburu-buru."Pak, pelayan baru sudah datang," ujar perempuan muda tersebut.Sean tidak mengatakan apa pun lagi dan bergegas menuju ke ruang tamu di mana Diana Tengah menunggunya.Diana sempat terpana saat melihat ketampanan Sean. Meski begitu ia langsung tahu jika pria itu adalah ayah dari anak Evelyn."Saya Diana, terima kasih sudah men
Adam mengurutkan kening, tak percaya jika Kelvin akan mengatakan hal seperti itu diperbincangan pertama mereka. Terlebih bocah itu seakan tak merasa takut padanya sama sekali.Karena tidak tahu harus menjawab apa, Adam lebih memilih untuk diam dan membiarkan Kelvin mengoceh sendiri.Sedangkan Kelvin masih merasa belum puas karena rasa penasarannya belum terpenuhi. Karena itu ia terus mengoceh dan menarik-narik lengan Adam meski tahu sang kakek begitu menyeramkan."Apakah Kakek sering bermain dengan ayah waktu ayah masih kecil?" tanya Kelvin di tengah ocehannya."Memang apa urusanmu?" tanya Adam, ketus.Kelvin masih berusaha untuk tetap tenang. Setidaknya kehadiran sang kakek membuat para bodyguard tersebut tidak berani berbuat sesuatu padanya. Berbanding terbalik saat dirinya yang pertama kali datang ke kota di mana para pria jahat itu sampai berani memukulnya."Karena semua ayah yang Key tahu sering bermain dengan anaknya. Tapi kenapa kakek malah bertengkar dengan ayah?" Kelvin lagi-
"Kami cuma mau main ke taman belakang saja. Memang kenapa?" Nicki yang semula mengendap-endap, kini berusaha untuk terlihat tidak takut di depan seseorang yang tak lain adalah Jonas, si kepala pelayan."Kenapa Anda terlihat seperti pencuri begitu?" Jonas menatap sinis ke arah Nicki.Nicki hanya menghela napas panjang, merasa jika telah lolos dari bodyguard tetapi malah dipergoki oleh kepala pelayan yang menyebalkan itu."Key, kita main di kamar saja," ajak Nicki yang merasa jika tatapan Jonas sangat menunjukan ketidak senangan.Kelvin awalnya kecewa, tetapi bersama Nicki setidaknya sedikit memberi rasa aman.Di sisi lain, Sean merasa tidak tenang meninggalkan Kelvin di rumah hanya dengan Nicki. Ia berusaha memikirkan cara agar bisa menyusupkan seorang penjaga di antara bodyguard. Namun, semua terasa percuma karena Adam selalu memilih sendiri anak buahnya tanpa melalui perantara siapa pun."Tidak perlu khawatir, Pak. Keahlian beladiri Nicki sudah tidak perlu diragukan lagi. Hanya saja,
"Apa maksudmu?" tanya Sean yang masih bingung dengan jawaban Evelyn."Masih harus kujelaskan?" tanya Evelyn dengan nada meninggi.Lagi-lagi Sean tidak mengerti dengan apa yang Evelyn maksud. Ia tidak merasa melakukan kesalahan apapun sampai tiba-tiba teringat kembali tentang makan malamnya dengan Serena tadi, yang mana ada banyak wartawan di hampir setiap sisi."Apa soal makan malam tadi?" Sean merasakan jika itu adalah jawabannya meski Evelyn belum mengatakan apa pun."Kamu bisa makan malam dengan perempuan lain di saat seperti ini?" Nada suara Evelyn semakin meninggi.Benar saja, ucapan Sean tidak meleset, ternyata Evelyn sudah tahu tentang makan malamnya dengan Serena. Ia yakin jika foto-foto dan berita itu sudah menyebar dengan begitu cepat."Aku melakukan ini demi Kelvin yang dijadikan sebuah ancaman," ujar Sean yang secara tidak langsung memberitahu Evelyn jika sang anak sedang dipertaruhkan saat ini."Kenapa kamu selalu saja mengatasnamakan Kelvin? Padahal sepertinya kamu sedan
Kelvin langsung menghentikan langkahnya, lalu berjalan mundur karena berpikir akan dimarahi oleh Adam sehingga tidak berani menatap sang Kakek."Cepat kemari!" titah Adam.Kelvin mengerutkan alis, merasa heran karena sang kakek terus memintanya mendekat. Padahal ia sudah berada di dekatnya meski tidak menoleh dan hanya membelakangi."Key, sudah di sini," jawab Kelvin dengan keringat yang bercucuran, saking gugupnya."Untuk apa kamu kemari tanya Adam yang lagi-lagi menaikkan nadanya, membuat Kelvin semakin ketakutan.Nicki hanya bisa memantau, bingung harus berbuat apa. Terlebih itu adalah Ayah dari bosnya dan juga tidak melakukan kekerasan apapun yang bisa melukai Kelvin.Lain dengan Kelvin yang sedang merasa dilema. Belum lama sang kakek memintanya untuk mendekat, tetapi kini malah menanyakan hal yang jelas-jelas itu adalah perintahnya."Bukannya Kakek yang meminta Key untuk datang kemari?" tanya Kelvin sambil menggaruk kepala yang tidak gatal.Adam merasa jika apa yang Kelvin lakuka