Hallo, kembali lagi sama othor yang mau ngucapin terima kasih lagi karena sudah setia mengikuti sampai sejauh ini. Semoga tetap betah ya, othor berharap ada kakak² reader yang mau ninggalin jejak, dengan komen atau vote biar othor makin semangat (╥﹏╥) buat yang sudah setia baca dan selalu ada, terima kasih ya, semoga makin dimudahkan rezekinya. Aamiin
“Jangan terlalu galak seperti itu! Kami hanya ingin makan siang bersama saja,” jawab Joshua dengan santainya.“Sudahlah Evelyn, hanya makan bersama, tidak ada yang salah dengan itu!” sambung Rose dengan begitu santainya.Evelyn murka, tetapi tidak bisa berbuat apa-apa. Ia masih berusaha untuk menghargai sang ibu meski rasanya sedikit menyakitkan jika teringat sang suami dan anak yang tidak diajak makan siang bersama, dan malah orang lain berada di meja makan yang sama dengannya.Rasa makanan yang semula lezat itu mendadak menjadi hambar setelah Evelyn berada satu meja dengan dua orang yang sangat tidak ia sukai.“Evelyn, kenapa cemberut terus? Jangan menjadi seorang pendendam. Ibu tidak pernah mengajarkan itu!” ujar Rose yang tampak tidak senang melihat ekspresi wajah sang anak ketika melirik Noah.Tak ada sepatah kata pun yang terucap dari mulut Evelyn. Ia lebih memilih diam, lalu beranjak dan bergegas pergi meninggalkan ruang makan.“Kenapa Ibu begitu menyukai pria menyebalkan itu?
“Ada apa? Kenapa malah menarikku ke dalam? Ingin membela?” Sean menatap Evelyn tajam dan malah berpikir jika sang istri kini sudah mulai terpengaruh oleh ibunya.“Tidak, bukan seperti itu! Dengar dulu penjelasanku!” bantah Evelyn, berharap jika Sean setidaknya bisa berkepala dingin.“Penjelasan? Apa maksudmu ingin menjelaskan bagaimana sikap ibumu lebih menginginkan kamu dengan laki-laki itu dibanding denganku?” bentak Sean yang suaranya semakin meninggi.Air mata Evelyn menetes dan tanpa sadar sudah membasahi pipi. Ia tak menyangka jika Sean akan mengatakan hal seperti itu. Meski tahu jika sang ibu memang sedikit menyebalkan, tetapi masih berharap jika suaminya itu tidak mengatakan hal buruk tentang Rose.Namun, Evelyn tidak bisa membantah ucapan Sean Karena apa yang suaminya itu katakan memang ada benarnya. Hanya saja ia berusaha mencoba untuk meluruskan kesalahpahaman Sean pada dirinya.“Aku tidak membenarkan perbuatan Ibu, tapi asal kamu tahu, aku sama sekali tidak membela Noah! S
Saat setengah perjalanan Sean melihat ada beberapa orang yang sedang mengelilingi Nicki, tampaknya mereka sedang beradu mulut dan mengeroyok anak buahnya yang seorang diri itu.“Apa tidak bisa dibicarakan baik-baik?” Sean berbicara dari kejauhan sebelum orang-orang itu bertindak gegabah dan menghajar Nicki.Kerumunan yang semula fokus terhadap Nicki itu langsung menoleh ke arah Sean, mereka menatap dengan penuh kebencian.“Salahnya sendiri berusaha mendoktrin seorang anak Kepala Desa,” ujar salah seorang pria.“Tidak, saya hanya menceritakan bagaimana keadaan di kota saja,” ungkap Nicki dengan wajah yang terlihat panik. Setidaknya di tengah kepungan warga itu, ia masih berusaha untuk membela diri.“Itulah yang kami maksud! Jangan menceritakan tentang hal baik di kota! Noah adalah calon penerus Kepala Desa nantinya. Jangan membuatnya berpikir untuk pergi dari Desa ini!” teriak salah seorang warga dengan begitu lantangnya.Sean mengerutkan alis, baru tahu jika ternyata pola pikir warga
Sean merasa heran dengan sikap Noah yang sedikit aneh itu. Ia pun langsung turut mengedarkan pandangan, berusaha melihat apa yang sebenarnya pria itu cari. Dan ternyata sama sekali tidak ada yang aneh di sekitar mereka.“Apa yang sedang kamu cari?” tanya Nicki yang sedikit penasaran dengan tingkah Noah.“Aku sedang mengawasi sekitar, takutnya ada Ayah atau Paman yang tak sengaja melintas.”“Sepertinya situasi sedang aman. Kalau begitu katakan apa yang ingin kamu katakan barusan!” titah Nicki, sudah tidak sabar ingin tahu apa yang hendak Noah sampaikan.Sebelum berbicara Noah menarik nafas dalam, tampaknya yang hendak disampaikan adalah sesuatu yang cukup penting dan bersifat rahasia.“Ayahku ingin Evelyn menikah denganku,” ucap Noah sambil setengah berbisik.Sean mengepalkan tangan, emosinya mulai bergejolak kembali, dadanya sesak, dan kepala terasa mendidih.“Tapi, Bu Evelyn sudah memiliki suami. Bagaimana ayahmu bisa berencana seperti itu?”Noah mengedarkan pandangan, mengecek situa
