Sedangkan di tempat lain Azkia baru saja masuk ke dalam kamar, Azkia kaget di sofa sudah ada Deffin yang duduk dengan baju santainya.
" Kenapa baru pulang?!" Deffin berkata dengan wajah khawatir, namun nada suaranya yang terdengar ketus mengalihkan pandangan Azkia atas perasaan terlenanya.
" Aku tadi mampir ke kafe lain, untuk memperbaiki moodku," jawaban jujur Azkia, dia memang mampir ke kafe lain untuk membeli makanan dan minuman yang serba cokelat, moodnya akan kembali membaik jika sudah mencicipi makanan rasa manis itu.
" Duduk sini!" perintah Deffin dengan menepuk sofa sampingnya.
Azkia yang merasa lelah jiwa dan raga menurut, setelah berhasil mendaratkan tubuhnya dengan cepat Deffin menariknya ke dalam pelukannya.
"Istirahatlah kau pasti lelah," ucap Deffin dengan lembut, bagaikan mantra tanpa menunggu waktu lama Azkia langsung terlelap dipelukan Deffin.
<Di ruangan Deffin suasananya sangat mencekam, badai yang sebenarnya telah terjadi."Dasar jalang! Brengsek !!!!" teriak Deffin marah. Dengan segera Deffin mengambil pistol yang di simpan di laci dan menembak kaki kiri Bella.Doorr..Seketika Bella ambruk di lantai dengan teriakan histerisnya. Bahkan bibirnya tidak sanggup bicara lagi karena menahan sakit akibat merasakan timah panas yang menembus kulitnya." Sengaja aku tidak menembak kepalamu, suatu keberuntungan jika kau langsung mati," ucapnya dengan nada dingin juga masih menatap dengan aura membunuh."Aarrggghhh...." Deffin meluapkan rasa kesalnya. Semua yang ada di atas meja jatuh berserakan, sudah tidak peduli barang penting atau tidak.Masih belum puas, Deffin menginjak dada Bella dan menekannya."Aku bersumpah akan membuatmu menderita hingga kau memohon kematianmu sendiri."Adegan terakhir itu ditont
Beberapa hari ini kesehatan Deffin berangsur membaik, tidak ada pembicaraan antara Deffin dan Azkia yang menyinggung kejadian kemarin.Deffin yang tetap tidak mau menceritakan tentang dirinya, begitu pula dengan Azkia yang pura-pura tidak tahu.Sudah seminggu tidak berangkat ke kantor, Deffin menggunakan waktunya sebaik mungkin, yaitu bermanja-manja dengan Azkia.Sedangkan Azkia tidak merasa keberatan sama sekali, dia sudah terbiasa dengan sikap aneh Deffin.Hari ini sudah siang, bayi besarnya sedang tidur siang, sedangkan Azkia sama sekali tidak mengantuk karena bangunnya tadi kesiangan.Semalam mereka membicarakan hal menyenangkan hingga membuat kedua orang itu begadang, Alhasil Deffin membiarkan Azkia bangun kesiangan, sedangkan dia mengurusi pekerjaan kantornya di rumah.Merasa bosan Azkia berniat ke lantai bawah, hanya ingin melihat taman di belakang rumah, banyak tumbuhan buah-buahan dan an
Minggu demi Minggu telah terlewati, Deffin dan Azkia semakin dekat, kisah masa lalu mereka berdua masih tetap menjadi misteri. Semua aturan Deffin membuat Azkia terbiasa menjalankan tugas itu, sekarang tidak ada lagi beban di hatinya ketika menjalankannya.Karena sekarang bagi Azkia Deffin tidak menyeramkan seperti waktu pertama bertemu, kali ini dia lebih berani untuk berpura-pura merajuk, sedangkan Deffin yang sudah dibutakan cinta, merasa tingkah Azkia semakin menggemaskan.Malam yang biasanya hangat terasa dingin bagi Deffin, sudah seharian ini dia tidak bisa memeluk istri kesayangannya. Lama kelamaan Azkia mulai menunjukkan sifat aslinya, dia seorang perempuan yang tegar namun akan manja jika berada di samping orang yang membuat nyaman dirinya.Perempuan yang keras kepala, berani, dan agak licik tentumya. tapi kelicikannya bukan untuk hal jahat pastinya.Jam menunjukkan pukul 9 malam, jika biasanya dua orang itu akan bergelung di dalam selimut yang s
