Beranda / Rumah Tangga / Tuan Pewaris, Nyonya Memilih Pergi / Chapter 49 Kesepakatan Tercapai

Share

Chapter 49 Kesepakatan Tercapai

Penulis: Sya Reefah
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-04 02:31:02

Henry berdiri tegak di depan jendela besar kantornya, dia memandangi pemandangan kota yang sibuk di bawah sana.

Suara klakson dan hiruk-pikuk kota bergema hingga ke atas, namun Henry tenggelam dalam pikirannya sendiri.

Pikirannya kembali pada Eva dan Samuel. Kedekatan mereka begitu jelas di depan matanya, setiap tawa mereka, setiap percakapan hangat yang mereka bagi.

Henry merasa seolah ada dinding tak kasat mata yang memisahkannya. Dia sadar jika dirinya tidak mencintai Eva, tidak seharusnya merasa seperti ini, rasa tidak terima itu terus menghantui hatinya.

Setiap kali dia melihat Eva tersenyum pada Samuel, ada rasa tidak terima yang menyelimuti hatinya.

Dia menarik napas dalam-dalam, mencoba meredakan emosi yang terus mengganggu. “Kenapa aku harus peduli?” gumamnya pelan, bertanya pada dirinya sendiri.

Namun seberapa keras pun dia mencoba menyangkal, rasa tidak terima itu sudah berakar kuat. Matahari siang yang menyengat hanya menambah panas di hatinya, membuat perasaannya sema
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terkait

  • Tuan Pewaris, Nyonya Memilih Pergi    Chapter 50 Makan Malam

    Henry melangkah masuk ke restoran, alisnya terangkat saat melihat suasana romantis di sana. Lampu-lampu redup dan lilin-lilin menyala lembut menciptakan suasana hangat.Restoran itu juga tampak sepi, semua kursi kosong seolah semuanya sudah diatur. “Kenapa seperti ini?” pikirnya, kedua matanya menyusuri setiap sudut. Dia melirik ke arah Ryan, berharap mendapat penjelasan. Namun Ryan hanya nyengir kuda di hadapannya. Henry memutar kedua matanya malas, sudah dia duga jika semua suasana romantis di sana adalah ulah Ryan.Ryan beralibi, “Saya hanya menjalankan tugas dari Tuan Besar, Tuan.”Tuan Besar? Kening Henry berkerut bingung, antara percaya dan tidak. Henry menatap Ryan dengan tatapan tajam. “Kau mengatakannya pada Papa?”Ryan mengangguk, tetapi anggukan kepala berubah menjadi gelengan dalam waktu singkat. “Sebenarnya Tuanmu itu siapa? Kenapa kau menuruti ucapan Papa?” Henry berkata dengan sedikit ketus.“Di atas Tuan ‘kan masih ada Tuan Besar. Siapa tahu kalau nanti saya mend

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-05
  • Tuan Pewaris, Nyonya Memilih Pergi    Chapter 51 Siapa yang Salah?

    Henry duduk menyandarkan punggungnya pada kursi dengan gaya angkuhnya, jari-jemarinya mengetuk meja. Kedua matanya memerhatikan Eva yang bergerak secara perlahan.Sepanjang makan malam, istrinya terlihat diam, tidak banyak berbicara. Bahkan kedua mata itu tidak pernah memandang ke arahnya. Dalam hati, dia berharap bisa melihat senyum di wajah Eva, tetapi yang terlihat hanya raut serius dan canggung yang semakin menambah ketegangan di antara mereka.Dia tak bisa menyembunyikan rasa iri yang menggerogoti hatinya. Kenapa senyuman itu hanya untuk Samuel? Tidak untuknya, yang notebene suami sahnya.Interaksi antara Eva dan Samuel masih teringat jelas dalam pikirannya. Tawa yang tulus, tatapan yang hangat, dan bahasa tubuh yang penuh keakraban. Henry merasa terasingkan, seperti bayangan yang tak ingin terlihat. Dia bertanya-tanya, apa yang membuat Eva begitu hidup saat bersama Samuel? Sementara bersamanya, istrinya terlihat seperti patung yang terperangkap dalam kesunyian. Bahkan selama

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-06
  • Tuan Pewaris, Nyonya Memilih Pergi    Chapter 52 Makanya, Jangan Kegedean Ego dan Gengsi!

