Sean benar-benar tidak tega melihat sang anak yang tampak begitu ketakutan. Sejenak terbesit sebuah pikiran jika seseorang pasti telah menyakiti Kelvin dan membuatnya trauma."Kemarilah!" Sean merentangkan kedua tangannya.Meski ragu, Kelvin tetap menghampiri sang ayah lalu memeluknya dengan begitu erat."Ayah akan melindungi, Key. Jadi jangan takut," ucap Sean dengan wajah merah padam saking merasa emosi."Key ingin, Ibu. Key tidak mau bertemu Paman jahat itu lagi!" Tangis Kelvin terdengar semakin kencang.Sean mengerutkan alis, pada akhirnya ada sedikit informasi yang Kelvin berikan. Hanya tinggal mengorek lebih dalam sampai tanpa sadar bocah itu mau menceritakannya."Paman yang mana?" Sean terus mengusap lembut rambut Kelvin."Yang bersama Tante tadi," ujar Kelvin di tengah tangisnya."Bagaimana ciri-ciri Paman itu?""Paman botak itu ada gambar monster … di tangannya."Sean berusaha mengingat kembali pria dengan ciri-ciri yang Kelvin sebutkan barusan. Sampai ia teringat pada sosok b
Namun, Sean tidak punya pilihan lain selain menyetujui permintaan ayahnya tersebut. Meski permintaan tersebut terasa menjijikan baginya."Sial, kenapa harus makan malam?" keluh Sean seraya mengacak-acak rambutnya saking merasa kesal.Meski sangat benci saat harus makan malam romantis dengan perempuan yang tak dicintainya, tetap saja mau tidak mau Sean harus menuruti demi bisa menaruh Nicki di samping Kelvin.Di saat bersamaan terdengar suara bel yang ditekan hingga tiga kali. Seketika itu juga seorang pelayan bergegas menuju ke pintu untuk memastikan siapa yang datang.Hingga satu menit kemudian pelayan itu kembali lagi, lalu menghampiri Sean dengan terburu-buru."Pak, pelayan baru sudah datang," ujar perempuan muda tersebut.Sean tidak mengatakan apa pun lagi dan bergegas menuju ke ruang tamu di mana Diana Tengah menunggunya.Diana sempat terpana saat melihat ketampanan Sean. Meski begitu ia langsung tahu jika pria itu adalah ayah dari anak Evelyn."Saya Diana, terima kasih sudah men
Adam mengurutkan kening, tak percaya jika Kelvin akan mengatakan hal seperti itu diperbincangan pertama mereka. Terlebih bocah itu seakan tak merasa takut padanya sama sekali.Karena tidak tahu harus menjawab apa, Adam lebih memilih untuk diam dan membiarkan Kelvin mengoceh sendiri.Sedangkan Kelvin masih merasa belum puas karena rasa penasarannya belum terpenuhi. Karena itu ia terus mengoceh dan menarik-narik lengan Adam meski tahu sang kakek begitu menyeramkan."Apakah Kakek sering bermain dengan ayah waktu ayah masih kecil?" tanya Kelvin di tengah ocehannya."Memang apa urusanmu?" tanya Adam, ketus.Kelvin masih berusaha untuk tetap tenang. Setidaknya kehadiran sang kakek membuat para bodyguard tersebut tidak berani berbuat sesuatu padanya. Berbanding terbalik saat dirinya yang pertama kali datang ke kota di mana para pria jahat itu sampai berani memukulnya."Karena semua ayah yang Key tahu sering bermain dengan anaknya. Tapi kenapa kakek malah bertengkar dengan ayah?" Kelvin lagi-
