Di negara lain, dua orang yang baru turun dari pesawat, tampak buru-buru menaiki mobil yang telah disiapkan. Beberapa orang suruhan Deffin juga tampak sudah bersiap untuk mengawasi mereka, belasan orang itu sudah tersebar sesuai arahan Roy, hanya empat orang yang disuruh mengikuti kemana pun Jessie pergi.
Keempat mata-mata Deffin sempat terkejut, ketika melihat mobil Jessie dan Arnold yang tidak langsung menuju ke arah rumah Jessie, salah satu orang mata-mata itu sigap langsung melaporkan kejadian ini kepada Roy.
Sudah dapat dipastikan jika Roy dan Deffin malah semakin curiga kepada mereka berdua, Deffin yang awalnya tidak mencurigai Arnold, kini mulai berpikir dua kali.Padahal kenyataan yang ada, Jessie, Arnold, dan salah satu sopir yang Jessie percaya, kini mereka sedang menuju ke villa di mana sepupu Jessie menyekap semua keluarga Jessie.
"Bagaimana bisa Boy menyekap semua keluargaku?" tanya Jessie kepada sopir kepercayaannya.
"Tuan Mark bilang,
Jessie dan Arnold langsung kembali ke California setelah mereka bisa memastikan jika keluarga Jessie sudah aman, mereka berdua menggunakan pesawat pribadi milik Arnold, karena Jessie yakin jika Mark tidak cukup sampai di situ untuk membiarkan Jessie merusak rencananya.Setelah mereka sampai di Los Angeles, Arnold tidak berhenti menghubungi Deffin, Roy, dan juga Erwin, namun tidak ada dari mereka yang mau mengangkat telepon itu, bahkan tidak lama kemudian Deffin langsung memblokir nomor Arnold.Dan Arnold tidak berani untuk menghubungi Azkia, nyawa Arnold hanya satu, jika sampai Deffin membunuhnya, maka pupus sudah harapannya untuk menikahi Jessie setelah badai ini."Sayang, coba kamu saja yang menelpon Azkia, mereka bertiga tidak mau mengangkat teleponku, sepertinya mereka mencurigai kita.""Tidak, dan malah bagus jika kita tidak berbicara dengan mereka lewat barang elektronik apapun," ujar Jessie santai.Arnold mengernyitkan dahi bingung mendengar
Hari penting bagi Sekretaris Roy dan Elma akhirnya tiba, ini akan jadi hari bersejarah bagi mereka berdua, oh ralat, ini akan jadi hari bersejarah buat semua orang. Di mana cinta, kebencian, dan pengorbanan akan mewarnai hari ini.Tidak seperti hari biasanya, jam sudah menunjukkan pukul delapan pagi, tapi Azkia belumlah bangun, dia masih tetap asyik memejamkan mata, sambil memeluk Deffin dengan erat. Sedangkan Deffin tentu dengan senang hati melanjutkan tidur karena dipeluk Azkia, dia bahkan tidak punya keinginan sama sekali untuk membangunkan Azkia.Suara nada dering panggilan masuk dari ponsel milik Azkia, telah membuyarkan momen itu. Azkia dengan malas membuka matanya, lalu bangun dan mengambil ponselnya di atas nakas.Azkia sedikit ragu untuk mengangkat telepon dari nomor asing, bukan hanya ragu, tapi dia juga takut jika itu adalah Mark. Dengan perasaan was-was Azkia akhirnya menerima panggilan itu, Azkia sadar jika dia tidak akan bisa menghindari Mark, Azki
Azkia sudah berada di dalam mobil milik Mark, saat ini dia sedang berpura-pura pingsan, mobil melesat jauh dari Los Angeles, dan sejauh itu pula, dua mobil lain mengikuti mereka dari belakang.Jika Deffin, Roy, dan Erwin berada di jarak cukup dekat dengan mobil Mark, maka Jessie dan Arnold kini langsung mengambil jalan pintas untuk lebih cepat sampai di mana tempat tujuan Mark, beruntung Jessie segera mengetahui di mana lokasi itu berada.Mark lengah karena terlalu senang bisa mendapatkan Azkia, hingga dia tidak sadar jika mobilnya sudah diikuti sedari tadi. Mobil masuk ke dalam halaman di mana terdapat pintu gerbang yang sangat tinggi. Erwin langsung menghentikan mobilnya tidak jauh dari tempat itu."Erwin, beri dia siksaan terbaikmu, kamu tahu 'kan apa ganjaran untuk orang yang berani menyentuh Kia ku," ujar Deffin sambil mengepalkan tangannya kuat."Tentu saja, Tuan. Anda tidak perlu khawatir dengan masalah penyiksaan, serahkan semuanya kepada saya," u