    Ryan berdiri di luar Restoran, suasana malam yang tenang mengelilinginya. Dia menunggu dengan perasaan penuh harap, mengamati mobil berlalu lalang dan lampu-lampu kota yang berkelap-kelip.Tiba-tiba pintu Restoran terbuka, dan sosok familiar muncul dari dalam, yaitu Eva.Ryan terkejut, dia mengira jika makan malam itu lebih lama. Baru satu jam tuan dan nyonya-nya menikmati makan malam bersama, ternyata Eva sudah keluar lebih dulu. Perasaannya merasa ada yang tidak beres selama makan malam di dalam sana.“Nyonya?” Wajahnya mulai panik, sesekali Ryan menoleh ke dalam Restoran memastikan apakah Henry juga akan keluar. “Anda sudah keluar? A-apa ada yang bisa saya bantu, Nyonya?”Eva menatapnya dengan tersenyum hangat, seolah tidak ada yang terjadi di dalam Restoran. “Terima kasih atas perhatiannya, Asisten Ryan. Anda bisa masuk, saya rasa saya harus kembali, sepertinya malam sudah larut.”“Eh, Nyonya?” Ryan menanggapi dengan kebingungan, seolah kata-kata itu baru saja menghantamnya. “Apa

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-08
  • Tuan Pewaris, Nyonya Memilih Pergi    Chapter 53 Dua Orang Tidak Sadar Diri

    Julia duduk di sofa sambil menimang-nimang ponselnya, pikirannya terus berputar mencari cara untuk menarik perhatian Henry. Dia menatap layar ponsel yang kosong, jari-jarinya dengan lembut menekan layar ponsel, membiarkan menyala dan mati berkali-kali. Karena baru saja keluar dari rumah sakit karena sakit pura-puranya itu, Henry melarangnya bekerja dua hari ke depan. Tak bertemu dengan Henry tentu saja membuatnya terasa hampa.Sakit pura-puranya sudah cukup untuk menarik perhatian Henry, tetapi sekarang dia ingin lebih dari itu. Dia ingin membuatnya merasa bahwa dia adalah satu-satunya.Dia berdesis pelan, berbicara pada dirinya sendiri. “Kalau aku memintanya datang, apa dia akan datang?”“Hmm … dia pasti tidak akan menolak, bukan? Aku akan membuat dia hanya mengingatku.” Julia tersenyum sinis penuh dengan percaya diri. Dengan cepat Julia mengetik pesan di ponselnya memulai basa-basi : “Henry, bolehkah aku besok bekerja? Aku merasa sangat kesepian dan bosan di apartemen. Please … ak

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-11
  • Tuan Pewaris, Nyonya Memilih Pergi    Chapter 54 Rencana Tersembunyi

    Eva meregangkan semua otot-ototnya setelah seharian full bekerja hingga tengah malam. Tubuhnya terasa pegal-pegal, setiap gerakan menimbulkan rasa nyeri yang menyengat. Dia menghela napas, berusaha mengusir kelelahan yang menyelimuti. Hari-hari belakangan ini terasa begitu berat, dan dia tahu sudah saatnya untuk mengambil sedikit waktu untuk dirinya sendiri.Dengan langkah lambat, Eva menuju kamar mandi. Dia mulai menanggalkan satu per satu pakaian lalu menyalakan shower, air dingin mulai membasahi dirinya, membantu merelaksasi otot-ototnya yang tegang. Setelah beberapa saat, Eva keluar dari kamar mandi, merasa lebih segar. Dia mengenakan piyama yang nyaman dan menyeduh secangkir teh chamomile, yang memberi rasa tenang dari setiap aromanya.Eva membuka ponselnya, melihat jumlah uang yang ada di tabungannya. Uang sebesar 50.000 dollar tersimpan di dalamnya.Napasnya berhembus berat, uang itu masih sangat sedikit untuk mencapai jumlah 50 juta dollar. Dia harus mengumpulkan lebih banya