"Kami cuma mau main ke taman belakang saja. Memang kenapa?" Nicki yang semula mengendap-endap, kini berusaha untuk terlihat tidak takut di depan seseorang yang tak lain adalah Jonas, si kepala pelayan."Kenapa Anda terlihat seperti pencuri begitu?" Jonas menatap sinis ke arah Nicki.Nicki hanya menghela napas panjang, merasa jika telah lolos dari bodyguard tetapi malah dipergoki oleh kepala pelayan yang menyebalkan itu."Key, kita main di kamar saja," ajak Nicki yang merasa jika tatapan Jonas sangat menunjukan ketidak senangan.Kelvin awalnya kecewa, tetapi bersama Nicki setidaknya sedikit memberi rasa aman.Di sisi lain, Sean merasa tidak tenang meninggalkan Kelvin di rumah hanya dengan Nicki. Ia berusaha memikirkan cara agar bisa menyusupkan seorang penjaga di antara bodyguard. Namun, semua terasa percuma karena Adam selalu memilih sendiri anak buahnya tanpa melalui perantara siapa pun."Tidak perlu khawatir, Pak. Keahlian beladiri Nicki sudah tidak perlu diragukan lagi. Hanya saja,
"Apa maksudmu?" tanya Sean yang masih bingung dengan jawaban Evelyn."Masih harus kujelaskan?" tanya Evelyn dengan nada meninggi.Lagi-lagi Sean tidak mengerti dengan apa yang Evelyn maksud. Ia tidak merasa melakukan kesalahan apapun sampai tiba-tiba teringat kembali tentang makan malamnya dengan Serena tadi, yang mana ada banyak wartawan di hampir setiap sisi."Apa soal makan malam tadi?" Sean merasakan jika itu adalah jawabannya meski Evelyn belum mengatakan apa pun."Kamu bisa makan malam dengan perempuan lain di saat seperti ini?" Nada suara Evelyn semakin meninggi.Benar saja, ucapan Sean tidak meleset, ternyata Evelyn sudah tahu tentang makan malamnya dengan Serena. Ia yakin jika foto-foto dan berita itu sudah menyebar dengan begitu cepat."Aku melakukan ini demi Kelvin yang dijadikan sebuah ancaman," ujar Sean yang secara tidak langsung memberitahu Evelyn jika sang anak sedang dipertaruhkan saat ini."Kenapa kamu selalu saja mengatasnamakan Kelvin? Padahal sepertinya kamu sedan
Kelvin langsung menghentikan langkahnya, lalu berjalan mundur karena berpikir akan dimarahi oleh Adam sehingga tidak berani menatap sang Kakek."Cepat kemari!" titah Adam.Kelvin mengerutkan alis, merasa heran karena sang kakek terus memintanya mendekat. Padahal ia sudah berada di dekatnya meski tidak menoleh dan hanya membelakangi."Key, sudah di sini," jawab Kelvin dengan keringat yang bercucuran, saking gugupnya."Untuk apa kamu kemari tanya Adam yang lagi-lagi menaikkan nadanya, membuat Kelvin semakin ketakutan.Nicki hanya bisa memantau, bingung harus berbuat apa. Terlebih itu adalah Ayah dari bosnya dan juga tidak melakukan kekerasan apapun yang bisa melukai Kelvin.Lain dengan Kelvin yang sedang merasa dilema. Belum lama sang kakek memintanya untuk mendekat, tetapi kini malah menanyakan hal yang jelas-jelas itu adalah perintahnya."Bukannya Kakek yang meminta Key untuk datang kemari?" tanya Kelvin sambil menggaruk kepala yang tidak gatal.Adam merasa jika apa yang Kelvin lakuka
"Kami sedang membuat es krim, Tuan Adam," jawab Nicki seraya menggenggam tangan Kelvin, berharap jika bocah itu bisa merasa lebih tenang."Apa harus seberisik itu?" bentak Adam yang merasa tidak nyaman mendengar tawa Kelvin.Nicki tidak tahu harus mengatakan apa lagi. Alasan apapun tidak akan diterima oleh Adam karena kebenciannya pada Kelvin sudah begitu besar, hal sekecil apa pun akan menjadi sebuah kesalahan."Maaf Tuan, tapi Kelvin hanyalah seorang anak kecil. Wajar jika ia tertawa sedikit lebih kencang," jawab Nicki yang masih berusaha melindungi Kelvin, meskipun dia tahu konsekuensinya seperti apa.Adam menatap Nicki dengan tajam, sorot mata menunjukkan betapa emosinya pria tua itu."Berani sekali kamu membantah ucapanku!" hardik Adam yang tak senang jika seseorang membalas perkataannya.Nicki hanya diam dan menunduk. Ia benar-benar merasa serba salah pada Adam yang emosinya selalu meledak-ledak.Kelvin sedih saat Niki terus dibentak akibat berusaha membelanya. Merasa jika menja
