Sam dan Pak Agung saling pandang.
Mereka sudah tidak sabar menunggu jawaban dari pria bertubuh gemuk itu.Ternyata Pak Bambang tetap dengan pendiriannya.Sejak awal dia lebih memilih untuk bungkam.Dengan terbata dia berkata, "A-aku tidak akan mengatakan siapa o-orangnya. Si-silahkan lakukan apapun padaku!" wajahnya tertunduk.Sam merasa tidak puas mendengar jawaban dari Pak Bambang.Dia pun menarik kerah baju pria itu karena sudah kesal menahan emosinya dari tadi."Kenapa? Berapa dia membayarmu? Aku akan menggantinya berapapun yang kau mau," ucap Sam tepat di depan wajahnya.Pak Bambang hanya diam.Sam yang sudah kehilangan kesabaran akhirnya ingin memberi pria ini pelajaran, “Beri dia pukulan yang banyak!” titahnya pada anak buah Pak Yudi.Mereka berdua mengangguk dan langsung menghajar Pak Bambang tanpa ampun.“Awwww! Lepaskan aku! Aku mohon hentikan!” teriaknya di sela-sela ringisan menahan rasSonia yang masih penasaran dengan Sam memutuskan untuk mengikuti pria itu hari ini.Dia ingin mencari tahu apa saja kegiatan yang Sam lakukan apabila sudah di luar kantor.Setelah jam kerjanya berakhir, dia diam-diam mengikuti mobil Sam.Sonia pun mulai melajukan mobilnya dan menjaga jarak agar Bosnya tidak curiga kalau sedang diikuti olehnya.Gadis itu kagum melihat apartemen yang didatangi oleh Sam.Dia yakin kalau di dalam apartemen ini sangat mewah!.Dia semakin penasaran, "Untuk apa Tuan Sam datang kemari?" gumamnya.Karena dia sudah tahu rumah pemuda itu dan tinggal bersama dengan orang tuanya.Sonia pun memarkir mobilnya tidak jauh dari sana.Setelah memastikan Sam masuk ke dalam barulah gadis itu melangkah dengan pelan.Dia sangat takut kalau ketahuan oleh Tuannya itu, jadi dia akan bertindak dengan sangat hati-hati kali ini.Sonia melihat Sam memencet tombol lift yang menuju lantai paling at
Setelah jam makan siang tiba, Sarah langsung menelpon Sam untuk membahas masalah ini."Sam, apa kamu sudah mendengar berita pagi ini?" tanya Sarah langsung untuk memastikan.["Iya, Sayang. Aku sudah mendengarnya. Kamu yang sabar ya? Aku akan mencari tahu siapa yang sudah menyebarkan berita itu! Kamu tenang saja," Sam berusaha menenangkan gadis itu.]"Bukan itu saja, Sam. Tapi semua wanita di sini menganggap kalau aku benar-benar adalah wanita simpanan! Aku takut kalau mereka mengenaliku dan nanti mereka akan melabrakku! Aku takut Sam!" ucapnya dengan gugup sampai meneteskan air matanya karena ketakutan.Sam bisa mengerti kenapa Sarah bersikap seperti itu karena dia juga menyadari kalau setiap karyawan wanita banyak yang mengaguminya secara diam-diam.Sudah pasti mereka akan penasaran siapa sebenarnya orang yang menjadi kekasihnya.["Jangan pikirkan! Aku akan menghapus berita itu dan mencari tahu semuanya. Kamu harus bersikap normal! J
Sam menghembuskan napas kasar mendengar ucapan seperti itu lagi yang keluar dari mulut Mamanya."Kenapa tidak setuju, Ma? Samuel hanya mencintai Sarah! Titik! Apa Mama tidak bisa mengerti perasaan anak sendiri?" ucapnya mencoba meyakinkan orang yang melahirkannya.Susan pun memasang wajah cemberut mendengar permintaan Sam."Mama kan sudah bilang supaya kamu mencari wanita yang sepadan dengan keluarga kita! Kenapa kamu tidak paham juga, Sam?" Susan tetap ngotot dengan pendiriannya.Sam pun menggelengkan kepalanya tidak mengerti dengan pikiran orang tuanya yang masih menganggap bahwa harta adalah segalanya."Ma, kebahagiaan tidak bisa diukur hanya melalui uang dan harta. Sifat, sikap dan perilaku yang baik yang menjadi pedoman Sam dalam mencari pasangan hidup. Aku sudah menjalani kehidupan yang sulit beberapa tahun terakhir, Ma. Hanya Sarah, gadis yang tulus menerimaku disaat masih dalam keadaan miskin! Bahkan pacarku dulu berselingkuh dan