Hari yang seharusnya membuat Azkia bahagia, seketika berubah menjadi ketegangan.Dua orang sepasang mantan kekasih itu masih tidak menyadari ada segerombol orang yang mendekati mereka.Deffin dan yang lain masih memberikan jarak, namun obrolan mereka cukup terdengar dengan jelas di indra pendengaran mereka.Setelah Mark meminta Azkia untuk merajut hubungan mereka kembali."Kau sudah gila Mark, aku sudah menikah, dan itu tidak mungkin akan terjadi." Azkia berbicara dengan memberikan sorot mata tajam.Bagaimana orang di depannya mempunyai pikiran gila seperti itu."Aku memang sudah gila karenamu Azkia, selama ini hidupku hampa tanpamu ...." Lirihnya."Aku akan lebih membahagiakan dirimu dari tuan Deffin sialan itu." Mark berkata dengan penuh percaya diri, untuk meyakinkan hati Azkia bahwa dirinya yang terbaik."Kau benar-benar semakin tidak waras, aku tidak akan mungkin meninggalkan suamiku jika dia tidak bersalah," ucap Azkia me
Pagi yang indah bagi Tuan Muda yang paling berkuasa di negeri ini. Deffin menganggap kutukannya telah berakhir, bibir itu tidak berhenti tersenyum semenjak dia membuka matanya. Di hadapannya ada pemandangan indah yang mengalahkan segala keindahan di bumi, wanita cantik yang masih setia menutup matanya karena kelelahan akibat pergulatan panas semalam. Wajah menggemaskannya saat tidur membuat Deffin tidak kuasa untuk menahan agar tidak mencium Azkia. Cup Cup Cup Entah berapa kali dia melakukannya, kecupan yang didaratkan di bibir, yang akhirnya membangunkan tidur nyenyak Azkia. "Jika kau masih tetap seperti ini, kau bisa memancingku untuk memakanmu lagi," ucap Deffin dengan senyuman manis setelah Azkia membuka matanya. Azkia yang wajahnya merona semakin memerah, dia menyelusupkan wajahnya ke dada Deffin yang terbuka, Azkia tidak tahu jika kelakuannya membuat Deffin semakin terpancing. Tanpa aba-aba Deffin menggendong tubuh Azkia menuju kamar mandi. Azkia yang terkejut sedikit be
Tidak terasa pernikahan Deffin dan Azkia sudah memasuki usia satu tahun. Mereka berdua semakin dekat, sama seperti pasangan suami istri pada umumnya, yang terlihat saling mencintai. Namun, sampai sekarang masih belum ada kata cinta dari mulut mereka berdua, Deffin yang masih menjunjung tinggi rasa gengsinya, sedangkan Azkia, semua aturan Deffin yang tetap membelenggunya, tidak bisa membuat Azkia percaya jika Deffin mencintainya, jika tidak pernah ada kata cinta yang keluar untuknya. Deffin yang ingin segera mengetahui perasaan Azkia untuknya, telah berpikir konyol yang mungkin akan menjadi ingatan yang paling dia sesali seumur hidupnya. **************** Sudah satu bulan Deffin kembali menjadi lelaki normal, dia sudah tidak mual jika berdekatan dengan wanita, namun meski begitu, dia tetap menjaga jarak dengan wanita, aturan mematahkan tangan setiap wanita yang menyentuhnya karena niat menggoda tetap berlaku sepanjang hidupnya. Pagi yang cerah, tapi tidak dengan suasana hati Azkia,