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-13
  • Tuan Pewaris, Nyonya Memilih Pergi    Chapter 55 Terlalu di Manja

    Julia melangkah masuk ke ruangan Henry dengan semangat baru. Setelah beberapa hari libur, dia merasa siap untuk kembali menghadapi dunia kerja. Henry mengalihkan pandangannya melihat kedatangan Julia. “Kau sudah datang?” Dia bergerak mundur tanpa beranjak dari kursi kebesarannya, mengambil dokumen di dalam lacinya dan memberikannya pada Julia. “Ini adalah jadwal terbaruku, kau bisa mempelajarinya.”Henry kembali fokus pada layar komputer, karena banyak yang harus dia selesaikan hari ini. Julia mengerutkan keningnya saat mendengar ‘jadwal terbaru’ dari mulut Henry, matanya menelisik setiap lembar demi lembar dari susunan jadwal tersebut.“Henry,” panggilnya, berusaha menahan nada kecewa. “Kenapa jadwal yang sudah aku susun berubah tanpa pemberitahuan? Dan kenapa tiba-tiba banyak sekali jadwal kosong?”Henry, yang sedang fokus di layar komputernya, menoleh dengan cepat. “Oh, maaf, aku harus mengubahnya. Aku meminta Ryan memperbarui jadwalku saat kau sakit, tidak mungkin aku memintamu

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-14
  • Tuan Pewaris, Nyonya Memilih Pergi    Chapter 56 Agak Lain

    Julia melangkah cepat menuju ruangan Henry, tangan kanannya menggenggam berkas penting yang sudah dia persiapkan. Saat dia membuka pintu, suasana di dalam ruangan terasa sepi. Meja kerja Henry tertata rapi, namun ia tidak melihat sosok pria itu di mana pun. Julia melangkah masuk, mengamati sekeliling. “Henry?” panggil Julia, suaranya menggema di dinding-dinding ruangan. Tak ada jawaban. Dia menaruh berkas di atas meja dan menyusuri setiap sudut ruangan. Namun, tidak ada tanda-tanda keberadaan Henry, sementara pikirannya terus bertanya-tanya di mana Henry saat ini.Tiba-tiba, suara langkah kaki terdengar dari koridor. Julia menoleh, harapannya tumbuh. Namun, yang muncul adalah rekan kerjanya Ella, yang terlihat terburu-buru. “Kau melihat Henry? Eh … maksudku Tuan Henry,” tanya Julia, wajahnya tampak serius.Ella menggelengkan kepala. “Tidak. Aku baru saja datang membawa berkas penting untuknya.”Batinnya berbicara, “Dia ke mana, ya? Kenapa aku tidak melihatnya keluar?” “Sepertinya

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-16
  • Tuan Pewaris, Nyonya Memilih Pergi    Chapter 57 Keributan

    Henry dan Samuel kembali melempar pandangan sengit, ketegangan di antara mereka membara. Moccacino yang diletakkan Eva di meja mengeluarkan uap, menciptakan suasana yang kontras dengan perasaan mereka. Sementara Eva yang berdiri di tengah-tengah mereka terkejut, merasakan ketidaknyamanan. Dia harus pergi dari sana, jika tidak, pasti semua tahu siapa dirinya. Dan bisa saja akan menimbulkan keributan saat di Kafe.“Tuan-Tuan, jika kalian punya masalah, tolong selesaikan berdua. Saya ingin kembali bekerja.”Di sana Samuel menatap Henry dengan tatapan menantang. “Jauhkan tanganmu darinya!”Karena tidak terima, Henry sedikit menarik Eva ke arahnya, kemudian berkata tegas, “Dia Istriku! Jadi kau tidak berhak mengatakan itu padaku!”Dalam hati, Eva merasa terjebak di antara dua pria yang kuat, dan dia hanya ingin pergi dari situasi yang tidak nyaman ini.Bukannya takut, Samuel justru menarik Eva mendekat ke arahnya. “Kau tidak bisa menjaga Istrimu sendiri!”Eva yang merasa kesal saat tubuhn