Diana tidak tahu kenapa ia sampai harus dipanggil ke ruangan Adam, padahal tidak merasa pernah melakukan kesalahan apa pun. Terlebih yang lebih mengherankan adalah kehadiran Nicki dan juga Kelvin yang membuat Diana semakin tak mengerti.Saat Diana memasuki ruangan, Adam yang langsung melihat kedatangannya, dengan segera meminta perempuan itu untuk duduk dekat Kelvin dan juga Nicki."Apa kamu tahu jika bocah ini baru saja hampir tenggelam?" tanya Adam seraya menatap dengan tajam."Apa yang terjadi?" Jantung Diana berdebar kencang saking khawatir pada Kelvin.Karena rasa paniknya itu, Diana bergegas mengecek setiap bagian tubuh Kelvin dan beruntungnya bocah itu hanya terlihat menggigil saja."Anak itu memang pembawa masalah. Aku memanggil kamu kemari untuk menjadi pengasuhnya juga. Aku tidak ingin terjadi keributan lagi di rumah ini!" jelas Adam seraya menatap Kelvin dengan sinis.Pria itu merasa jika Kelvin sangatlah nakal. Dijaga satu orang saja seperti tidak cukup, oleh karena itu Ad
Terima kasih buat semua reader yang sudah mengikuti cerita sampai sejauh ini. Othor bukan apa-apa tanpa kakak² reader.Oh, iya othor mau sedikit menceritakan beberapa kisah tokoh yang nggak muncul di akhir.Ada yang cariin Daren nggak ya? kakak tiri Evelyn yang sempet punya rasa itu akhirnya bisa melupakan istri dari sang atasannya itu, dia memilih untuk melamar kekasih sesama rekan kerja di perusahaan Sean.Lukas, si asisten gila kerja itu lebih milih untuk fokus ngurus perusahaan yang Sean titipin loh. Beberapa kali Sean berusaha ngejodohin sama perempuan malah berakhir di tolak, ya itu semua karena dia gila kerja.Jennifer, kakak tiri Evelyn yang udah insyaf ini milih menjauh dari kehidupan dulu. Dia pergi ke luar negri dan diam-diam menikah dengan warga lokal.Yang lebih mengejutkan, nggak berselang lama setelah Evelyn melahirkan, Nicki melamar Diana di depan orang ramai. Ya, cinta tumbuh karena biasa, kebersamaan bikin benih-benih cinta itu tumbu. Tapi, tenang aja, meski udah bern
Sean tampak kebingungan, tak tahu sang istri hendak mengajaknya ke mana. Sampai saat mereka berdiri di depan sebuah rumah barulah mengerti alasan Evelyn membawanya ke sana.“Kuharap ibu tidak ada sangkut pautnya dengan masalah korupsi dan perdagangan manusia.” Evelyn tampak terus menghela napas berat, terlebih di setiap kali teringat ibunya.Sean tak mau berspekulasi lebih dan hanya berniat untuk menyaksikan apa yang akan terjadi nantinya.“Ibu ….” teriak Evelyn sambil berjalan cepat ke arah pintu.Namun, ketika masuk ke rumah, Evelyn sama sekali tak mendapati keberadaan sang ibu. Ia mencari ke kamar, dapur bahkan ke gudang, tetapi Rose sama sekali tak ada.“Sepertinya ibumu telah pergi, Evelyn.” Sean merangkul sang istri yang tampak sedang kecewa.“Aku tidak menyangka ibu jadi seperti ini.” Mata Evelyn berkaca-kaca.“Sudahlah, mau bagaimana kalau itu semua sudah menjadi pilihan ibu. Lebih baik kita pulang sekarang, Kelvin sudah menunggumu.”Evelyn mengangguk, rasanya ingin menangis t