Azkia yang setelah melihat pemandangan itu langsung pergi dan setengah berlari, kejadian ini seperti dejavu mengingatkannya pada Bella, namun sekarang kasusnya jelas berbeda karena Deffin memangku wanita itu berarti Deffin menerima semua perlakuan wanita itu.Jika dulu ada para karyawan yang mencegahnya keluar dari gedung ini, namun sekarang tidak karena tidak ada instruksi dari Sekretaris Roy, dan ini membuat Azkia semakin berpikir buruk, berarti benar dugaannya selama ini, dia hanyalah alat yang digunakan Deffin untuk menyembuhkan alerginya terhadap wanita.Dengan kasar Azkia membuka dan menutup pintu mobil sport milik Erwin, sedangkan yang di dalam mengumpat kencang karena kaget, namun emosinya segera sirna melihat betapa kacaunya wajah Azkia yang sedang menangis."Hei, apa yang terjadi?" Erwin membantu mengusap air mata Azkia, dengan lembut dia bertanya lagi, "Kenapa kamu menangis?""Sudah jangan banyak tanya dulu, cepat bawa aku pergi dari sini !!" p
Cukup lama berada di luar hanya memandang deburan ombak yang saling berkejaran, meski dari jarak yang cukup jauh, namun sudah bisa mengurangi rasa sesak di dadanya."Apa kau tidak lapar, ayo cepat masuk," suara Erwin membuyarkan lamunannya, tanpa ada kata karena dia juga merasa lelah, dengan patuh Azkia mengikuti langkah Erwin.Para penjaga dengan hormat menundukkan kepalanya ketika mereka berdua melangkahkan kaki melewati mereka yang sedang berbaris rapi di depan pintu yang bercat putih itu.Azkia semakin dibuat terpukau dengan dekorasi di dalam rumah yang semuanya bercat putih itu, segala impian masa kecilnya tentang rumah yang ingin ditinggalinya ketika dewasa, sekarang bisa nyata di pandang dengan leluasa oleh matanya.Dengan curiga Azkia memandang penuh selidik orang yang sekarang berada di sampingnya itu.tidak ingin berpikir aneh-aneh dengan segera Azkia mengungkapkan rasa penasarannya."Apakah villa ini milik Deffin?"
Deffin POV. Aku tersenyum ketika merasakan pelukan Azkia semakin erat, kulihat jam di dinding sudah menunjukkan pukul tujuh pagi, namun aku masih malas untuk bangun, ingin rasanya hari ini cuti lagi dan hanya tidur sambil memeluk Azkia seharian, sampai kapan pun aku tidak akan pernah bosan memeluk istri cantikku ini. Kemarin sepulang dari kampus Reynand, kita tidak jadi pergi ke panti asuhan, karena aku mengurung Azkia di dalam kamar hingga saat ini. Jangan tanyakan bagaimana reaksi Azkia ketika sadar jika aku membodohinya lagi, meski ia kesal setengah mati, namun dia tidak akan pernah bisa marah, karena aku selalu punya cara sendiri untuk menjaga suasana hati Azkia agar selalu bahagia. Rasanya aku tidak akan pernah puas memandangi wajah cantik wanita yang berada di dekapanku saat ini, meski usianya tidak muda lagi, namun aku melihatnya, dia tetap seperti gadis kecil yang pemberani, seperti saat pertama kalinya aku berjumpa dengannya. Aku ingat bagaim
Sesuai kesepakatan kemarin malam, pagi ini Azkia akan mengajak Deffin melihat sosok gadis yang akan menjadi calon menantu mereka. Saat ini pasangan suami istri itu sudah berpakaian rapi dan tengah menikmati sarapan mereka di ruang makan."Pagi, Ayah, Bu," sapa Reynand yang baru saja sampai di ruang makan."Pagi," sahut Azkia dan Deffin kompak."Tumben kamu berangkat pagi sekali?" tanya Azkia yang heran melihat Reynand akan berangkat lebih pagi dari biasanya."Iya, Erlena memintaku untuk menjemputnya, mobilnya sedang diperbaiki," sahut Reynand seraya mengambil piring berisi sandwich yang telah disiapkan Azkia."Kenapa tidak minta diantar sopirnya saja?" gerutu Azkia pelan, namun masih bisa didengar oleh Reynand."Ibu, Erlena meminta tolong, dan tujuan kita satu tempat, mana mungkin aku menolaknya? Lagi pula bukannya Ibu sudah menganggap Erlena putri Ibu sendir