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-18

Bab terbaru

  • Tuan Pewaris, Nyonya Memilih Pergi    Chapter 167 Membenarkan Mitos

    Tuan Lawson tergelak melihat ketidak sabaran istrinya. Wanita memang memiliki kesabaran seperti kapas yang terendam didalam air. “Ada legenda lokal yang mengatakan jika pasangan berciuman di atas kapal yang mengelilingi danau, mereka akan diberkati keberuntungan dan kelanggengan hubungan.” Tuan Lawson mulai menjelaskan, sedangkan Sophia mendengarkan dengan penasaran. “Dan aku rasa … Tuan Henry ingin memastikannya setelah mendengar percakapan pengunjung.” Perkataan itu diakhiri dengan kekehan renyah darinya.Selama di dermaga, mereka selalu berjalan beriringan mengawasi para istri yang berjalan lebih dulu. Percakapan itu juga bisa didengar olehnya. Dia tidak percaya jika seorang Henry, yang terkenal dengan keangkuhannya bisa begitu mudah percaya dengan mitos yang baru saja didengarnya. Henry yang selama ini selalu rasional pada hal-hal yang tidak masuk akal itu tiba-tiba saja tertarik. Dia mendengarkan dengan serius selama di dermaga, cerita itu seperti kebenaran yang tak terbantah

  • Tuan Pewaris, Nyonya Memilih Pergi    Chapter 166 Mitos

    Para rombongan turis baru saja menuruni kapal yang mengangkut mereka mengelilingi danau. Suasana sedikit ramai, namun menyegarkan saat udara sejuk membawa aroma segar pegunungan. Di dermaga tampak sibuk, beberapa turis dan lainnya berjalan dengan arah berlawanan. Eva dengan wajah cerianya tengah berbincang dengan Sophia. Tak ada yang mengganggu percakapan mereka.Sementara Henry dan Tuan Lawson jarang beriringan di belakang mereka, membiarkan para wanita itu berbincang lebih banyak. Namun, di tengah keramaian itu, Henry mendengar sesuatu yang menarik perhatiannya. Salah satu seorang turis tengah berbincang dengan rombongan mereka, berbisik di dermaga tentang sebuah mitos yang terkait dengan danau tersebut. “Aku mendengar mitos menganai danau ini, katanya, kalau pasangan yang berkeliling di danau dan berciuman di atas kapal, hubungan mereka akan mendapatkan keberuntungan dan bertahan selamanya,” ujar turis itu dengan penuh semangat. “Aku ingin sekali mencobanya.”“Kau mau mencoba

  • Tuan Pewaris, Nyonya Memilih Pergi    Chapter 165

    Pagi itu, Henry dan rombongannya memulai perjalanan mereka mengelilingi pemandangan alam yang memukau. Di tengah hamparan pegunungan Alpen yang menjulang tinggi, terdapat danau yang tenang seperti hamparan cermin. Pemandangan itu begitu memukau membuat senyum Eva tak pernah pudar dari wajahnya. Biasanya, dia hanya bisa melihat semua itu dari gambar. Sekarang, kakinya benar-benar berpijak di sana. Henry yang berada di sampingnya, bisa melihat kebahagiaannya yang menyatu dengan pemandangan di sekitar mereka. Saat dia melihat Eva, rasanya dia ingin menghentikan waktu, bahkan dalam pikirannya, dia ingin membawa wanita itu ke sisi lain dunia di mana hanya ada mereka berdua. Dia hanya tidak ingin senyum di wajah istrinya dilihat orang lain. Di dunia itu dia ingin membuat kebahagiaan yang tak pernah terukur untuk Eva. Henry menggenggam tangan Eva semakin erat, tak ingin melepaskan momen ini sedetikpun. Hatinya dipenuhi dengan perasaan yang tak terungkap. Di matanya, senyum Eva adalah i