Sonia sudah bertekad dengan bulat.Dia akan menggunakan rencana paling ampuh miliknya setelah ini. Dia tidak tahu lagi akan melakukan apa, yang pasti sekarang dia ingin mencoba apakah rencananya berhasil atau tidak.Sonia segera kembali ke ruangannya dan membongkar isi tasnya. Dia mengambil sesuatu dan menyimpan benda itu di dalam saku kemejanya.Dia pun mulai merapikan penampilan dan pakaiannya.Gadis itu menghembuskan napas berulang kali untuk menghilangkan gugup dan juga agar terlihat lebih santai dia tidak ingin terlihat kacau karena baru selesai memaki-maki Sam.Juna yang melihat Sonia masuk segera berdiri dan memasang badan siaga.“Maaf, Ada perlu apa ya, Mbak? Kalau tidak ada hal yang penting Anda tidak diperbolehkan masuk ucap!” Juna mulai menghalangi Sonia.“Pak Juna, ada hal yang sangat penting yang aku ingin sampaikan pada Tuan Samuel! Ini mengenai informasi yang selama ini dia cari dan aku sendiri yang akan menyampaikan pes
Sam merasa ada yang salah dengan tubuhnya. Rasanya seperti menginginkan sentuhan yang bisa membuatnya merasa lebih baik.Sam melihat Sonia seperti berbayang. Samar-samar matanya melihat gadis menghampirinya. Penglihatannya seperti buram dan berkabut.‘Sarah?’ pikirnya.Sam kira orang yang menyentuhnya saat ini adalah Sarah, kekasihnya. Dia pun senang karena bisa membantunya.Sam merasa gadis itu semakin mendekat dan mengecup bibirnya lembut, dia tentu saja tidak menolak dan membalasnya.Lama mereka saling berpagutan satu sama lain. Entah kenapa Sam merasa hal itu malah semakin membuatnya merasa tidak terkendali.Tapi lama kelamaan kesadaran Sam mulai menghilang.“Tuan?” Sonia menepuk pipi Sam dan heran melihat mata Sam terpejam dan tubuhnya lunglai.“Sial! Apa dia pingsan? Aduh!” gadis itu berdecak kesal.Tapi rencana Sonia memang ingin membuat Sam terangsang sekaligus tidak sadar. Dia tidak menyan
Sam memijat keningnya karena tidak tahu harus bersikap seperti apa.Dua orang yang menyebalkan memberikan pengakuan yang sama hari ini.Mereka sama-sama memberikan Sam informasi yang selama ini mereka cari. Dia tidak tahu harus berbuat apa.Akhirnya setelah memikirkan kalau ucapan mereka harus diperjelas, Sam meminta Pak Yudi untuk datang ke ruangannya.“Ada apa, Tuan? Kenapa sepertinya Tuan Muda berantakan sekali hari ini?” Yudi heran melihat penampilan Sam sekarang.“Nanti aku jelaskan, Pak. Sekarang aku ingin minta pendapat padamu. Aku awalnya ragu, apa harus percaya pada mereka atau tidak. Tapi hal ini harus kita selidiki,” Sam mulai menyampaikan hal yang mengganggu pikirannya.Pak Yudi tidak paham arah pembicaraan Sam, jadi dia kembali bertanya, “Hal apa yang Tuan Muda maksudkan? Apa sudah terjadi sesuatu?” pria itu terlihat bingung.Sam menarik napas panjang dan mulai menatap Pak Yudi serius.“Hari ini Pak Bambang m
