Bab58 "Kamu ...." Wiliam berdiri dari duduknya dan segera menghubungi orang- orang kepercayaannya, untuk mencari kedua anaknya. "Apa yang sebenarnya terjadi? Mengapa mereka bisa menghilang?" tanya Wiliam. "Aku juga tidam tahu, ketika aku datang ke sekolah mereka, Case dan Jeremy sudah tidak ada di sana. Kata petugas keamanan sekolah, mereka di bawa kakeknya pulang," jelas Aluna terisak. "Kakeknya?" Wiliam mengernyit dan berpikir keras. Kemudian panggilan telepon tanpa nama, masuk ke ponsel Wiliam. Lelaki berbadan tegap itu langsung menjawab. "Ayah ..., Ayah ...." Terdengar suara teriakkan Jeremy. Wiliam terkejut. "Jeremy ...." Wiliam bersuara berat. Aluna tersentak dari tangisannya, mendengar Wiliam menyebut nama Jeremy. "Kau dengar itu!" seru suara berat di sebrang telepon Wiliam. "Siapa kamu! Mengapa kamu membawa anak- anakku!" tanya Wiliam dengan dingin. Suara terkekeh menyambutnya. "Kamu sudah lupa dengan suaraku?" Wiliam mengingat suara yang tidak asing lagi di telin
Bab59 Di kota Yuzong, Wiliam menggunakan helikopter menuju perbukitan kota Yuzong. Karena menurut Afkar Savire, di bukit Yuzong itu ada pendaratan untuk helikopter, kemudian baru menggunakan mobil, itu mempermudah mereka menuju vila Anggur yang sangat besar, megah dan terkenal mewah. Sayangnya, tak satupun yang tahu pemiliknya. Wiliam dan Aluna Welas lebih dulu sampai di depan pintu gerbang vila Anggur. Kedatangan mereka di sambut 2 penjaga pintu gerbang dan mempersilahkan mobil mereka memasuki halaman vila. Di halaman depan, seorang lelaki berbadan gendut dan hitam menunggu. Wiliam sedikit terkejut melihat lelaki yang sangat dia kenali itu. "Don Lee," lirih Wiliam. "Kamu mengenalnya?" tanya Aluna pelan. Wiliam mengangguk. "Tangan kanan kakek Jhon Mose. Sepertinya ada yang tidak benar," ungkap Wiliam. Aluna mengernyit. Namun wanita itu kembali fokus, ketika mobil mereka telah sampai terparkir di dekat lelaki yang berdiri itu. Wiliam dan Aluna Welas keluar. "Selamat datang,
Bab60 Jhon Mose terkekeh, melihat perubahan kulit Aluna Welas yang memerah. "Mengapa tampilanmu mendadak berubah seperti udang rebus?" ejek Jhon Mose. "Lepaskan anak- anakku, sebelum kalian semua mati hari ini," ancam Aluna Welas. Wiliam berkali- kali menyeka keringatnya, merasakan hawa teramat panas berada di dekat Aluna. Jhon Mose tertawa keras. "Aku ingin melihat kalian menderita dan kehilangan." "Lepaskan mereka!" titah lelaki itu kemudian. "No ...." Aluna Welas berteriak. Namun kedua anak itu mereka lepaskan begitu saja. Secepat kilat, Aluna berlari dan melompat dari balkon itu untuk menangkap kedua anaknya. Lompatan wanita itu melesat sangat cepat, kemudian memeluk kedua anaknya dan mendarat dengan posisi berdiri tepat di depan Don Lee yang berdiri di bawah balkon. "Tembak mereka!" titah Jhon Mose lagi. Wiliam mengeluarkan senjata apinya dan menembak kedua lelaki yang menjatuhkan anaknya tadi. Kini tersisa Jhon Mose yang terdiam, ketika senjata api Wiliam, mengarah ke
Bab61 Dengan penuh perhatian, Wiliam mengurus Aluna seorang diri. Jeremy dan Case, tidak mau dan tidak berani bertemu ibunya saat ini. Kedua anak itu masih sangat syok, ketika melihat wujud lain dari Ibunya. "Ibu jelma'an monster," kata Case, ketika Jeremy mempertanyakan, mengapa Ibunya bisa bermata merah dan bertubuh secara tiba- tiba. "Jika Ibu jelma'an monster, berarti kalian anak monster dong," sahut Wiliam, yang tiba- tiba datang dari arah belakang. Kedua pengasuh yang mengurus Jeremy dan Case pun memberi salam hormat pada Wiliam. Wiliam hanya merespon dengan senyuman, dan meminta mereka tetap bersikap santai, tidak perlu tegang dengan kedatangannya. "Ayah," seru kedua anak itu, kemudian bersama- sama, berlari ke arahnya. Wiliam memeluk sayang anak- anaknya dan memberikan ciuman kepada keduanya. "Apakah hari ini baik untuk kalian?" tanya Wiliam. "Tidak, Jeremy kangen Ibu!" ungkap Jeremy. Ada kesedihan di wajah anaknya itu. "Ih, Case nggak mau ketemu Ibu, sepertinya dia b
