Sampai di mansion 7 seseorang membukakan pintu suara berisik dari hinggar binggar musik segera menyakiti pendengaran Vella.
Tapi begitu salah satu dari mereka melihat kedatangan Samudera, segera musik pun dimatikan."Kak Sam, akhirnya dia datang membawa kakak ipar." Zio berseru dengan gembira, membuat Vella terkejut.'Apa aku sepopuler itu hingga mereka semua tahu hubunganku dengan Samudera?' gumam Vella dalam hati.Vella hanya tahu dia anak kelas sebelas, tapi sebelumnya dia belum pernah bertegur sapa dengannya."Selamat datang, Kakak ipar." Samuel menyapa dengan wajah imutnya, kali ini Vella tidak bisa menyembunyikan senyum manis. Wajah adik kandung Samudera itu memang terlihat menyenangkan.Sementara Zoya yang tadinya duduk dengan anak laki-laki yang sebelumnya tidak pernah Vella lihat segera berlari menghampiri dengan ceria."Kakak ipar, aku Zoya adik kelasmu, kamu tahu 'kan?"Pertanyaan Zoya hanya membuat VLangkah Vella gontai saat berjalan kembali ke mansion 7. Ingatan mengerikan yang dia alami saat laki-laki merobek pakaiannya dengan paksa, terbersit dan menggoyahkan langkah saat ini.Keringat halus muncul di keningnya melalui pori-pori, Vella bersandar pada dinding sejenak, guna mengembalikan tenaganya yang sempat mengikis.Sayang sekali, hari ini bajingan itu lolos dari pandangan, Indina juga tak sedikitpun memberi informasi yang membantu meski Vella sudah berusaha menekan.Malah Vella sendiri yang nyaris diseret keluar oleh keamanan yang tengah berjaga lantaran telah mengakibatkan kegaduhan.Jika tidak ada Virgon yang membelanya, mungkin dia tak akan bisa kembali ke mansion 7, meski sesungguhnya dia sudah tak ada minat untuk kembali bersenang-senang dengan anak-anak para konglomerat.Jika tidak ingat Samudera telah menitipkannya pada Samuel, mungkin Vella sudah kabur dari tempat tersebut, dia hanya tak ingin memberi masalah pada anak i
Berjam-jam mansion 7 hanya membuat semua orang dongkol, tapi tak ada satupun berani menggertak.Sampai semuanya berakhir, Sandra baru mendekati Samuel."Mumu, apa hubungan mereka sungguhan?"Samuel menatap Sandra dengan acuh tak acuh dan berkata, "Menurutmu? Apa kamu pikir ada yang bisa mencegah keinginan kak Sam?"Sandra menelan saliva, dia sangat tahu bagaimana tabiat Samudera sejak kecil, tak ada yang berani melawannya.Saat umur 12 tahun dia merobek mulut anjing kesangannya hidup-hidup hanya demi mengambil liontin giok pemberian dari mamanya yang ditelan anjing tersebut.Pada umur 15 tahun Samudera juga menabrak 4 geng motor masuk ke dalam jurang gara-gara mengejek Samuel di depannya.Samudera tidak pandang bulu untuk memuaskan keinginanannya, apa yang dia inginkan selalu dia dapatkan, entah itu jalur kekerasan ataupun jalan damai.Samudera sangat mengerikan, tapi juga sangat memesona, kejahatannya tak membu
Kompetisi menyanyi kian menuju ke arah final. Sudah banyak peserta yang tereliminasi.Namun, Vella masih bertahan begitu juga dengan Andin.Andin cukup geram dengan pertempuran ini. Dari waktu ke waktu Vella terus mengalami peningkatan, pendukungnya juga semakin banyak, dan kepopulerannya makin tersebar ke tanah air.Meskipun penilaian kompetisi sepenuhnya berada di tangan juri, tapi Andin cukup was-was, takut dikalahkan Vella dalam kompetisi menyanyi ini.Terlebih keinginan tak terpuji yang selalu menguasai benak Andin. Vella menjadi terkenal, itu sudah seperti tusukan duri bagi ketenangannya.Bagaimanapun caranya Andin berusaha mematahkan semangat Vella.Andin cukup tahu meski pendukungnya banyak, tapi sebenarnya dia sendirian. Tak ada orang terdekat yang menyertainya acap kali dia melakukan kompetisi.Sementara Andin, selalu ditemani Edgar, Indina, Rino, dan Feli yang selalu bersorak dan mengangkat papan namannya ting