Sam pergi ke kantor dengan lebih bersemangat hari ini.Setelah makan malam bersama dengan kedua orang tuanya, dia yakin Sarah bisa jadi lebih dekat lagi. Apalagi Papanya kembali mengundangnya datang lagi, untuk mencicipi masakan dari Sarah.Sam merasa hubungan mereka bisa jadi semakin dekat dan akrab setelah ini. Dia juga sangat berharap Mamanya bisa bersikap hangat pada gadis pilihannya.Dan pertunangan mereka bisa terwujud dengan berita dan acara yang lebih resmi.Sam pun menyandarkan punggung di kursi kebesarannya sambil memejamkan mata. Dia akan memulai hari ini dengan senyuman meskipun segudang jadwal sudah disiapkan untuknya.Di kursi depan, Juna sedang fokus melihat tabelnya. Lalu Sam teringat kalau Asistennya ini belum menceritakan semua kejadian kemarin dengan jelas.Sam harus mengetahui semuanya.“Juna, bagaimana aku bisa tidak sadarkan diri?” Sam bertanya dengan tatapan serius.Juna pun mengalihkan pandangannya dari
Pak Yudi yang baru saja selesai menerima laporan dari anak buahnya, langsung bergegas menuju ruangan Sam.Dia tidak akan melewatkan waktu sedetikpun, karena dengan begitu mereka bisa mengetahui apa yang selama ini mereka cari.Setelah sekian lama, akhirnya mereka berhasil menemukan petunjuk di salah satu gedung yang berada di sebelah hotel tempat Sarah bekerja.Kamera pengawas menangkap wajah mereka saat masuk ke dalam mobil, begitu juga dengan nomor plat dan juga jenis mobil yang mereka gunakan.Awalnya sangat sulit bagi Pak Yudi meyakinkan pemilik gedung itu tapi akhirnya mereka bisa meminta izin setelah menjelaskan kalau orang yang mereka cari adalah komplotan penjahat."Maaf mengganggu waktunya, Tuan Muda. Tapi saya punya berita yang sangat penting!" Pak Yudi langsung mengucapkan perihal kedatangannya yang tiba-tiba.Sam langsung menghentikan aktivitas membaca laporan di laptopnya.Dia pun segera bangkit dan meminta
Kedua mata wanita blasteran itu membulat sempurna.Tentu dia bisa menebak siapa yang ingin bicara dengannya. Dia pun berusaha untuk duduk supaya tetap tenang dan tetap bertanya dulu guna memastikan.“Si-siapa, Pak?” ucapnya gugup.Lalu tanpa menjawab petugas itu langsung memberikan gagang telepon pada orang di sampingnya.[“H-ha … halo, Angel. A-apa kabar?” ucapnya dengan terbata.]Tentu saja Angelina tahu dan mengenal dengan baik siapa orang yang sedang bicara dengan saat ini.‘Mas Hendra!’ batinnya terkejut.“Untuk apa lagi kau menelponku? Berani sekali kau melakukan ini!” ketusnya langsung.Tangannya sampai mengepal dengan erat untuk meredam emosi yang mulai bergejolak di dadanya.Hendra pun menelan ludahnya dengan kasar dia tahu tidak mungkin Angelina mau bicara dengannya atau lebih tepatnya orang yang sebentar lagi jadi mantan istrinya itu.Namun dia tidak punya pilihan lain.[“Angel, to-tolong dengarkan aku sebentar saja! Aku ingin bicara hal serius denganmu,” mintanya dengan s
Damar pun kembali ke perusahaannya setelah mengintai perusahaan Sam dari jauh.Dia pun mulai berpikir keras sekarang karena harus bisa membuat rencana selanjutnya. Apalagi Rio dan juga Johan sudah menyerahkan hal ini padanya.Tentu saja rasa gengsinya yang tinggi tidak akan terima kalau sampai ia gagal melakukannya."Perusahaan mereka cukup besar. Aku yakin butuh sesuatu yang berbeda untuk menumbangkan mereka. Ini tidak mudah," gumamnya seorang diri.Damar pun mengelus dagu dengan tangan kanannya.Lalu ia pun mengambil ponselnya dan menelpon temannya. "Halo, Johan! Aku sedang memikirkan kalian berdua dan juga rencana waktu itu. Menurutmu apa yang harus kita lakukan pada pemuda itu?"["Kenapa? Apa sekarang kau ragu?" tanya Johan memastikan.]Pria itu tersenyum sinis."Tentu saja tidak!" jawab Damar cepat. "Aku memang baru saja kembali ke perusahaanku setelah lewat di depan perusahaan mereka. Mereka sama sekali tidak bisa membuatku gentar. Ingat, kalian masih ada janji padaku!" ucapnya
