Share

Bab 171

Penulis: Imgnmln
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Setelah kontrak diserahkan, Sean bersiap untuk pergi. Meskipun dia tidak memiliki waktu untuk mengelolah saluran batu asli di kedua daerah, tetapi dia bisa membuat Roni dan yang lainnya keluar dari pasukan bawah tanah ke permukaan hanya dalam satu gerakan.

Iya, dia bermaksud memberikan kontrak besar batu asli di kedua daerah itu untuk diolah oleh Roni, sehingga Roni dan yang lainnya bisa bertobat.

"Sean, kak Sean, tunggu sebentar," Melihat Sean ingin pergi, Riza bergegas mengejarnya.

Sean mengangkat alisnya, berhenti dan melihat ke Riza.

"Jadi begini, bisakah kamu menjual saluran batu asli di kota Bandung di tanganmu untukku?" Ujar Riza dengan tersenyum meringis.

"Maaf, aku tidak bermaksud menjualnya," ujar Sean dengan tersenyum ringan.

Riza merasa sedikit malu. Jika dia tidak mendapatkan kontrak saluran itu untuk dibawa pulang, saat dia pulang dia pasti akan dimarahi habis-habisan.

"Aku bisa memberikan lebih dari taruhan tadi, untuk membeli kon
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Tuan Muda Konglomerat   Bab 172

    "Kakak, ada masalah besar yang terjadi tadi," ujar Jennie tanpa banyak berpikir. "Hah? Apa yang terjadi?" Mega terkejut, dan Natalie menatap Jennie dengan ekspresi terkejut. "Kakak ipar, dia membuat masalah!" Ujar Jennie dengan ketakutan. Mega terkejut, Natalie mengerutkan kening dan bertanya, "Apa yang terjadi dengan kakak iparmu?" "Dia, dia menampar Yuda dua kali di depan umum. Kali ini, bukan hanya dia yang akan mati, kemungkinan besar akan mempengaruhi keluarga kita juga!" Ujar Jennie dengan khawatir. "Siapa Yuda?" Meskipun Yuda adalah generasi kedua keluarga Suryana yang terkenal pemain wanita, tetapi beberapa orang yang sudah berumur tidak mengenalnya. Natalie juga tidak terkecuali. "Generasi kedua dari keluarga Suryana kota Bandung bagian utara. Jika ada orang yang pernah menyinggung perasaannya, kalau bukan kakinya yang patah, maka tangannya yang akan dilumpuhkan, selain itu dengar-dengar ketiadaan keluarga Brahmana sebelumnya adalah karena ke

  • Tuan Muda Konglomerat   Bab 173

    "Ayah, Jennie, aku akhirnya sudah memahami kalian. Sean membantu kalian mendapatkan 100 miliar. Setelah ada masalah, kalian meninggalkannya dan langsung melarikan diri pulang ke rumah, apakah kalian masih memiliki hati nurani?" Dia menoleh ke Natalie dan berkata dengan marah, "Selain itu, ibu, ayah sudah mengatakan, dari 100 miliar ini, setengahnya adalah milik Sean, tetapi ibu tidak ingin memberinya sepeserpun, tanpa Sean, apakah ayah bisa mendapatkan uang itu? Apakah ibu tidak memiliki hati nurani lagi? Apakah ibu lupa, kalian selalu memusuhi Sean, tetapi waktu itu dia masih diam-diam membantumu memenangkan proyek perusahaan Wijaya. Terus kalian pernah mengatainya, mempermalukannya, apa dia ada mengatai kalian? Dia tidak mengatakan apa-apa, setidaknya dia tidak mengatakan sesuatu yang tidak baik tentang kalian di depanku. " Mungkin karena dia juga merasa takut, akhirnya Mega pun marah. Bambang, Natalie, dan Jennie semuanya menundukkan kepala karena malu. Iya, sel

  • Tuan Muda Konglomerat   Bab 174

    Sean menoleh dan menatap Mega, hatinya yang paling lembut langsung tersentuh. "Bu, aku ingin pulang," ujar Andin sambil menangis ketika dia melihat neneknya marah. "Iya sayang, kita akan pulang sekarang," Mega menekan kemarahan di hatinya dan menggendong Andin dari pelukan Sean. "Mega, percayalah padaku, berapa banyak pun keluarga Suryana aku tidak mempedulikannya. Aku bilang mereka tidak berani datang mencari masalah, maka mereka tidak akan berani datang, ayo kita pulang," Sean merangkul bahu Mega, dan mereka bertiga berjalan menuju pintu. Setelah mereka bertiga keluar dari lift, mereka berjalan menuju mobil, ketika mereka akan masuk ke dalam mobil, mereka melihat Bambang berlari dengan terengah-engah. "Ayah, apa yang ayah lakukan?" Tanya Mega. "Mega, temperamen ibumu memang seperti itu, kamu jangan marah padanya," Bambang menghela napas dan berbalik ke arah Sean. "Sean, berikan nomor kartu mu, aku akan mentransfer uang bagian untukmu, bawa Meg