"Tetaplah tenang dan jangan menoleh ke belakang."Seketika Samudera menaikan alisnya setelah mendengar ucapan Vella.Tidak jauh dari mereka berdiri, Andin dan Feli tengah menatap Vella dengan penuh selidik.Saat ini mereka sedang membeli jajanan street food di seberang jalan."Iblis Kabut Suram sedang bersama siapa?" Feli bertanya.Posisi Samudera yang membelakangi mereka tentu saja sangat sulit untuk dikenali oleh dua gadis tersebut."Entahlah, mungkin pacar kak Vella yang baru." Andin juga memperhatikan postur tubuh tinggi yang kelihatan keren dari belakang."Aneh, katanya dia simpanan om-om berperut gendut, masih ada saja yang mau sama dia." Feli mencela sekaligus iri dengan Vella."Mungkin cowok itu tidak tahu tabiat kak Vella sebenarnya.""Kalau begitu, ayo kita beri tahu." Feli langsung menarik tangan Andin begitu saja.Sebenarnya ini sangat canggung, tapi Andin juga penasaran siapa cowok
"Dasar, cewek bispak!" Kata rendahan itu menggebrak dan menyakiti pendengaran Vella saat ini. Dia menatap nanar cowok ganteng berwajah suram yang kini tengah berdiri di depannya. "Rino, apakah kamu tidak bisa mempercayaiku? Aku benar-benar tidak merayu juri itu, aku tidak tahu bagaimana ini bisa terjadi, dia masuk ke ruanganku begitu saja tanpa bisa aku cegah." Untuk kesekian kalinya Vella mencoba menjelaskan pada Rino, tapi kini suaranya tak seantusias sebelumnya, binar wajah Rino yang sangat terluka seakan melumpuhkan kekuatan Vella. "Aku ingin mempercayaimu, Vel. Tapi bukti menunjukan bahwa kamu ...." Rino tak sanggup melanjutkan kalimatnya kala melihat pakaian Vella yang terkoyak dan sudah tidak karuan rupa bentuknya. Vella pun lemas, tangan yang tadinya memegang lengan sang kekasih jatuh tak bertenaga layaknya kehilangan nyawa setelah menangkap kekecewaan di wajah Rino. Sepertinya kepercayaan itu benar-benar sudah hilang dari kekasihnya. Vella mulai putus asa. Pendengaran V
"Vella, jangan takut. Kamu adalah anak yang kuat. Kamu pasti bisa melewati segalanya. Mama sangat percaya, suatu saat kamu akan bersinar layaknya mutiara di tengah samudera." Kata yang diucapkan mendiang mamanya masih terngiang di benak Vella, gadis tersebut tak bisa menahan tangis pilu di depan gundukan tanah basah yang bertabur bunga. Setelah mendapatkan penghianatan kini Vella juga harus menelan pil pahit bahwa ibu kandungnya telah meninggal. Saat itu rintik hujan turun, seorang wanita berpayung hitam menunduk dan mulai membujuk. "Vella, ayo kita pulang, Nak. Mamamu pasti akan sedih jika kamu terus seperti ini." Dia adalah Indina, ibu tiri Vella. Sikapnya lembut dan penuh kasih, hingga Vella tak dapat menolak kebaikannya Mobil sedan berwarna hitam menembus kabut putih, di bawah guyuran air hujan yang semakin deras. Suasana berkabung masih terasa kental, kala tiba di kediaman Arganta. Vella berbaring menyamping dengan sudut mata mengalirkan cairan bening yang menembus bantal