Sambil berjalan Evelyn terus menghela nafas, entah kenapa menemui sang Ibu menjadi terasa begitu menyesakkan dada.Evelyn membuka pintu dengan perasaan berdebar, tak tahu apa yang akan ibunya bicarakan.“Ya, ada apa, Bu?” tanya Evelyn sambil berusaha menorehkan senyum.“Ibu ingin berbicara sebentar,” ucap Rose dengan wajah yang terlihat begitu serius.Saat itu Evelyn merasakan firasat buruk ketika melihat ekspresi wajah sang ibu.Evelyn lantas, mengikuti ibunya untuk duduk di taman.“Jadi, apa yang ingin Ibu bicarakan?” tanya Evelyn yang jantungnya sejak tadi terus berdebar tak karuan.“Soal Noah apa saja yang sudah kamu ceritakan padanya?” Rose menatap Evelyn tajam, tampak ada kekesalan di wajahnya.Evelyn terdiam sejenak, firasat buruk tentang Rose pun akhirnya terjadi. Sang ibu benar-benar menanyakan soal Noah.“Aku tidak menceritakan apa-apa padanya,” jawab Evelyn yang bahkan enggan menatap mata sang ibu.Namun, tatapan Rose menunjukkan ketidak percayaannya pada sang anak. Ia masi
“Key, ingin pulang! Key tidak mau di sini lagi!” teriak Kelvin yang terus menutup wajahnya.Hal tersebut yang pertama kali Sean dan Evelyn dengar saat keluar dari kamar dan tentu saja ucapan anaknya itu membuat mereka menjadi kebingungan.“Apa yang terjadi, Diana?” tanya Evelyn yang bergegas memeluk buah hatinya itu.“Tadi saat Kelvin sedang bermain, sekilas aku melihat sekelebat bayangan dari jendela itu!” Diana menunjuk ke arah jendela samping yang ukurannya cukup besar.Tanpa berpikir panjang Sean langsung ke arah halaman samping, disusul oleh Nicki yang berusaha untuk mengecek keadaan di sana.“Pak, kenapa Anda begitu nekat mengecek hal seperti ini sendirian? Bagaimana jika ini berbahaya?” protes Nicki dengan wajah tegang.“Aku yakin jika ini hanyalah perbuatan orang tidak ada kerjaan.” Sean mengedarkan pandangan berusaha mengecek sekitar jendela besar samping villa itu.Benar saja, di sana terdapat sebuah jejak seukuran sepatu pria dewasa tepat di bawah jendela. Tampaknya memang
Bukan hanya Sean dan Kelvin, Evelyn pun tak kalah terkejut dan merasa heran dengan jawaban sang ibu.“Kenapa tidak boleh, Bu? Evelyn mengerutkan alis sambil memasang wajah yang terlihat tidak senang“Setidaknya tinggallah untuk beberapa hari lagi!” pinta Rose dengan wajah yang terlihat sedikit kesal.“Memangnya ada apa, Bu?” Evelyn merasa bersalah, padahal sebelumnya sudah menjanjikan pulang, tetapi malah jadi seperti itu.“Ada festival di desa ini. Setidaknya tetap tinggal demi acara itu.” Rose menatap Evelyn dengan penuh harap.Evelyn yang sedang merasa kebingungan itu langsung melirik ke arah Sean dan Kelvin, yang mana keduanya menunjukkan wajah kecewa.Merasa jika tidak mungkin bisa berdiskusi di depan ibunya, Evelyn pun berniat untuk membahas masalah itu di villa saja.“Kalau begitu kami pulang dulu, nanti akan ku kabari lagi,” ucap Evelyn yang langsung menuntun Kelvin dan Sean.“Ya, pikirkanlah dengan baik! Festival ini hanya ada satu kali dalam setahun. Ibu ingin kamu berpartis
Diana bertingkah seolah tak terjadi apa-apa. Ia tidak ingin jika Evelyn atau Sean sampai mencurigainya. Beruntung tanpa harus mencari jauh, gadis itu sudah bisa bertemu dengan Nicki yang tak sengaja berpapasan saat berjalan di koridor.“Kemari sebentar!” Diana melambai dengan suara setengah berbisik.Nicki mengerutkan alis, tapi tak banyak bertanya dan langsung mengikuti Diana menuju ke luar penginapan.Sebelum berbicara, Diana menatap sekeliling dulu demi mengecek keadaan sekitar. Setelah aman, barulah menunjukan secarik kertas itu pada Nicki.“Apa ini?” Nicki memandangi kertas dengan keheranan.“Baca saja!” titah Diana yang matanya tak henti mengawasi sekitar.Nicki langsung membuka lipatan kertas dan membacanya. Pria itu langsung mengerutkan kening saat tahu tulisan di dalamnya.“Seseorang berusaha meneror Kelvin? Benar-benar tidak masuk akal! Bisa-bisanya mereka menargetkan anak kecil.” Nicki meremas kertas dengan sangat kencang, membuat kertas yang sudah kusut itu menjadi semakin