Bab62 Ketukan di pintu kamar terdengar, Wiliam dan Aluna menoleh ke arah pintu. "Beristirahatlah, aku akan keluar," kata Wiliam pada Aluna. Wanita itu mengangguk dan menurut saja, apapun yang Wiliam katakan. Saat ini, kondisi pikiran Aluna Welas tidak stabil, sehingga membuatnya memilih untuk tidak banyak bicara. Wiliam bangkit dan melangkah menuju kamar, kemudian membuka daun pintu. Pelayan laki- laki berdiri di depannya. "Tuan, di depan ada nyonya Tones datang berkunjung," kata lelaki itu. "Nyonya Tones? Ada keperluan apa?" "Maaf Tuan, tidak di jelaskan apapun. Hanya dia mengatakan, ada urusan penting, yang mengharuskan Anda menemuinya," jelas pelayan itu. "Hhhmm, baiklah, aku akan segera pergi menemuinya, pintalah dia untuk duduk terlebih dahulu menungguku." "Baik Tuan." Lelaki itu memberi hormat kembali, kemudian bergegas pergi dari hadapan Wiliam. "Untuk apa nyonya tua itu menemuiku," desah Wiliam tak senang. Lelaki itu keluar sembari menutup pintu kamar, dan berjalan me
Bab63 Sedari tadi, Aluna Welas mendengar semua percakapan antara keluarga Tones dan suaminya di ruang tamu. Sampai kini Wiliam berada di ruangan kecil itu, Aluna perlahan pun membuka ruangan, yang lupa Wiliam kunci. Wanita itu terkejut, ketika melihat seluruh dinding ruangan, di penuhi oleh foto- foto wajah Jeremy yang dulu, dengan Esmeralda. "Kau ...." Wiliam terkejut, ketika melihat sosok Aluna, berdiri tegak di depan pintu, dengan tatapan penuh kekecewaan. "Apa maksudnya ini semua?" "Mengapa kamu kemari? Ini ruangan privasiku! Tidak ada satupun, yang boleh datang kemari, tanpa seizinku." "Meskipun istrimu sendiri?" "Ya! Ini privasi, kau harus menjaga batasanmu," tegas Wiliam. Lelaki itu, perasaannya saat ini, sedang tidak baik- baik saja. Ingin sekali dia memarahi Aluna saat ini, karena lancang membuka ruangan privasinya. Tapi sekuat tenaga, Wiliam menahan diri. "Pergilah, aku tidak ingin berdebat." Aluna menarik napas, dan langsung pergi begitu saja, meninggalkan ruanga
Bab64 Bab71 "Bercerai? Jangan mimpi, kecuali kamu mau keluar dari istana ini, tanpa anak- anak!" tegas Wiliam. "Apakah aku harus keluar seorang diri? Ingat Wiliam, jika tidak ada aku di villa Anggur saat itu, mereka pasti telah mati, seperti lelaki tua yang jahat itu," sahut Aluna dengan tatapan dingin. "Aku malas berdebat, aku butuh ketenangan!" seru Wiliam. "Aku juga butuh ketenangan, kupikir hidup denganmu jalan bahagia, untukku, untuk anak- anakku. Nyatanya? Entahlah, rasanya sakit sekali, hidup bersama lelaki yang raganya milikku, tapi hatinya bersama wanita lain?" cibir Aluna. "Kamu tidak tahu apa- apa dengan perasaanku." "Aku tahu." "Apa?" "Kamu lelaki egois yang sangat bedebah Tuan Wiliam ...." "Tidurlah, kamu butuh istirahat dan ketenangan bukan? Pergilah untuk tidur, Luna." Aluna Welas mendengkus. "Rupanya kamu ingin bermain- main dengan kesabaranku Tuan Wiliam. Baiklah, jangan sampai kamu menyesal." Usai berkata, Aluna Welas pergi begitu saja. Wiliam terdiam, mer
Bab65"Kakek, Nenek! Perusahaan Giant Company Group, bisa saja membantu dana.""Benarkah? Terimakasih," pekik Nenek Rose, dengan mata berbinar terang."Dengan syarat, Jeremy akan membeli, 50% saham Tones enterprise. Dan nanti, Esmeralda yang akan memiliki saham itu.""50% .... apakah itu tidak terlalu berlebihan?""Itu keputusanku. Jika kalian menolak, aku yakin, Tones enterprise dilanda krisis berat.""Tapi ...." Nenek Rose dan Mike Tones saling pandang."Silahkan! Itu sudah menjadi keputusanku. Aku bahkan berani mengeluarkan 2 miliar dollar. Asalkan, saham Tones enterprise 50%, milik Esmeralda.""Baiklah!" sahut Mike Tones, dengan wajah yang sedikit murung."Di dunia ini, tidak ada uang, kita akan ditendang. Betulkan, kek?" cibir Esmeralda._____Dorista kembali ke Monarki, dan membiarkan Zabo Coa, mengurus perusahaan di kota Yuzong.Zabo Coa begitu berat, untuk tetap di kota Yuzong. pikirannya selal