Bab50 "Dia tampan dan entah mengapa, aku merasakan getaran aneh, ketika dia menatapku," desah Angela seorang diri di dalam kamar. Kini, dia dan Ibunya tinggal di istana Welas bersama Aluna Welas. Wanita itu mematut dirinya di depan cermin, sembari tersenyum manis. "Wajah cantik wanita ini lumayan juga. Setidaknya, aku tidak sejelek dulu," lirih wanita itu kembali. Sementara di dalam kamar lainnya, Aluna meratapi diri yang semakin tidak beruntung. Saudara kandung ayahnya begitu seenaknya dalam berkata dan bersikap pada Aluna juga pada si kembar. "Mau kemana? Sudah rapi saja," celetuk Aluna Welas, ketika Angela memasuki ruang makan dan duduk di meja makan bersama mereka. Kedua bocah kembar itu tengah sibuk menyantap sarapan pagi buatan Ibunya. "Aku mau ngecek usahaku di kota Monarki." "Usaha? Usaha apa?" tanya Aluna penasaran. Angela tersenyum. "Toko barang branded, yang berada di kawasan pusat perbelanjaan di sana," jawab Angela santai. "Wah, selain cantik, ternyata kamu pand
Bab51 "Untuk apa menikah? Demi anak, bukan karena cinta?" Wiliam menghela napas. "Aku merasa seakan mengkhianati Esmeralda, jika aku mencintai wanita lain," ungkap Wiliam, membuat hati Aluna hancur semakin dalam. Kini tubuhnya seakan melayang, pijakkannya terasa melemah seketika, membuat wanita itu nyaris kehilangan keseimbangan tubuh. "Selugas itu, kamu seakan tidak mengerti, bahwa ungkapan semacam itu, sangat melukai hati." "Maaf," lirih Wiliam. "Tapi ini tentang kejujuran. Ayolah Aluna, berhenti bersikap kekanakan. Bagaimana pun juga, kita ini orang tua." Aluna berkali- kali menghela napas berat. "Menikahlah denganku," pinta Wiliam lagi. "Biarkan aku berpikir lagi," sahut Aluna. "No, waktuku tidak banyak di negeri ini, aku harus kembali ke kota Monarki. Jika kamu tidak bisa memberikan jawaban, kedua anak itu aku bawa sekarang juga," tegas Wiliam. "Kau ...." Aluna menunjuk wajah Wiliam dengan suara serak. "Jangan memaksaku! Kau tidak berhak membawa mereka!" bentak Aluna W
Bab52 "Jeremy, Case, kalian main dulu, oke. Tante mau keluar sebentar," kata Angela, kepada dua anak kembar itu. "Oke, Tante." Case menjawab dengan santai, sedangkan Jeremy nampak asik dengan semua mainannya. Angela keluar kamar dan berjalan menuju ruang makan, yang keadaannya semakin memanas. "Tante jahat! Tega sekali Tante merampas semua hak aku!" bentak Aluna Welas tak terima. Merlin mendengkus. "Ini hak aku dan anakku! Karena aku adik kandung dari Welas." "Tapi aku anaknya." "Kamu anak yang durhaka! Demi lelaki pencabut nyawa kakakku ini, kamu rela hamil dan melahirkan anak sialannya," maki Merlin dengan keras. "Nyonya! Jaga bicara Anda, jangan coba menguji kesabaran saya," pinta Wiliam, sambil menarik napas berulang kali, seakan mencoba menahan diri. "Mengapa kalian seribut ini?" tanya Angela dengan santai, seolah dia tidak tahu apa- apa. "Ibumu! Ibumu mengambil semua hak aku di istana ini," lirih Aluna Welas. "Apa? Ibu, benarkah itu?" tanya Angela, sembari menatap Ibun
Bab53 "Dasar buaya sialan," pekik Aluna Welas dalam hati, sembari mendelik tak senang pada Angela dan Wiliam. Benar saja, lelaki mengesalkan itu mengantarkan Aluna Welas ke depan hotel Grand Sakura. Semua karyawan berkumpul di depan hotel dan menunduk hormat, membuat Angela berdecak kagum pada Wiliam, yang begitu memiliki pengaruh besar. "Tidak buruk! Bahkan lelaki ini di mataku bukan Jeremy Mose, tapi Wiliam Alexander," gumam Angela dalam hati. Melihat tatapan kagum Angela pada Wiliam, Aluna Welas tidak senang. "Sudah! Aku perlu istirahat dengan cepat. Angela, kamu bisa sendiri kan?" tanya Aluna, sembari meraih lengan Wiliam. "Tentu saja, tuan Wiliam, terimakasih atas kebaikan hati Anda." Angela tersenyum manis pada Wiliam, membuat hati Aluna seakan meleleh kepanasan.______ Di dalam mobil, Wiliam terus menebar senyum. "Kau sangat begitu senang, apakah kamu menyukai sepupuku itu?" tanya Aluna Welas dengan tatapan menyelidik. Wiliam terkekeh, melihat wajah Aluna Welas yang b