  • Tuan Muda Konglomerat   Bab 175

    "Apakah kamu mentransfer uangnya kepada mereka?" Natalie bertanya dengan muram ketika Bambang kembali. Dia jelas tahu bahwa Bambang mengejar mereka karena ingin mentransfer uang untuk Sean, tetapi dia akhirnya hanya membiarkan Bambang mengejar mereka. "Sean baru saja memenangkan lotre sebesar 300 miliar beberapa waktu lalu. Apakah mereka akan tertarik dengan 50 miliar?" Ujar Bambang dengan kesal. "Apa? Dia memenangkan lotre 300 miliar beberapa waktu yang lalu?" Natalie terkejut, ratusan miliar, bahkan dia belum pernah melihatnya. "Ayah, apakah yang kamu katakan itu benar, kakak ipar benar-benar memenangkan lotre 300 miliar?" Jennie juga menatap Bambang dengan terkejut. "Benar, jika tidak percaya kamu bisa menelpon kakakmu dan bertanya kepadanya," ujar Bambang dengan mencibir. "Huh, anak itu memenangkan uang ratusan miliar, dan tidak memberikan kita sepeserpun untuk menunjukkan rasa baktinya. Dia benar-benar tidak memiliki hati nurani. Selain itu Mega

  • Tuan Muda Konglomerat   Bab 176

    Disisi lain, di vila keluarga Suryana. "Apakah identitasnya sudah diketahui?" Faruq menatap pria paruh baya yang masuk dan bertanya dengan suara dalam. "Direktur Faruq, sudah diketahui, dia adalah pemilik supermarket Sejahtera," ujar pria paruh baya dengan hormat. "Seorang pemilik supermarket dapat mengeluarkan uang triliunan untuk berjudi? Apa kamu tidak menemukan ada identitas lain lagi?" Ujar Faruq dengan mengerutkan keningnya. "Sementara belum ditemukan," ujar pria paruh baya itu sambil menggelengkan kepalanya. "Oke, teruslah periksa, selain itu, cari orang untuk pergi ke supermarketnya dan membuat sedikit masalah dulu," ujar Faruq dengan serius. "Baik, Direktur Faruq, aku akan segera mengaturnya sekarang," Pria paruh baya mengangguk dengan hormat dan kemudian keluar. Faruq berdiri di dekat jendela, terlihat tatapan mematikan di matanya. "Aku tidak peduli siapa kamu, berani memukul putra sulungku dan melukai putra bungsuku. Jika aku t

  • Tuan Muda Konglomerat   Bab 177

    "Ayah, jika kita membubarkan perusahaan traffic, kelak kita tidak akan bisa berada di bidang itu lagi," ujar Yuda dengan cemas. "Tahu apa kamu masalah ini, pergi atur saja sana!" Ujar Faruq dengan suara yang dalam, kemudian dia bangkit dan berjalan keluar. Muncul masalah yang begitu besar, yang harus dia lakukan pertama kalinya adalah pergi ke perusahaan untuk mengadakan pertemuan manajemen untuk menstabilkan perusahaan.— Pada saat ini di Southbank Noir, Sean dan Agung sedang mendiskusikan suatu masalah. "Dua kontrak ini aku serahkan kepadamu, setelah masalah keluarga Suryana diselesaikan, kamu langsung dirikan perusahaan perdagangan perhiasan," ujar Sean. "Jika ingin membangun perusahaan perdagangan perhiasan, itu mungkin akan membutuhkan banyak uang," ujar Agung setelah menerima kontrak saluran batu asli. "500 miliar cukup tidak?" Ujar Sean sambil tersenyum. "Sepertinya kamu benar-benar sudah menjadi kaya," mata Agung langsung cerah, sebelumn