Sarah sampai tergagap mendengar ucapan dari wanita yang terlihat masih muda itu. “Maaf, Mbak. Saya ini serius! Saya memang datang untuk membeli toko itu. Saya akan membuka toko kue,” jelas Sarah berusaha untuk meyakinkan. Tapi wanita itu malah mengangkat bibir atasnya dan memandang Sarah dengan remeh karena saat ini istri dari Samuel itu hanya memakai kaos blus yang dipadukan dengan celana jeans dan memakai sepatu Slip On biasa.Itu semua adalah baju yang biasa Sarah pakai bahkan sebelum menikah dengan Sam. Itu sebabnya dia terlihat sangat sederhana, bahkan mungkin tidak akan ada yang percaya kalau dia akan membeli salah satu ruko yang ada di kawasan elit itu. Sarah pun mengeluarkan kartu miliknya dan menyodorkannya di depan karyawan itu.“Ini, Mbak! Saya bisa bayar sekarang. Mana dokumen dan kuncinya? Mama mertua saya bilang saya tinggal mengambil kuncinya saja di sini!” ucapnya mulai terlihat kesal. Gadis itu pun mengambil kartu itu lalu membolak-baliknya.“Kartu apaan nih? Kart
Kening Sam berkerut mendengar ucapan Sarah. Dia melepaskan genggaman tangannya di pundak istrinya yang cantik itu secara perlahan. Kali ini Sam benar-benar memasang wajah mode serius. "What? Bisnis apa, Sarah?" Sam sedikit bingung kemana arah pembicaraan ini. Sarah sudah menduga reaksi yang akan Sam berikan saat dia mengutarakan keinginannya itu. Dia pun mengatur napas dan kembali berkata, "Aku kan sangat suka memasak, apalagi membuat cake. Jadi aku mau buka toko kue sendiri, Sam. Aku mau punya kegiatan juga daripada … hanya duduk bengong di rumah," jelasnya sedikit takut dengan wajah tertunduk. "A-apa? Hahaha!"Tidak seperti dugaan Sarah, Sam malah menertawakannya. "Loh, kenapa kamu ketawa? Apa ada yang lucu?" Sarah bertanya dengan polosnya. Sam menggelengkan kepalanya lalu menjawab, "Aku pikir kamu akan mengatakan sesuatu yang aneh atau apalah yang membuatku khawatir, ternyata hanya itu. Kenapa tidak la
Rio tersenyum senang mendengar itu. Keduanya pun bergegas menghampiri meja tempat pria itu sedang duduk. Johan pun mulai mengenalkan Rio dengan temannya itu secara langsung. Pria itu pun berdiri untuk menerima jabatan tangan dari Rio. "Aku Rio! Senang bertemu denganmu!" ucapnya mulai duluan. Dia pun tersenyum tipis, "Aku Damar! Senang bertemu denganmu juga!" jawabnya dengan suara berat yang khas. Terdengar sangat jantan dan pria sekali. Tubuh tinggi, tegap dengan kulit sawo matang semakin menambah kesan kalau dia orang yang pekerja keras. "Oke, Tuan-tuan. Cukup basa basinya! Mari kita lanjutkan obrolan ini dengan hal yang lebih serius!" ujar Johan terlihat bersemangat. Mereka pun duduk di kursi masing-masing, melingkari meja kaca yang ada di tengah. Tentu saja, Johan akan membahas soal masalah yang sudah menimpa Rio karena satu kesalahannya. Sekarang mereka ingin meminta bantuan pada Damar untuk menyaingi Sam. Ya, Damar Suseno adalah pengusaha yang sukses.Sama seperti Sam