Seorang lelaki duduk di kursi sambil memegang erat tangan seseorang wanita yang terbaring lemah di ranjang rumah sakit. Air matanya terus menetes, seolah tidak khawatir akan kehabisan air mata. Sudah dua hari ini hanya itulah pekerjaannya, menanti mata wanitanya terbuka untuk mengomeli dirinya lagi.Arnold langsung menghapus air matanya ketika Jessie terlihat akan membuka matanya, dengan senyuman lebar dia menyambut Jessie yang baru bangun dari tidurnya."Sayang," panggil Arnold lembut."Ck, dasar bodoh! kenapa kamu belum pulang juga? sudah tahu aku baik-baik saja, tapi masih menungguiku seperti aku sedang sekarat saja," ujar Jessie kesal. Jessie kesal bukan karena tidak suka Arnold tetap setia menunggunya di rumah sakit, namun Jessie kesal karena Arnold menurutnya sangat terlalu berlebihan, Arnold sama sekali tidak pulang ke rumahnya, bahkan dia kini semakin posesif."Sayang, bagaimana bisa aku meninggalkanmu sendirian di sini? kamu tidak tahu bagaimana
"Bagaimana keadaanmu, Jessie?" tanya Azkia sambil berjalan mendekat ke arah Jessie, Azkia menatap Jessie sedih, wanita yang biasanya tampak selalu energik kini terbaring lemah di atas ranjang rumah sakit."Sudah jauh lebih baik, jadi jangan khawatir lagi, kasihan dia juga ikut stres karena ibunya banyak pikiran." Jessie mengusap perut Azkia dengan menggunakan salah satu tangannya yang bebas dari infus."Terima kasih banyak, Jessie." Mata Azkia berkaca-kaca, dia merasa sangat beruntung bisa bertemu wanita sebaik Jessie. "Dan juga tolong maafkan mereka yang selalu mencurigai dirimu, terutama Deffin, sudah banyak hal yang terjadi menimpa kami, hingga membuat Deffin sulit untuk mempercayai orang lain," lanjut Azkia."Tenang saja, aku tidak marah dengan sikap mereka, terutama suami posesifmu itu, aku sangat mengerti perasaan mereka. Hanya si bodoh itu saja yang terlalu berlebihan." Jessie melirik Arnold sinis."Sayang, apa yang kamu katakan?! wajar 'kan jika a
Perhatian!!!Banyak adegan kekerasan di bab ini, mohon bijak dalam membaca, ini hanya sekedar untuk hiburan 🙏Senyuman terus menghiasi wajah pasangan suami istri ini, mulai dari mereka menaiki mobil meninggalkan rumah sakit, bahkan hingga kini mereka sudah berada di dalam kamar.Setelah membersihkan diri, Deffin dan Azkia menikmati waktu santai mereka dengan duduk di sofa, dengan posisi Azkia yang tiduran dan menggunakan paha Deffin sebagai bantal."Aku berharap setelah ini tidak akan ada lagi orang yang mengganggu rumah tangga kita," ujar Deffin seraya membelai rambut panjang Azkia."Iya, aku pun juga berharap begitu, aku sangat mencintaimu," sahut Azkia seraya memeluk pinggang Deffin."Aku lebih mencintaimu," balas Deffin tidak mau kalah.Kemudian Azkia bangun dari tiduran ternyaman nya, dia kini beralih duduk di pangkuan Deffin, lalu kemudian tangannya bergelayut manja di pundak Deffin, dengan pelan ia mendekatka