Teng! Teng! Teng! Lonceng berbunyi, setelah dua jam mata pelajaran berlalu. Semua anak sudah pasti bersiap menuju kantin. Begitu juga dengan Vella, setelah memasukan bukunya ke dalam tas dia juga segera beranjak dari tempat duduk. Namun, saat dia ingin melangkah Rino terlihat menghadang di depannya. "Kita harus bicara," ucap Rino datar. Dengan raut wajah datar dan dingin Vella pun menyambut. "Katakan." Rino menghela napas sejenak sebelum berucap, "Kamu tidak perlu seperti ini, Vel. Kamu tidak perlu rendah diri karena kejadian yang menimpamu seminggu yang lalu. Oke, aku minta maaf, karena saat itu aku kecewa padamu, aku syok melihatmu dalam dekapan laki-laki itu. Tapi sekarang aku tahu, kamu tidak akan pernah mengkhianatiku." Senyum penuh ironi hinggap di sudut bibir Vella. "Rendah diri? Cih!" Mendengar ucapan Vella yang terdengar sarkas, alis Rino pun mengernyit. "Vella, aku benar-benar minta maaf." Perlahan kelopak mata Vella terangkat ketika menatap Rino. Manik hita
Vella yang melihat tatapan aneh dari Samuel menjadi sedikit tak enak hati. Kemudian menyumpit dinsum lagi, dan mengulurkan pada Samuel. "Mau?" tanyanya. Seketika senyum Samuel mengembang. Dia segera membuka mulut untuk menyambut suapan dari Vella. Tapi mulutnya bagai menangkap angin, ketika Samudera dengan cepat memegang tangan Vella dan mengarahkan dinsum tersebut ke mulutnya. "Kak, Sam. Itu milikku!" pekik Samuel kesal, karena dimsum tersebut sudah masuk ke mulut kakaknya. Samudera hanya bergeming, dia sama sekali tak menanggapi kekesalan adiknya. Sementara Vella semakin terbengong, tidak tahu apa yang harus dilakukan melihat tangannya dipegang Samudera. Sedangkan Samuel saat ini mulai menggerutu dalam hati. 'Benar 'kan? Aku bilang juga apa? Kakakku itu sangat pelit, bagaimana dia bisa berbagi makanan dengan seorang gadis? Ini sangat mencurigakan!' "Sejak kapan kalian berpacaran?" Tiba-tiba Samuel menyeletuk membuat Vella tersedak. "Uhuk! Aku ... kami tidak ...." "Mem
"Tetaplah tenang dan jangan menoleh ke belakang."Seketika Samudera menaikan alisnya setelah mendengar ucapan Vella.Tidak jauh dari mereka berdiri, Andin dan Feli tengah menatap Vella dengan penuh selidik.Saat ini mereka sedang membeli jajanan street food di seberang jalan."Iblis Kabut Suram sedang bersama siapa?" Feli bertanya.Posisi Samudera yang membelakangi mereka tentu saja sangat sulit untuk dikenali oleh dua gadis tersebut."Entahlah, mungkin pacar kak Vella yang baru." Andin juga memperhatikan postur tubuh tinggi yang kelihatan keren dari belakang."Aneh, katanya dia simpanan om-om berperut gendut, masih ada saja yang mau sama dia." Feli mencela sekaligus iri dengan Vella."Mungkin cowok itu tidak tahu tabiat kak Vella sebenarnya.""Kalau begitu, ayo kita beri tahu." Feli langsung menarik tangan Andin begitu saja.Sebenarnya ini sangat canggung, tapi Andin juga penasaran siapa cowok
Kompetisi menyanyi kian menuju ke arah final. Sudah banyak peserta yang tereliminasi.Namun, Vella masih bertahan begitu juga dengan Andin.Andin cukup geram dengan pertempuran ini. Dari waktu ke waktu Vella terus mengalami peningkatan, pendukungnya juga semakin banyak, dan kepopulerannya makin tersebar ke tanah air.Meskipun penilaian kompetisi sepenuhnya berada di tangan juri, tapi Andin cukup was-was, takut dikalahkan Vella dalam kompetisi menyanyi ini.Terlebih keinginan tak terpuji yang selalu menguasai benak Andin. Vella menjadi terkenal, itu sudah seperti tusukan duri bagi ketenangannya.Bagaimanapun caranya Andin berusaha mematahkan semangat Vella.Andin cukup tahu meski pendukungnya banyak, tapi sebenarnya dia sendirian. Tak ada orang terdekat yang menyertainya acap kali dia melakukan kompetisi.Sementara Andin, selalu ditemani Edgar, Indina, Rino, dan Feli yang selalu bersorak dan mengangkat papan namannya ting