Namun, pria yang menariknya itu malah seakan tak memperdulikan Evelyn dan terus menarik entah hendak membawanya ke mana.“Lepaskan! Atau aku akan melakukan sesuatu yang membuatmu menyesal!” ancam Evelyn sambil terus berusaha melepas tangan pria itu.Mendadak pria itu menghentikan langkahnya, menatap Evelyn dengan tatapan datar.“Bu Evelyn, saya tidak bermaksud jahat. Maaf karena saya telah lancang membawa Anda dengan kasar, tapi kalau tidak begini saya khawatir Anda akan kabur dan melewatkan apa yang sedang Pak Sean lakukan,” jelas pria itu.“Pak Sean? Siapa kamu? Bukankah kamu warga asli desa ini?” Perasaan Evelyn menjadi tak karuan saat mendengar ucapan pria itu.“Saya anak buah Pak Sean yang bertugas untuk mengawasi Anda karena secara kebetulan juga merupakan warga desa,” terang anak buah Sean itu.Evelyn belum percaya sepenuhnya, tatapan penuh kecurigaan terus ia perlihatkan. Wajar jika perempuan itu tidak langsung percaya karena bagaimanapun dirinya sedang berada di posisi yang me
Noah terus memperhatikan sekeliling, mengawasi Joseph dan Viona, berharap jika kedua orang itu tidak sedang memperhatikannya. Dan benar saja, mereka sedang asyik dengan orang-orang yang sedang berusaha menjilat.“Aku harap ini akan berhasil,” gumam Noah yang segera beranjak, lalu menyelinap keluar dari pesta.Beruntung saat itu tidak ada yang memperhatikannya, sehingga Noah bisa leluasa berjalan ke sana kemari tanpa ada yang mengetahui.Namun, saat ia sampai di rumah, dari kejauhan terlihat ada beberapa orang yang menjaga area sekitar rumah Joseph tersebut, karenanya Noah berusaha untuk terlihat tenang dan menyembunyikan niat buruknya.“Tuan muda, kenapa Anda sudah kembali? Bukankah pesta masih sedang berlangsung?” tanya salah seorang pria yang sedang menjaga rumah Joseph tersebut.“Ayah menyuruhku untuk membawa perempuan itu ke pesta,” ucap Noah yang terlihat begitu gugup.Awalnya para penjaga sedikit tidak yakin dengan ucapan Noah tersebut. Namun, mereka berpikir kembali, untuk apa
Kelvin tidak mengerti dengan maksud ayahnya, tetapi ia tetap mengizinkan selama bisa membawa sang Ibu kembali.“Hati-hati di jalan, Ayah! Jangan lama-lama,” pinta Kelvin sambil melambai.Mata Kelvin berkaca-kaca. Namun, ia berusaha untuk tetap tegar karena itu semua demi kebaikan sang ibu. Beruntung ada Nicki dan Diana yang selalu menemani, setidaknya bocah itu tidak terlalu berlarut dalam kesedihan.“Paman Nick apakah ayah akan pergi lama?” tanya Kelvin yang wajahnya jelas terlihat sedang menahan tangis.“Paman tidak bisa memastikannya, tapi ayah pasti tidak mau berlama-lama jauh dari Key.”Kelvin tersenyum, berusaha untuk kuat. Bocah itu seakan didewasakan oleh keadaan, yang mana di usianya dia sudah mengalami banyak masalah.Di tengah kegelisahan Kelvin, Sean saat itu malah sedang merasa bahagia karena pada akhirnya semua bukti dan saksi sudah terkumpul, hanya tinggal menjalankan rencana yang sudah matang itu.Sean melaju, menuju salah satu gudang terbengkalai yang berada ujung kot
Evelyn begitu mengenali wanita yang kini berada di hadapannya. Bagaimana tidak? ingatan akan kenangan pahit masih terus terngiang, tidak mungkin terlupakan.“Siapa sangka ternyata kita bisa bertemu lagi,” ucap wanita itu.Evelyn benar-benar benci menatap wajah wanita yang terlihat menjijikan itu, melihatnya membuat teringat pada Sean.“Aku kan tidak menyangka akan bertemu dengan wanita menjijikan sepertimu,” ucap Evelyn dengan tatapan sinis.Ucapan Evelyn berhasil memancing emosi wanita itu. Senyum yang semula tampak penuh penghinaan berubah dengan rasa sakit hati yang jelas terlihat.“Jaga ucapanmu itu jika tidak mau ku buat hidupmu lebih menderita!”Melihat wanita itu kesal, Evelyn merasa sedikit puas, setidaknya perempuan itu merasa sakit hati walaupun hanya sedikit.Namun, rasa senang Evelyn hanya bersifat sementara karena saat itu ia malah ditarik secara paksa menuju ke tempat Joseph berada.“Hentikan! Aku tidak ingin pergi dengan manusia jahat seperti kalian!” timpal Evelyn samb