  • Tuan Pewaris, Nyonya Memilih Pergi    Chapter 164 Flashback

    Setelah telepon berakhir, Henry kembali ke kamar. Matanya menatap ke arah Eva yang sudah tertidur. Dalam tidurnya itu wajahnya tampak tenang. Pikirannya kembali teringat beberapa menit berlalu, bagaimana wajah Eva yang menyimpan keraguan padanya. Henry menghela napas sambil mendongak ke atas. Bagaimana aku menebus semua dosa-dosaku?****4 tahun yang lalu.Apabila banyak orang berpikir, menikah dengan seorang Henry adalah surga dunia, tetapi tidak seperti yang mereka bayangkan. Pernikahan mereka begitu dingin, seperti tidak ada nyawa dalam kehidupan mereka. Dunia mereka seperti saling bertabrakan.Eva adalah sosok yang hangat dan perhatian, selalu mengutamakan orang lain. Sementara Henry adalah orang yang dingin, acuh tak acuk, dan selalu berkata tajam. Tak pernah memberikan kesempatan untuknya masuk ke dalam kehidupannya lebih dalam. Eva selalu merasa terasingkan. Bahkan dia selalu disembunyikan dari publik, tak seorang pun Henry biarkan mengetahui Eva. Dia begitu malu. Betap

  • Tuan Pewaris, Nyonya Memilih Pergi    Chapter 163

    Eva membaringkan tubuhnya di tepian kasur dengan posisi membelakangi Henry, dan segera memejamkan kedua matanya.Kasur ini memiliki ukuran besar, tapi tetap saja rasanya terlalu kecil saat Henry ada di sini. Dia berusaha terpejam dan menghilangkan gejolak di hatinya. Baru saja matanya terpejam, suara Henry terdengar dari belakang.“Eh!”Suara Henry cukup membuat dirinya reflek terjingkat dan membuka matanya.“Sangat tidak sopan kalau membelakangi suamimu sendiri.” Henry melanjutkan. Detik itu juga, Eva mengubah posisi tidurnya menjadi terlentang. Matanya menatap ke langit-langit kamar. Campuran perasaan tergambar jelas di wajahnya, dia sangat pasrah dan sedikit jengkel. Huh? Tidak sopan?Henry mengubah posisinya menyamping dengan satu tangannya dia gunakan untuk menyanggah kepalanya. “Kau tidur di tepi sana, apa memang kau berniat akan tidur di lantai?” Henry berkata lebih dramatis.“Kau tidur berniat memunggungiku, dan tidur di pinggiran kasur. Jujur saja … apa kau benar-benar i

  • Tuan Pewaris, Nyonya Memilih Pergi    Chapter 162

    Tuk!Tuk! Suara pantofel miliknya memenuhi ruangan. Perlahan dia mendekati Eva. “Eva….” Suaranya pelan, nyaris berbisik. Dia berdiri tepat di hadapan istrinya. Pandangannya menunduk, mengarah pada istrinya di bawah sana. Eva tidak mundur ataupun menghindari tatapannya. Dia justru mendongak, memerhatikan wajah serius Henry. Saat ini, dia mengamati tatapan dalam Henry bagai lautan yang tak bisa dia jelajahi kedalamannya. Tatapan itu bisa menenggelamkannya dalam sesaat. Setelah beberapa detik berlalu, Henry melanjutkan ucapannya, “Kau dan aku adalah dua orang dewasa dan sudah menikah bertahun-tahun. Aku rasa … kau pasti bisa memahami apa yang aku katakan tadi.”Henry mengarahkan wajahnya lebih dekat dengan wajah Eva. “Apa aku perlu memberikan contoh secara langsung padamu?” Tiba-tiba saja suaranya terdengar serak, seperti menahan sesuatu yang bergejolak dalam dirinya. Eva menelan ludahnya dan mengalihkan pandangannya ke samping kanan, menghindari tatapan Henry. Tampaknya, dia pa