Beberapa tahun kemudian... Memiliki anak dengan wajah tampan yang sama memang sebuah anugerah, namun bagaimana jika dia malah menjadi saingan untuk mendapatkan perhatian dari orang yang kita sayang? Seharusnya memang bukanlah masalah, mengingat dia adalah anaknya sendiri, akan tetapi karena sang suami adalah sang tuan posesif, bahkan kelewat posesif, dia menganggap anaknya adalah saingannya, dan setiap hari hanya akan ada rasa cemburu yang menggerogoti hati Deffin, lalu apa solusinya jika seperti ini? Menikahkan anaknya adalah jalan satu-satunya bagi Deffin untuk menjauhkan anak semata wayangnya dengan Azkia, sudah berapa tahun Deffin harus mengalah mendapatkan kasih sayang Azkia yang harus terbagi dengan anaknya, dan Deffin sekarang sudah tidak sanggup lagi untuk menahan rasa kesalnya lebih lama lagi, apalagi sekarang anaknya sudah bisa mengendarai mobil atau motor sendiri, dan itu malah dijadikan kesempatan anaknya untuk mendominasi Azkia. "Pokoknya setelah
Tiga tahun kemudian...Seorang anak lelaki tampak sedang duduk dengan angkuhnya di sofa kamarnya, sorot matanya yang tajam seolah sedang menguliti seorang pelayan yang sedang membersihkan tumpahan makanan yang tidak sengaja terjatuh sebab kakinya yang tersandung karpet mahal yang saat ini sedang dipijaknya."Kau membuat selera makanku jadi hilang!" protes anak lelaki tampan itu, wajahnya sangat tampan dan menggemaskan layaknya anak seusianya, namun tidak dengan sikapnya. Jika tidak ada ibunya di sampingnya, dia langsung berubah jadi iblis kecil yang arogan."Sekali lagi mohon maafkan saya, Tuan Muda," ujar pelayan itu bersimpuh di hadapannya."Saya akan membawakan Anda makanan yang baru, Tuan Muda," lanjutnya dengan suara bergetar sebab ketakutan. Bukan karena anak kecil itu mempunyai kekuatan super hingga membuatnya ketakutan, namun ayah dari anak itu adalah penguasa negara ini, jelas pelayan itu ketakutan karena sudah membuat anaknya kesal.
Tiga bulan kemudian. Setelah pernikahan Erwin dan Ellena yang digelar secara sederhana, selang beberapa hari kemudian Erwin sudah tidak bekerja lagi pada Deffin. Tidak hanya itu, Erwin juga sudah keluar dari dunia gelapnya, dia secara resmi memberikan Black World untuk dipimpin tangan kanannya, namun meski begitu Black World tetap melindungi anggota Wirata Group, sebagai sumpah setianya kepada mendiang kakek Deffin dahulu. Sekarang Erwin hanya fokus kepada bisnisnya yang bergerak di bidang restoran dan perhotelan. Sedangkan Roy tetap bekerja dengan Deffin, dia memutuskan pensiun jika Wirata Group juga sudah berpindah tangan ke tuan mudanya yaitu Reynand Wirata. Namun Deffin juga tidak membiarkan Roy sibuk seperti saat dia masih lajang, Deffin menyuruh Roy untuk memprioritaskan istrinya terlebih dahulu, karena Elma kini sudah hamil tua. Bukan hanya Elma dan Roy yang sedang menanti kehadiran buah hatinya, pasangan Ar
Tiga bulan sudah Ellena bekerja menjadi pengasuh Reynand, jika ditanya apakah Ellena betah kerja di rumah Deffin?Jawabannya pastilah betah, walaupun awalnya Ellena sangat tidak terbiasa dengan sifat posesif Deffin, bukan kepada Reynand, namun kepada Azkia sang istri tercinta.Deffin selalu menampakkan raut wajah 'tak suka jika Azkia terlihat asyik mengobrol dengan Ellena ketika Deffin sudah pulang bekerja. Deffin merasa kesal sebab Azkia sudah puas bersama Ellena dan Reynand mulai pagi hingga sore, namun Azkia masih mencuri waktu untuk mengobrol dengan Ellena di malam hari, padahal seharusnya malam hari adalah waktu giliran untuk bersama Deffin.Seperti saat ini, Deffin langsung mengerucutkan bibirnya ketika melihat Azkia dan Ellena mengobrol santai di teras samping rumah, sedangkan Reynand tampak tertidur pulas di stroller nya."Kau bahkan sekarang sudah lupa menyambutku pulang," ujar Deffin terdengar sinis.Azkia dan Ellena kompak menoleh, Ellena