  • Tuan Muda Konglomerat   Bab 178

    "Hei, Yardan, angin apa yang membawamu kesini," Bambang membuka pintu dan melihat sepasang suami-istri dan seorang pemuda tampan berdiri di depan pintu rumahnya. Pasangan ini adalah teman sekelasnya yang dulu, Yardan Tahalea dan Emily. Adapun pemuda yang tampan itu adalah putranya Yardan Tahalea dan istrinya, Gavin Tahalea. "Hai, aku sudah lama tidak berkontak denganmu. Hari ini, Gavin baru saja dipekerjakan oleh Champions, jadi aku sekalian datang bertamu, malam ini aku ingin mengundangmu keluar untuk makan malam bersama," ujar Emily sambil tersenyum. "Oh, Jennie juga ada di rumah. Hai, tidak bertemu selama beberapa tahun, Jennie sudah menjadi gadis yang sangat cantik," Emily melihat Jennie yang di samping dan menyapanya sambil tersenyum. Mereka hari ini datang ke rumah Bambang, tujuannya memang untuk menemui Jennie. Dulu, kedua keluarga mereka awalnya adalah tetangga. Gavin Tahalea menyukai Mega, keluarga Tahalea juga pernah datang untuk melamarnya, siapa sa

  • Tuan Muda Konglomerat   Bab 179

    "Jennie, Champions adalah perusahaan terbesar di kota Bandung. Penghasil serta tunjangan dll bahkan sudah setara dengan penghasilan di kota-kota besar, orang biasa tidak akan bisa masuk," ujar Gavin Tahalea dengan bangga. Jennie tersenyum dan tidak mengatakan apa-apa, dia berkata dalam hati, gaji hanya 40 jutaan perbulan untuk apa di banggakan. Kakak iparku menghasilkan 100 miliar untuk ayahku hanya dalam semalam. "Jennie, ini aku belikan tas untukmu saat aku akan kesini," Gavin Tahalea mengeluarkan tas tangan dari plastik untuk Jennie ketika waktunya kira-kira sudah tepat. "Waw, tasnya sangat cantik, pasti harganya mahal bukan," ujar Bambang setelah melihatnya sejenak. "Asal Jennie menyukainya, tidak masalah aku mengeluarkan uang 15 juta untuk tasnya," ujar Gavin Tahalea dengan sombong. "Oh iya, paman, aku juga membawakanmu makanan, paman bisa mencobanya," Gavin Tahalea memberikan goodie bag dengan brand yang terkenal dan menyerahkannya kepada Bambang. "Kenapa harus repot-

Bab terbaru

  • Tuan Muda Konglomerat   Ekstra Part

    “Dian, apa kamu sedang sibuk?” Sean menelepon Jenderal Dian, suaranya terdengar dingin.[Ya, Tuan, aku baru saja mau pergi makan, apa kamu sudah makan? Kalau kamu belum makan, aku traktir kamu makan.] Jenderal Dian tertawa."Oke, aku akan mencarimu sendiri di hari lain, tapi Dian, aku punya sesuatu untuk didiskusikan denganmu, apa kamu bisa menyisihkan beberapa menit untuk mendengarkanku?" Sean juga tertawa.[Tentu saja tidak masalah, katakan saja,] jawab Jenderal Dian."Aku ingin keluarga Wijaya menghilang dari muka bumi ini!" Ucap Sean dengan dingin.Dian yang mendengar itu terkejut, dia menggertakan giginya dengan kuat. [A-ada apa, Tuan? Apa yang terjadi?]"Lakukan, aku ingin keluarga Wijaya menghilang hari ini juga!"Dian yang menyadari terjadi sesuatu antara Sean dan Riswan langsung bergegas membawa anak buahnya menuju kediaman keluarga Wijaya,***Sementara itu, malam hari di kediaman Wijaya.BRAK!"Bajingan!" Gerutu Riswan dengan kesal. "Beraninya dia memperlakukanku seperti in

  • Tuan Muda Konglomerat   Bab 256 - End

    "Tidak, kamu masih tidak terlalu mengenalku, aku hanya manusia biasa, aku tidak mencintai itu semua, aku hanya mencintai uang. Begini saja, melihat ketulusanmu, aku akan mengurangi sedikit uangnya menjadi 10 milyar, kita semua orang terhormat, tidak perlu membicarakan harga lagi." Sean melambaikan tangannya, tampak seperti orang yang menyukai uang. Sebenarnya dia hanya ingin memeras Riswan. Malam itu, Riswan tidak ingin pergi ke supermarket untuk melakukan sesuatu, dan setelah kejadian ini, dia merasa Riswan tidak tahan untuk tidak pergi ke supermarket untuk melakukan sesuatu. Kalau begitu, peras dia dengan keras dulu, ketika dia benar-benar membuat masalah, kemudian memerasnya lagi, atau memberikan sedikit masalah pada keluarga Wijaya-nya, lihat apa dia berani pergi ke supermarket membuat masalah di masa depan? Begitu Sean mengatakan ini, Riswan dan yang lainnya tercengang. '10 Milyar?!' Ini jelas adalah perampasan! Riswan mengeluh di dalam hatinya, mengeluh hingga hampir muntah