Berjam-jam mansion 7 hanya membuat semua orang dongkol, tapi tak ada satupun berani menggertak.Sampai semuanya berakhir, Sandra baru mendekati Samuel."Mumu, apa hubungan mereka sungguhan?"Samuel menatap Sandra dengan acuh tak acuh dan berkata, "Menurutmu? Apa kamu pikir ada yang bisa mencegah keinginan kak Sam?"Sandra menelan saliva, dia sangat tahu bagaimana tabiat Samudera sejak kecil, tak ada yang berani melawannya.Saat umur 12 tahun dia merobek mulut anjing kesangannya hidup-hidup hanya demi mengambil liontin giok pemberian dari mamanya yang ditelan anjing tersebut.Pada umur 15 tahun Samudera juga menabrak 4 geng motor masuk ke dalam jurang gara-gara mengejek Samuel di depannya.Samudera tidak pandang bulu untuk memuaskan keinginanannya, apa yang dia inginkan selalu dia dapatkan, entah itu jalur kekerasan ataupun jalan damai.Samudera sangat mengerikan, tapi juga sangat memesona, kejahatannya tak membu
Langkah Vella gontai saat berjalan kembali ke mansion 7. Ingatan mengerikan yang dia alami saat laki-laki merobek pakaiannya dengan paksa, terbersit dan menggoyahkan langkah saat ini.Keringat halus muncul di keningnya melalui pori-pori, Vella bersandar pada dinding sejenak, guna mengembalikan tenaganya yang sempat mengikis.Sayang sekali, hari ini bajingan itu lolos dari pandangan, Indina juga tak sedikitpun memberi informasi yang membantu meski Vella sudah berusaha menekan.Malah Vella sendiri yang nyaris diseret keluar oleh keamanan yang tengah berjaga lantaran telah mengakibatkan kegaduhan.Jika tidak ada Virgon yang membelanya, mungkin dia tak akan bisa kembali ke mansion 7, meski sesungguhnya dia sudah tak ada minat untuk kembali bersenang-senang dengan anak-anak para konglomerat.Jika tidak ingat Samudera telah menitipkannya pada Samuel, mungkin Vella sudah kabur dari tempat tersebut, dia hanya tak ingin memberi masalah pada anak i
Sampai di mansion 7 seseorang membukakan pintu suara berisik dari hinggar binggar musik segera menyakiti pendengaran Vella.Tapi begitu salah satu dari mereka melihat kedatangan Samudera, segera musik pun dimatikan."Kak Sam, akhirnya dia datang membawa kakak ipar." Zio berseru dengan gembira, membuat Vella terkejut.'Apa aku sepopuler itu hingga mereka semua tahu hubunganku dengan Samudera?' gumam Vella dalam hati.Vella hanya tahu dia anak kelas sebelas, tapi sebelumnya dia belum pernah bertegur sapa dengannya."Selamat datang, Kakak ipar." Samuel menyapa dengan wajah imutnya, kali ini Vella tidak bisa menyembunyikan senyum manis. Wajah adik kandung Samudera itu memang terlihat menyenangkan.Sementara Zoya yang tadinya duduk dengan anak laki-laki yang sebelumnya tidak pernah Vella lihat segera berlari menghampiri dengan ceria."Kakak ipar, aku Zoya adik kelasmu, kamu tahu 'kan?"Pertanyaan Zoya hanya membuat V