Setelah puas melampiaskan rasa kesalnya semalaman, akhirnya di pagi buta Erwin memutuskan kembali ke rumahnya, bayangan beberapa kepala yang terputus dari tubuhnya, mampu membuat Erwin menorehkan senyum tipis di wajah tampannya.Melihat para musuh yang mati secara mengenaskan membuat sensasi rasa menyenangkan tersendiri bagi Erwin, apalagi musuh-musuh itu adalah orang yang merugikan bagi masyarakat, maka Erwin merasa dirinya adalah dewa penolong bagi semua orang.Memang benar bisnis Erwin terbilang kotor, selain mengelola banyaknya tempat perjudian dan prostitusi di berbagai negara, Black World juga sering menjual organ dalam manusia kepada orang yang membutuhkan, begitu pun dengan berbagai jenis senjata. Namun mereka dianggap sebagai Robin hood para rakyat bawah, bantuan finansial per bulan yang mereka gelontorkan tidak bisa dikatakan sedikit untuk menghidupi rakyat bawah, terutama orang tua yang sudah uzur.Di saat Erwin sedang asyik mengemudi, ia menger
Azkia merasa menyesal karena tidak menyetujui ide Deffin dari awal untuk mencari jasa seorang pengasuh, ternyata meski hanyamenyetujuinya dan belum mendapatkan pekerjanya, itu berpengaruh besar terhadap Deffin.Deffin kini telah kembali seperti semula, dia malas membawa pekerjaan kantor untuk dibawa pulang ke rumah, baginya di rumah adalah waktunya bersama keluarga, jadi Deffin berusaha secepat mungkin menyelesaikan pekerjaannya di kantor.Jika dalam waktu sebulan ini, setelah membersihkan diri sepulang kerja, biasanya Deffin akan langsung pergi ke ruang kerjanya, dia hanya keluar untuk makan malam, lalu setelah itu dia kembali masuk ke ruang kerja hingga kantuk menyerang. Bukan tanpa alasan Deffin memilih bekerja daripada bersama keluarganya, melihat Azkia yang hanya sibuk dengan Reynand, lalu ikut tidur ketika Reynand juga tidur, hal itu membuat Deffin merasa kesal, namun ia tidak bisa protes sebab melihat ada gurat kelelahan di wajah istrinya, mana tega Deffin
Ada yang bilang jika kita mempunyai bayi, kita akan tahu ketika jam sedang berputar, meskipun saat kita sedang tidur di malam hari, dan itu sekarang telah dirasakan Azkia dan Deffin. Setiap dua jam sekali Reynand akan menangis, entah itu meminta ASI, ataupun merasa tidak nyaman karena popoknya penuh.Selama satu bulan ini Azkia diam-diam selalu tersenyum geli ketika melihat Deffin bangun di tengah malam dan mengganti popok Reynand. Suami posesifnya itu selalu mengomel di pagi hari, hal itu wajar sebab Deffin merasa di nomor duakan, namun saat mengganti popok Reynand, hanya ada pancaran kasih sayang seorang ayah terhadap anaknya.Jika di pagi hari, Deffin akan terlihat sangat kesal dengan anaknya, dia tidak akan mau menggendong Reynand meski di waktu dia sudah pulang bekerja, itu Deffin anggap sebagai sikap protesnya. Azkia yang biasanya membantu memasangkan dasi, menyisir rambutnya, dan memasangkan sepatu untuknya, sekarang di pagi hari akan selalu sibuk mengurus Reyna