Bab54 Melihat perhatian Wiliam pada anak mereka, Aluna merasa tersentuh. Ini pertama kalinya anak mereka demam dan sangat rewel. Andai saja tidak ada Wiliam, mungkin Jeremy kecil akan terus menangis. Apakah ini yang di namakan ikatan batin antara anak dan Ayahnya? Aluna berkali- kali menghela napas. Jika dulu di Negeri Awan, kedua anak kembarnya akan tercenung di tempat wisata, memandangi anak lainmya yang sedang asik bermain dengan Ayab mereka. Sedangkan mereka saat itu, hanya memiliki Aluna Welas seorang diri.______Pagi yang cerah menyambut mereka, Aluna Welas bangun dan tersenyum, melihat Jeremy kecil yang terlelap di dalam pelukan hangat Wiliam sang Ayah. "Demi kalian berdua, Ibu akan menekan ego," gumam Aluna, sembari memandangi Case dan Jeremy kecil bergantian. Wiliam merasakan tangan yang hangat membelai wajahnya. Perlahan, lelaki itu membuka mata, membuat si empu tangan tersentak kaget. "Hai cantik," sapa Wiliam, sembari membuka lebar matanya yang memang terasa sulit
Bab55 Aluna Welas memalingkan wajahnya. "Jangan berusaha mengurung hatiku lagi, jika pada akhirnya, kau tidak memberi keadilan dan keputusan yang baik." "Mengapa bicara sedalam itu?" "Aku terlalu lelah untuk berharap, aku juga sudah banyak kehilangan tenaga untuk bersabar, dan aku telah kehilangan akal untuk berjuang." "Luna, apakah cintamu sedalam itu?" Aluna Welas kembali menoleh Wiliam. "Menurut kamu bagaimana? Apakah aku seperti wanita penggoda, yang hanya suka dengan uang, uang dan uang." Wiliam terkekeh. "Kamu wanita penggoda di mataku, wanita yang selalu ingin aku sentuh." Wajah Aluna Welas memerah. "Dasar lelaki mesum," desisnya kesal. Wiliam semakin terkekeh. "Jika aku tidak mesum, maka kedua bocah kembar itu tidak akan ada di dunia kita. Bukankah mesumku ini bermanfaat untukmu." "Kau gila," tukas Aluna Welas semakin kesal. "Dan kau suka," sahut Wiliam dengan mengedipkan satu matanya pada Aluna. "Enyalah, kau menghilangkan semangat pagiku." Aluna berkata sembari me
Bab56 "Mengapa menatapku seperti itu?" tanya Wiliam, yang tidak senang dengan tatapan dingin Aluna Welas. Wanita itu hanya mendengkus, kemudian menegak minumannya hingga tandas. "Ayah sama Ibu selalu saja bertengkar, padahal kalau kita yang bertengkar, Ibu selalu bilang tidak boleh," celoteh Case. "Iya," timpal Jeremy. Angela meninggalkan kediaman istana Wiliam dengan perasaan yang sulit dia jabarkan. Perasaan gundah, yang mengganggu ketenangan hatinya kini. "Bu, kapan kita jalan- jalan? Sudah lama Case pengen," rengek anak perempuan itu. "Oke! Case mau jalan kemana? Ayah akan bawa kalian?" "Ibu nggak ikut!" sahut Aluna ketus. "Baiklah, jika Ibu kalian tidak ikut, Ayah akan ajak tante Angela, agar ikut dengan kita jalan- jalan," seru Wiliam, membuat Aluna Welas melotot. "Ibu ikut! Nggak usah ajak Angela," sahut Aluna Welas, membuat Wiliam tersenyum kecil. "Dasar wanita," gumam Wiliam terkekeh pelan, sedangkan Aluna Welas memasang wajah datar dan bersikap santai. Keempat
Bab57 "Mengapa tidak langsung kamu bunuh saja lelaki itu?" Angela menoleh ke arah Dorista Joni. "Tidak mungkin kubunuh dia! Tubuhnya harus dalam keadaan hidup, untuk di jadikan uji coba pada hasil penemuan baru di keluarga Catwalk." "Semenjak kematian Alberto Mose, kakek Jhon Mose belum memunculkan dirinya sama sekali," desah Dorista kecewa. "Kau yakin bukan lelaki tua itu yang telah mati?" "Tentu saja aku yakin, yang mereka bunuh itu adalah kakekku. Maka dari itu aku menyusun semua ini, Welas juga terlibat paling utama, hingga membuatku sangat dendam pada anak keturunannya." "Katamu mereka kembar! Jadi Jhon Mose juga kakekmu!!" sahut Angela, menatap heran pada pemikiran Dorista. "Ah, aku tidak akan mengakui penjahat sepertinya, brengsek!" maki Dorista pelan, kemarahan kembali berkobar di benaknya. "Aku akan menyusup ke keluarga Jeremy!" lanjut Dorista. "Kamu nekat sekali, yakin?" Angela bertanya dengan raut kekhawatiran di wajahnya. "Yakin!" Dorista menjawab mantap. "Jika