Setelah puas mengejek Erwin, Roy semakin tergelak ketika Erwin memutuskan sambungan video itu secara sepihak, lalu tawa Roy sirna dan berganti dengan desahan napas lelah, ternyata tidak mudah membuat ekspresi pura-pura sedang bahagia di depan orang, apalagi selama ini wajah datar terlalu mendominasi kesehariannya."Apa yang sedang kau tertawa kan?!" tanya Elma galak, sambil memicingkan mata curiga di tengah rasa kantuknya, Elma sedikit kesal karena Roy telah mengganggu tidur nyenyak nya."Kamu terbangun?" tanya Roy gelagapan sambil meringis tidak enak. "Maaf, jika aku terlalu kencang tertawa, aku sedang menonton video lucu, aku belum bisa tidur sebab mandi malam," jelas Roy yang tidak sepenuhnya berbohong.Roy segera menyibakkan selimut yang menutupi badannya, rasa dingin karena suasana malam hari dan juga air dingin yang mengguyur tubuhnya ketika mandi tadi, membuat Roy harus menggunakan sweater dan juga selimut tebal untuk menutupi badannya.Roy memakai
Setelah menghabiskan waktu seharian dengan penuh cinta, kini Deffin dan Azkia sedang duduk di tepi ranjang, dan sekarang waktunya Azkia mengambil kesempatan meminta sesuatu kepada Deffin, karena suasana hati Deffin yang sedang sangat baik, sudah pasti Deffin akan mengabulkan semua keinginannya."Sayang, besok kita ke KF Land ya?!" pinta Azkia penuh harap."Tidak mau!" tolak Deffin tegas. Mereka baru saja melewati hari-hari menegangkan, Deffin masih sedikit trauma dengan kejadian yang hampir memisahkan mereka berdua, dia tidak ingin Azkia keluar rumah lagi, jika saja kemarin bukan karena menjenguk Jessie di rumah sakit, Deffin sudah pasti melarang Azkia keluar sejak malam menegangkan itu berakhir."Sayang," Azkia langsung menggunakan senjata wajah melasnya untuk merayu Deffin, namun Deffin tetap keras kepala menolak permintaannya. Jika saja Deffin seperti para suami lainnya yang pasti akan menuruti permintaan istrinya dengan alasan ngidam, pasti itu akan sangat m
Deffin POV. Aku tersenyum ketika merasakan pelukan Azkia semakin erat, kulihat jam di dinding sudah menunjukkan pukul tujuh pagi, namun aku masih malas untuk bangun, ingin rasanya hari ini cuti lagi dan hanya tidur sambil memeluk Azkia seharian, sampai kapan pun aku tidak akan pernah bosan memeluk istri cantikku ini. Kemarin sepulang dari kampus Reynand, kita tidak jadi pergi ke panti asuhan, karena aku mengurung Azkia di dalam kamar hingga saat ini. Jangan tanyakan bagaimana reaksi Azkia ketika sadar jika aku membodohinya lagi, meski ia kesal setengah mati, namun dia tidak akan pernah bisa marah, karena aku selalu punya cara sendiri untuk menjaga suasana hati Azkia agar selalu bahagia. Rasanya aku tidak akan pernah puas memandangi wajah cantik wanita yang berada di dekapanku saat ini, meski usianya tidak muda lagi, namun aku melihatnya, dia tetap seperti gadis kecil yang pemberani, seperti saat pertama kalinya aku berjumpa dengannya. Aku ingat bagaim
Sesuai kesepakatan kemarin malam, pagi ini Azkia akan mengajak Deffin melihat sosok gadis yang akan menjadi calon menantu mereka. Saat ini pasangan suami istri itu sudah berpakaian rapi dan tengah menikmati sarapan mereka di ruang makan."Pagi, Ayah, Bu," sapa Reynand yang baru saja sampai di ruang makan."Pagi," sahut Azkia dan Deffin kompak."Tumben kamu berangkat pagi sekali?" tanya Azkia yang heran melihat Reynand akan berangkat lebih pagi dari biasanya."Iya, Erlena memintaku untuk menjemputnya, mobilnya sedang diperbaiki," sahut Reynand seraya mengambil piring berisi sandwich yang telah disiapkan Azkia."Kenapa tidak minta diantar sopirnya saja?" gerutu Azkia pelan, namun masih bisa didengar oleh Reynand."Ibu, Erlena meminta tolong, dan tujuan kita satu tempat, mana mungkin aku menolaknya? Lagi pula bukannya Ibu sudah menganggap Erlena putri Ibu sendir