  • Tuan Pewaris, Nyonya Memilih Pergi    Chapter 161 Ambigu

    “Sudah kukatakan sebelumnya, pakai baju tebalmu. Kenapa kau tidak mendengarku?” Henry menatapnya dengan serius. Sikap lembutnya berubah menjadi keposesifan yang sulit disembunyikan. “Di sini bukan seperti di rumah. Kau harus memakai baju tebal setiap keluar!”Eva menyipitkan matanya, memerhatikan setiap perhatian Henry. Akhirnya, dia pun membuka suara, “Kenapa kau tiba-tiba sangat posesif?” Dia ingin mendengar jawaban pria itu.Namun, Henry tidak menjawab, dia hanya memastikan mantel itu terpasang dengan sempurna, lalu menggenggamnya dengan erat dan menariknya turun. Eva tidak menolak. Dia membiarkan Henry menuntunnya turun, meski dia sedikit kecewa karena Henry tidak menjawab pertanyaannya. Tak mau kalah, Tuan Lawson pun menunjukkan kepeduliannya pada istrinya. Dia memakaikan istrinya dengan pakaian tebal, memastikan istrinya tetap dalam kondisi hangat. Sophia yang awalnya menerima perhatian itu dengan senang, lama-lama merasa tidak nyaman. Pakaian tebal itu terlalu banyak, me

  • Tuan Pewaris, Nyonya Memilih Pergi    Chapter 160 Wanita tak Sadar Diri

    “Apa aku harus membantumu untuk sembuh, Nona Julia?” Samuel mengakhiri ucapannya dengan raut wajah yang terkesan meremehkan Julia. Darah Julia semakin mendidih. Tangannya yang mengepal di bawah meja itu semakin menguat, tetapi dia berusaha keras menahannya agar tidak kehilangan kendali. Dengan suara gemetar, Julia berkata, “Kau tidak tahu apa yang aku alami, Samuel! Kau tidak berhak mengatakan itu semua!” Matanya dipenuhi dengan kilatan kemarahan, ia melanjutkan, “Jangan kira kau berbicara sembarangan, itu berarti kau benar! Kau sendiri juga korban yang dicampakkan oleh Eva!”Dada Julia naik turun saat mengatakannya.Namun kemarahannya itu hanya membuat Samuel tertawa karena lucu. Rasanya, dia ingin tertawa lebih keras. “Apa kau benar-benar tidak sadar posisimu, Nona Julia? Atau kau memang tidak bisa memahami bahasa manusia yang aku katakan?” Mata Julia semakin menggelap, karena emosi mulai menguasai dirinya. Samuel kembali membeberkan semua isi kepalanya dengan santai. “Yang h

  • Tuan Pewaris, Nyonya Memilih Pergi    Chapter 159 Ejekan

    “Aihh … jangan memanggilku Nyonya, panggil saja Sophia.” Sophia melayangkan protesnya. “Dilihat-lihat sepertinya kita seumuran.”Eva tersenyum malu-malu, dia belum terbiasa jika memanggil orang yang memiliki kasta tinggi dengan sebutan nama saja. Percakapan mereka terus berlanjut, membahas perjalanan mereka selama di Swiss, tempat-tempat yang ingin mereka kunjungi, dan bagaimana mereka bisa bersantai dan menikmati waktu bersama. Meski awalnya terasa agak canggung, percakapan mereka mulai mengalir lebih lancar. Eva merasa nyaman berada di sana, merasa sedikit lebih rileks setelah membiarkan dirinya berbicara lebih banyak.Henry yang berada di sisi Eva, ikut tersenyum mendengar percakapan mereka. Tatapan matanya menunduk, menatap Eva tanpa beralih sedetikpun. Dia melihat Eva dengan cara yang berbeda pagi itu, seperti ada sesuatu yang baru tumbuh dalam diri istrinya. Mungkin, perjalanan ini memang apa yang mereka butuhkan. Sebelum mereka memasuki ruang keberangkatan, Tuan Lawson berk

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status