"A-apa?! Untuk apa, Tuan?" kening Juna langsung berkerut bingung. Sam pun menyandarkan punggungnya ke kursi. Terlihat tidak ada beban dan rileks. "Tenanglah, Juna. Aku punya rencana lain kali ini," ucap Sam santai. Juna pun mendengarkan apa yang Tuannya itu katakan tentang rencananya. Meskipun sedikit berbelit dan rumit tapi Sam akan berpura-pura tidak tahu perihal kebebasan Rio. "Tapi aku sedang tidak ingin membicarakan mereka saat ini, Juna. Nanti saja kita urus mereka. Fokus dulu pada jadwal pekerjaan kita ke depan. Lagipula aku tidak mau mereka mengambil alih semua pikiranku. Mereka itu hanya tikus kecil!" ujar Sam sambil mengibaskan tangan kanannya. Juna mengangguk setuju, tapi baginya tetap saja hal itu mengganggu pikirannya dan membuatnya tidak tenang. Bagaimanapun juga mereka sekarang akan terang-terangan menjadi musuh setelah kejadian ini. Entah kenapa perasaannya yakin akan hal itu. Dia juga ma
Johan pun tersenyum menyeringai dan menjawab dengan santai. "Tentu saja! Jangan panggil aku Johan kalau tidak bisa melakukan hal itu!" ujarnya dengan menepuk dada sebelah kirinya, terkesan bangga. Mereka berdua pun tertawa bersama dan sangat terlihat akrab dengan merangkul pundak masing-masing. "Ayo! Aku traktir minum sepuasnya! Hahaha!" serunya dengan bersemangat. Mereka pun masuk ke dalam mobil untuk pergi ke klub miliknya. Hari ini khusus untuk merayakan kebebasannya setelah beberapa waktu merasakan dinginnya tidur di balik dinding sempit dan pengap. Pria itu adalah Rio. Ya, Johan memenuhi janjinya untuk menolong temannya itu ke luar dari penjara. Tentu saja dengan uang Rio miliki saat ini cukup untuk membuatnya bebas dengan syarat tetap harus ada penjamin yang mewakilinya. Meskipun Sam sudah meminta pihak kepolisian untuk memberatkan hukumannya tapi pria itu tidak gentar dan putus asa.Dia sudah banyak melakukan segala cara untuk bisa bebas. Dan akhirnya setelah lama men
Kedua mata Reno pun terbelalak lebar. Entah kenapa dia merasa sangat takut kalau sudah menyangkut nama Papanya. Kali ini Juna berhasil membuatnya semakin kehilangan kendali. Tapi dia sudah bicara jujur dan mengungkapkan segala sesuatu yang Juna inginkan. Reno pun memutuskan untuk melunak dan mengikuti apa yang pria itu mau. Demi papanya!"Ja-jangan! Aku mohon jangan ganggu Papaku! To-tolong dengarkan aku! Aku bicara jujur dan sudah mengatakan semuanya padamu. Aku tidak tahu menahu tentang apa yang gadis itu lakukan! Percayalah!" ucapnya dengan mengiba. Sorot matanya terlihat sangat ketakutan sekaligus sedih. Reno tidak ingin Papanya susah lagi karena ulahnya. Uang mereka sudah banyak habis untuk menebusnya dari penjara. Dia tentu saja tidak ingin jatuh miskin. Saat ini saja mereka masih cukup kesulitan untuk mengembalikan harta kekayaan yang hampir terkuras habis. Demi menyelamatkan perusahaan dan nama ba
Juna pun menautkan kedua alisnya mendengar permintaan Sam. Dia pikir Tuannya itu akan membicarakan soal pekerjaan atau sebuah proyek baru, tapi ternyata malah mencari pria yang sudah seharusnya mereka lupakan. "Maaf, Tuan. Kalau boleh saya tahu, untuk apa Tuan mencari pria itu? Bukankah kita tidak ada urusan lagi dengannya?" Juna memberanikan diri untuk bertanya. Sam pun membuka kancing jasnya dengan cepat dan duduk di kursi kebesarannya. "Juna, apa kamu lupa? Bukankah gadis gila itu bilang kalau ada yang membantunya bebas? Mereka bebas bersama dari penjara dan bisa saja kan pacarnya itu membantunya dalam penyerangan kemarin! Kau harus cari tahu hal itu!" ucapnya tegas. Juna pun buru-buru mengatupkan mulutnya. Dia malu, kenapa bisa sebodoh ini dan tidak terpikirkan ke arah sana.Padahal dialah yang seharusnya memikirkan hal itu, bukannya Sam. Juna pun mengangguk cepat sebelum Sam jadi marah, "Maafkan saya, Tuan! Saya ak