  • Tuan Muda Konglomerat   Bab 255

    Dia tidak menyangka itu Sean, meskipun dia tidak tahu identitas pasti Sean, tapi pria ini adalah dewa yang ingin diajak bersulang oleh tokoh-tokoh kuat di kota, termasuk Rendy. Dia hanya putra dari keluarga kecil, sama sekali tidak berani menghadapinya. "Sean, Tuan Muda Riswan kami sudah datang, bukankah kamu tadi berteriak ingin melihat Tuan Muda Riswan kami, kamu berani sombong? Oh iya, kami Tuan Muda Riswan adalah pewaris Keluarga Wijaya, salah satu dari empat keluarga besar," kata Beni memberikan pandangan mengejek pada Sean. Sebelumnya dipukuli oleh Sean, sekarang Riswan ada di sini, dia segera melanjutkan kembali penampilannya yang arogan dan sombong. Sean bahkan tidak menatapnya sama sekali, hanya menatap Riswan dengan datar. “Ternyata kamu,” Riswan tidak menyangka itu adalah Sean, ekspresi matanya tiba-tiba menjadi suram. Hubungannya dengan Sean sudah naik ke titik musuh sejati, dia belum pergi mencari masalah ke Sean, tapi tidak disangka Sean ter

  • Tuan Muda Konglomerat   Bab 254

    "Hutang mamaku padamu sudah dibayar, sekarang kita akan menghitung kompensasi untuk kerusakan mental mamaku selama periode ini. Oh iya, dan adik iparku," kata Sean sambil tersenyum mengejek. Awalnya dia hanya ingin membayar hutang Natalie, mengambil kwitansinya lalu pergi dari tempat itu. Tidak disangka, Beni ternyata masih ingin mempermainkannya, jadi dia menemani Beni untuk bersenang-senang. "Ada apa denganmu? Kompensasi kerusakan mentalnya seharusnya dia sendiri yang memintanya pada kami baru benar, kan," Beni tertawa mendengar perkataan Sean. “Kenapa? Dia mamaku, aku sebagai menantu, bukankah tidak masalah mencari kalian untuk menghitung kompensasi kerusakan mental?" Sean melotot ke arah Beni. Mamamu? Kami tidak melihat dia memperlakukanmu sebagai menantu, kalau tidak bagaimana mungkin dia meninggalkanmu sendirian, dan dengan tidak pedulinya melarikan diri. Wajah Beni menjadi sangat jelek, tapi dia masih berkata, "Kamu jangan bercanda, tadi juga

  • Tuan Muda Konglomerat   Bab 253

    "Lepaskan dia, berapa banyak hutangnya, aku akan membayarnya," menanggapi pengakuan bersalah Natalie, Sean tidak repot-repot menanganinya, Natalie bahkan meminjam dari lintah darat untuk mendapatkan kembali uang kalah judinya, dia sama sekali tidak percaya omong kosong Natalie. Di masa lalu, dia melihat dengan matanya sendiri, ada orang yang demi berhenti berjudi, dia bahkan memotong jari kelingkingnya. Tapi tidak lama kemudian, orang itu menginjakkan kaki di kasino dan kehilangan celana dalam. "2 miliar dengan tambahan bunga 15%," Natalie dengan tergesa-gesa berkata. Sean menatap tajam ke arah Beni, dan Beni dan yang lainnya pun menatap serius wajah Sean, kemudian Beni mengangguk, berkata, "Benar, total semuanya jadi 2,3 miliar, jika kamu dapat membayar kembali uang itu, aku akan segera melepaskannya." "Berikan aku nomor rekening," kata Sean sambil menatap handphone yang dia keluarkan. Beni tertegun, kemudian tertawa, langsung memberikan nomor rekeningny