Di saat ibu dan adik tirinya sedang gundah gulana, Vella malah terlihat lebih santai sekarang.Meski di sekolah Andin sering membully melalui mulut Feli. Nyatanya itu tak begitu mengganggu hari-hari Vella. Sementara Andin terus berakting teraniaya setiap bertemu dengannya.Selalu ada saja akal busuk untuk menyudutkan Vella, agar dia dipandang kejam oleh semua orang."Vella, apa kamu kecanduan menjadi seorang penjahat? Bisa-bisanya kamu memaksa Andin meminum kopi panas, dimana otakmu?" pekik Feli sambil menenangkan Andin yang terisak pilu.Vella hanya mencibir sengit, jelas sebelumnya Andin ingin menumpahkan kopi itu di seragamnya, tapi dengan sigap dia bisa menebak pergerakan Andin. Dan tanpa ampun dia merebut kopi dari tangan adiknya, lantas menuangkan di mulut gadis penuh kepalsuan itu dengan paksa.Jiwa penindasnya memang berkembang dengan baik sejak dia keluar dari rumah.Anak-anak sampai bergidik ngeri kala melihatnya. Mereka hanya berb
Deru mobil bertenaga monster yang mengundang perhatian para siswa siswi sesampainya di sekolah.Decak kagum bersahut-sahutan mengumandangkan siapa pemiliknya.Saat mobil tersebut berhenti sempurna di tempat parkir sekolah yang luas, semua mata terpaku menunggu siapa yang keluar dari dalamnya.Alam seakan ikut andil menyemarakkan suasana pagi.Tepat saat pintu mobil terbuka, angin berembus menyibak lembut gadis cantik dengan temperamen dingin yang baru saja keluar dari dalam mobil.Rambut Vella yang tergerai panjang berayun mengikuti arah mata angin yang membelai.Cantik elegan tanpa dibuat-buat.Gadis berpostur tinggi berjalan santai mengabaikan mata yang menatap kagum dengan rona wajah acuh tak acuh.Andin yang baru saja tiba berdiri di samping Rino yang menatap Vella dengan binar ketertarikan lekat.Hatinya mulai memanas, tapi tak bisa berkata-kata, jika menyangkal pesona Vella jelas dia tampak buruk.Dia hanya
Samudera menaikan alisnya sekilas dan berucap, "Tidak boleh lebih dari 3 rule."Vella mengembuskan napas perlahan, ingin keluar dari dekapan Samudera, tapi cengkeraman di pinggangnya malah semakin erat."Begini aku lebih bisa mendengarkan dengan baik," ucap Samudera datar.Lagi Vella mengembuskan napas perlahan. "Oke. Peraturan pertama, tidak ada yang boleh mengetahui hubungan kita sampai aku membersihkan nama baikku."Wajah Samudera terlihat jelas keberatan, dia tahu Vella berusaha melindunginya, meski sebenarnya itu tidak perlu, karena dia pikir itu adalah tugasnya. Tapi kerena tidak ingin Vella terbebani, dia mengangguk saja."Kedua, kamu harus membeli semua perhiasanku."Kali ini Samudera menaikan alis setinggi mungkin. 'Dia merampok tokoku, sekarang aku juga yang harus membelinya, konsep jual beli macam apa ini?'"Setuju tidak?" tanya Vella setelah melihat ekspresi aneh Samudera.Samudera menurunkan alisnya dan dekapannya
Aroma harum menu makan malam sudah menyebar menggugah selera. Sabrina juga baru saja diantar oleh sopir kembali ke asrama. Beberapa kali Vella menilik jam melalui ponselnya. Saat ini sudah pukul sembilan malam. Samudera belum juga pulang. Tentu saja, bukankah tadi pagi dia sudah mengatakan bahwa akan pulang terlambat? Tapi usahanya untuk belajar memasak selama berjam-jam pasti akan sia-sia jika Samudera tidak segera pulang. Ingin mengirim pesan pada Samudera, tapi kenapa rasanya begitu berat. Vella tidak terbiasa menjadi penjilat. Bahkan saat ini dia juga belum bisa menerima seutuhnya jika Samudera adalah kekasihnya. Mengirim pesan dan menanyakan kapan dia akan pulang, kenapa malah seperti istri yang mendamba suami? Vella langsung sakit kepala ketika berpikir, 'Apa itu pantas?' 'Sial! Sepertinya aku akan mempermalukan diriku sendiri malam ini.' Vella mengembuskan napas kesal. Tapi dengan cepat dia mulai menelpon Samudera, dia tidak mau menyia-nyiakan jerih payahnya. Setelah b