Beberapa tahun kemudian... Memiliki anak dengan wajah tampan yang sama memang sebuah anugerah, namun bagaimana jika dia malah menjadi saingan untuk mendapatkan perhatian dari orang yang kita sayang? Seharusnya memang bukanlah masalah, mengingat dia adalah anaknya sendiri, akan tetapi karena sang suami adalah sang tuan posesif, bahkan kelewat posesif, dia menganggap anaknya adalah saingannya, dan setiap hari hanya akan ada rasa cemburu yang menggerogoti hati Deffin, lalu apa solusinya jika seperti ini? Menikahkan anaknya adalah jalan satu-satunya bagi Deffin untuk menjauhkan anak semata wayangnya dengan Azkia, sudah berapa tahun Deffin harus mengalah mendapatkan kasih sayang Azkia yang harus terbagi dengan anaknya, dan Deffin sekarang sudah tidak sanggup lagi untuk menahan rasa kesalnya lebih lama lagi, apalagi sekarang anaknya sudah bisa mengendarai mobil atau motor sendiri, dan itu malah dijadikan kesempatan anaknya untuk mendominasi Azkia. "Pokoknya setelah
Tiga tahun kemudian...Seorang anak lelaki tampak sedang duduk dengan angkuhnya di sofa kamarnya, sorot matanya yang tajam seolah sedang menguliti seorang pelayan yang sedang membersihkan tumpahan makanan yang tidak sengaja terjatuh sebab kakinya yang tersandung karpet mahal yang saat ini sedang dipijaknya."Kau membuat selera makanku jadi hilang!" protes anak lelaki tampan itu, wajahnya sangat tampan dan menggemaskan layaknya anak seusianya, namun tidak dengan sikapnya. Jika tidak ada ibunya di sampingnya, dia langsung berubah jadi iblis kecil yang arogan."Sekali lagi mohon maafkan saya, Tuan Muda," ujar pelayan itu bersimpuh di hadapannya."Saya akan membawakan Anda makanan yang baru, Tuan Muda," lanjutnya dengan suara bergetar sebab ketakutan. Bukan karena anak kecil itu mempunyai kekuatan super hingga membuatnya ketakutan, namun ayah dari anak itu adalah penguasa negara ini, jelas pelayan itu ketakutan karena sudah membuat anaknya kesal.
Tiga bulan kemudian. Setelah pernikahan Erwin dan Ellena yang digelar secara sederhana, selang beberapa hari kemudian Erwin sudah tidak bekerja lagi pada Deffin. Tidak hanya itu, Erwin juga sudah keluar dari dunia gelapnya, dia secara resmi memberikan Black World untuk dipimpin tangan kanannya, namun meski begitu Black World tetap melindungi anggota Wirata Group, sebagai sumpah setianya kepada mendiang kakek Deffin dahulu. Sekarang Erwin hanya fokus kepada bisnisnya yang bergerak di bidang restoran dan perhotelan. Sedangkan Roy tetap bekerja dengan Deffin, dia memutuskan pensiun jika Wirata Group juga sudah berpindah tangan ke tuan mudanya yaitu Reynand Wirata. Namun Deffin juga tidak membiarkan Roy sibuk seperti saat dia masih lajang, Deffin menyuruh Roy untuk memprioritaskan istrinya terlebih dahulu, karena Elma kini sudah hamil tua. Bukan hanya Elma dan Roy yang sedang menanti kehadiran buah hatinya, pasangan Ar