“Apa maksudnya dengan semua ini? Kami datang bersama-sama tapi kenapa malah melarangku untuk keluar dari Desa ini?” Evelyn menatap tajam kedua penjaga gerbang Desa tersebut.“Maaf, ini semua atas perintah Tuan Joseph. Kami tidak mungkin membantahnya,” jawab salah seorang penjaga.“Kenapa dia terus mengusik hidupku?” Evelyn berusaha mengatur nafas yang sesak akibat emosi yang sudah terlalu bergejolak di dada.Evelyn tidak tahu harus berbuat apa, sampai sekilas terbesit sebuah ide yang sepertinya cukup menarik untuk dilakukan. Ia mendekat perlahan ke arah Diana, lalu berbisik, “kalian pergilah duluan! Aku akan menyusul setelahnya.”Diana tidak setuju dengan ide Evelyn tersebut, tetapi berulang kali menolak pun percuma karena atasannya itu terus memaksa dan mengatakan semua akan baik-baik saja “Percayalah padaku!” ungkap Evelyn dengan senyum yang ia tunjukkan demi berusaha menutupi kegelisahannya.“Tapi, Kak …..” Diana masih ragu untuk meninggalkan Evelyn seorang diri.“Sudahlah, yang t
Di saat Sean rengah mengumpulkan banyak bukti untuk menghancurkan Joseph, di sisi lain Evelyn sedang dalam keadaan hancur, terlebih karena Kelvin terus menanyakan tentang keberadaan ayahnya.“Ibu, kapan ayah pulang? Katanya cuma sebentar!” Kelvin terus mengatakan hal tersebut berulang-ulang.“Ibu tidak tahu, mungkin akan lebih lama karena ini masalah pekerjaan,” ucap Evelyn yang matanya berkaca-kaca.“Ayah jahat! Tega sekali meninggalkan Key,” rengek Kelvin yang bertingkah seperti bocah tantrum.Evelyn tak tahu lagi harus mengatakan apa pada Kelvin. Sang anak seakan tak terima dengan kepergian ayahnya, ia bahkan tak bisa membayangkan bagaimana kedepannya, mengingat dirinya sendiri tidak tahu kapan bisa bertemu lagi dengan Sean setelah setelah kejadian sebelumnya.Beruntung Diana dan Nicki seringkali bertindak cepat. Mereka langsung mengajak Kelvin bermain, berusaha mengalihkan perhatian bocah itu.“Apa kamu tahu apa yang sedang terjadi dengan Pak Sean?” tanya Diana sambil berbisik, ta
Sean seketika bingung, merasa tidak kenal dengan perempuan itu.“Siapa kamu?” tanya Sean sambil mengerutkan alis.“Menyebalkan, ternyata kamu sudah melupakanku!” protes wanita itu.Meski berusaha mengingat, tetap saja Sean lupa jika pernah bertemu dengan wanita itu.“Cepat katakan saja siapa kamu!” seru Sean yang tidak suka bertele-tele.Perempuan itu malah tertawa dengan begitu kencangnya. Wajahnya menunjukkan jika ia memiliki maksud yang tidak baik.“Apa kamu ingat kopi tumpah dan penguntit?” Perempuan itu tersenyum licik.Hanya dengan beberapa kata Sean langsung teringat kejadian di mana seorang wanita pernah menumpahkan kopi pada pakaiannya dan mengaku jika dirinya sedang diikuti oleh seorang penguntit.“Apa maumu?” Sean menatap wanita itu dengan wajah datar.Perempuan itu malah tertawa lagi, lalu tatapannya seakan menatap Sean penuh kebencian.“Salahmu sudah mengabaikanku waktu itu, padahal awalnya aku tidak berniat menuruti permintaan Ayah untuk menjebakmu. Tapi sikapmu yang som