  • Tuan Muda Konglomerat   Bab 252

    Jennie juga merupakan wanita cantik di sekolahnya. Sejujurnya, Beni yang sudah hidup lebih dari 30 tahun dan melihat banyak wanita, tapi dia belum pernah melihat wanita cantik seperti Jennie. Alasan Beni meminjamkan uang sebanyak 2 miliar kepada Natalie itu karena dia sudah melihat foto Jennie sebelumnya. Biasanya, tidak banyak orang yang bisa dengan tepat waktu melunasi pinjaman rentenir, apalagi pinjaman dengan bunga berganda semacam ini. Jika melihat Jennie orangnya langsung hari ini, dia bahkan lebih cantik dari foto, Beni langsung tertarik. “Benar, dia putriku Jennie, Jennie, cepat kesini dan temui Kak Beni,” Natalie dengan hati-hati tersenyum dan berbicara, Beni bisa memberikan toleransi beberapa hari, membuatnya sedikit terkejut, dan tidak berpikir hal lainnya sama sekali. “Halo, Kak Beni,” Jennie dengan sedikit takutnya menyapa Beni. "Jennie cantik, sini duduk, tolong cepat tuangkan teh," Beni menyuruh pria berotot untuk menyiapkan teh. Si pria be

  • Tuan Muda Konglomerat   Bab 251

    Keesokan harinya Mega bangun pagi-pagi dan tidak mengatakan sepatah kata pun kepada Sean, bisa dilihat bahwa dia masih sangat marah. Sepertinya itu bukan hanya marah biasa, itu sangat menyedihkan. Sudah hampir sepuluh tahun menikah, Mega dibohongi, jika wanita yang lain, tidak mungkin hanya marah semudah itu. Mega terjaga, dan Sean juga sudah bangun. Dia diam-diam menatap Mega yang sedih yang tidak berbicara dengannya, hatinya merasa sedikit terguncang, dan bahkan dia hampir ingin menceritakan yang sebenarnya padanya. Setelah Mega keluar, Sean juga bangun untuk mandi. Lalu dia pergi ke dapur untuk membuat sarapan untuk Andin. Setelah mengantarkan Andin ke sekolah, dia berencana pergi ke supermarket. Meskipun tidak mungkin bagi Riza untuk mengirim seseorang ke supermarketnya untuk menimbulkan masalah, dia tahu bahwa Riswan pasti akan mengirim seseorang, dan itu masalah akhir-akhir ini. Pada saat itu, dia masih gelisah tentang Irfan, dan dia khawatir kepercayaan

  • Tuan Muda Konglomerat   Bab 250

    Pria muda itu mengambil kotak nasi itu tanpa sadar dan ingin mengatakan sesuatu, tetapi ternyata dia tidak bisa mengatakan apa-apa. Pagi ini dia makan beberapa roti dan memang sedikit lapar, dia diam-diam mengucapkan terima kasih kepada Andin dan Sean sebelum membuka nasi kotak. Tetapi ketika nasi kotak terbuka, dia tercengang. Dia kaget melihat puluhan juta uang tunai, lalu buru-buru menatap Sean. Tetapi pada saat itu Sean memegang tangan Andin dan berjalan di luar taman. “Semoga kehidupan kalian diberkati!” Pria muda itu bergetar, di belakang Sean dan Andin dia membungkuk, matanya sedikit basah. Akhirnya dia menyadari, bahwa saat dia menelpon keluarganya tadi, ada sepasang ayah dan anak perempuan yang melewatinya, saat itu di tidak memperhatikan, dan percakapannya pasti didengar oleh ayah dan anak perempuan itu. Untuk bantuan Sean, dia mengingat erat-erat di dalam hatinya. Dan akan benar-benar ingat penampilan mereka berdua. Uang itu sangat penting baginya.

  • Tuan Muda Konglomerat   Bab 249

    Dia juga orang yang memiliki harga diri, dia ingin dengan kemampuannya sendiri naik selangkah demi selangkah, tapi perasaan yang semua sudah diatur oleh orang lain ini membuatnya sangat tidak nyaman. “Itu, aku, aku tidak tahu apa yang dipikirkan Tuan muda Sean,” Chandra tertawa. “Lupakan saja, aku juga tidak mempersulitmu, aku akan bicara sendiri dengannya,” kata Mega dan meninggalkan kantor Chandra. Pada saat itu, saat itu dia benar-benar mengetahui identitas Sean yang sebenarnya, di hatinya tidak ada rasa terkejut dan bahagia. Yang ada hanya perasaan ditipu. Setelah meninggalkan perusahaan, Mega memarkir mobil di sisi jalan, mengeluarkan ponselnya, dan mencari nomor Sean. Dia awalnya ragu, tapi akhirnya dia tetap tidak menelepon Sean. Awalnya, dia ingin menanyakan mengapa Sean terus membohonginya, tetapi setelah memikirkannya, dia menyerah. Sean telah menipu dia. Apa gunanya bertanya lagi? Sebelum Mega kembali ke rumah, dia ditelepon Dewi, mengunda

DMCA.com Protection Status