Tiga bulan sudah Ellena bekerja menjadi pengasuh Reynand, jika ditanya apakah Ellena betah kerja di rumah Deffin?Jawabannya pastilah betah, walaupun awalnya Ellena sangat tidak terbiasa dengan sifat posesif Deffin, bukan kepada Reynand, namun kepada Azkia sang istri tercinta.Deffin selalu menampakkan raut wajah 'tak suka jika Azkia terlihat asyik mengobrol dengan Ellena ketika Deffin sudah pulang bekerja. Deffin merasa kesal sebab Azkia sudah puas bersama Ellena dan Reynand mulai pagi hingga sore, namun Azkia masih mencuri waktu untuk mengobrol dengan Ellena di malam hari, padahal seharusnya malam hari adalah waktu giliran untuk bersama Deffin.Seperti saat ini, Deffin langsung mengerucutkan bibirnya ketika melihat Azkia dan Ellena mengobrol santai di teras samping rumah, sedangkan Reynand tampak tertidur pulas di stroller nya."Kau bahkan sekarang sudah lupa menyambutku pulang," ujar Deffin terdengar sinis.Azkia dan Ellena kompak menoleh, Ellena
Setelah puas melampiaskan rasa kesalnya semalaman, akhirnya di pagi buta Erwin memutuskan kembali ke rumahnya, bayangan beberapa kepala yang terputus dari tubuhnya, mampu membuat Erwin menorehkan senyum tipis di wajah tampannya.Melihat para musuh yang mati secara mengenaskan membuat sensasi rasa menyenangkan tersendiri bagi Erwin, apalagi musuh-musuh itu adalah orang yang merugikan bagi masyarakat, maka Erwin merasa dirinya adalah dewa penolong bagi semua orang.Memang benar bisnis Erwin terbilang kotor, selain mengelola banyaknya tempat perjudian dan prostitusi di berbagai negara, Black World juga sering menjual organ dalam manusia kepada orang yang membutuhkan, begitu pun dengan berbagai jenis senjata. Namun mereka dianggap sebagai Robin hood para rakyat bawah, bantuan finansial per bulan yang mereka gelontorkan tidak bisa dikatakan sedikit untuk menghidupi rakyat bawah, terutama orang tua yang sudah uzur.Di saat Erwin sedang asyik mengemudi, ia menger
Azkia merasa menyesal karena tidak menyetujui ide Deffin dari awal untuk mencari jasa seorang pengasuh, ternyata meski hanyamenyetujuinya dan belum mendapatkan pekerjanya, itu berpengaruh besar terhadap Deffin.Deffin kini telah kembali seperti semula, dia malas membawa pekerjaan kantor untuk dibawa pulang ke rumah, baginya di rumah adalah waktunya bersama keluarga, jadi Deffin berusaha secepat mungkin menyelesaikan pekerjaannya di kantor.Jika dalam waktu sebulan ini, setelah membersihkan diri sepulang kerja, biasanya Deffin akan langsung pergi ke ruang kerjanya, dia hanya keluar untuk makan malam, lalu setelah itu dia kembali masuk ke ruang kerja hingga kantuk menyerang. Bukan tanpa alasan Deffin memilih bekerja daripada bersama keluarganya, melihat Azkia yang hanya sibuk dengan Reynand, lalu ikut tidur ketika Reynand juga tidur, hal itu membuat Deffin merasa kesal, namun ia tidak bisa protes sebab melihat ada gurat kelelahan di wajah istrinya, mana tega Deffin
Ada yang bilang jika kita mempunyai bayi, kita akan tahu ketika jam sedang berputar, meskipun saat kita sedang tidur di malam hari, dan itu sekarang telah dirasakan Azkia dan Deffin. Setiap dua jam sekali Reynand akan menangis, entah itu meminta ASI, ataupun merasa tidak nyaman karena popoknya penuh.Selama satu bulan ini Azkia diam-diam selalu tersenyum geli ketika melihat Deffin bangun di tengah malam dan mengganti popok Reynand. Suami posesifnya itu selalu mengomel di pagi hari, hal itu wajar sebab Deffin merasa di nomor duakan, namun saat mengganti popok Reynand, hanya ada pancaran kasih sayang seorang ayah terhadap anaknya.Jika di pagi hari, Deffin akan terlihat sangat kesal dengan anaknya, dia tidak akan mau menggendong Reynand meski di waktu dia sudah pulang bekerja, itu Deffin anggap sebagai sikap protesnya. Azkia yang biasanya membantu memasangkan dasi, menyisir rambutnya, dan memasangkan sepatu untuknya, sekarang di pagi hari akan selalu sibuk mengurus Reyna