"Hei, Yardan, angin apa yang membawamu kesini," Bambang membuka pintu dan melihat sepasang suami-istri dan seorang pemuda tampan berdiri di depan pintu rumahnya. Pasangan ini adalah teman sekelasnya yang dulu, Yardan Tahalea dan Emily. Adapun pemuda yang tampan itu adalah putranya Yardan Tahalea dan istrinya, Gavin Tahalea. "Hai, aku sudah lama tidak berkontak denganmu. Hari ini, Gavin baru saja dipekerjakan oleh Champions, jadi aku sekalian datang bertamu, malam ini aku ingin mengundangmu keluar untuk makan malam bersama," ujar Emily sambil tersenyum. "Oh, Jennie juga ada di rumah. Hai, tidak bertemu selama beberapa tahun, Jennie sudah menjadi gadis yang sangat cantik," Emily melihat Jennie yang di samping dan menyapanya sambil tersenyum. Mereka hari ini datang ke rumah Bambang, tujuannya memang untuk menemui Jennie. Dulu, kedua keluarga mereka awalnya adalah tetangga. Gavin Tahalea menyukai Mega, keluarga Tahalea juga pernah datang untuk melamarnya, siapa sa
"Jennie, Champions adalah perusahaan terbesar di kota Bandung. Penghasil serta tunjangan dll bahkan sudah setara dengan penghasilan di kota-kota besar, orang biasa tidak akan bisa masuk," ujar Gavin Tahalea dengan bangga. Jennie tersenyum dan tidak mengatakan apa-apa, dia berkata dalam hati, gaji hanya 40 jutaan perbulan untuk apa di banggakan. Kakak iparku menghasilkan 100 miliar untuk ayahku hanya dalam semalam. "Jennie, ini aku belikan tas untukmu saat aku akan kesini," Gavin Tahalea mengeluarkan tas tangan dari plastik untuk Jennie ketika waktunya kira-kira sudah tepat. "Waw, tasnya sangat cantik, pasti harganya mahal bukan," ujar Bambang setelah melihatnya sejenak. "Asal Jennie menyukainya, tidak masalah aku mengeluarkan uang 15 juta untuk tasnya," ujar Gavin Tahalea dengan sombong. "Oh iya, paman, aku juga membawakanmu makanan, paman bisa mencobanya," Gavin Tahalea memberikan goodie bag dengan brand yang terkenal dan menyerahkannya kepada Bambang. "Kenapa harus repot-
Meskipun keluarga Emily merasa sedikit tidak senang, tetapi mereka juga harus mengakui keberuntungan Sean, menantu ini benar-benar berkah bagi Bambang. Hanya saja melihat Sean ternyata adalah seorang pengangguran, Emily tidak bisa menahan diri untuk mengatainya, "Bambang, Sean masih muda dan tidak pergi bekerja, bahkan jika dia memberikanmu 500 miliarpun, dia masih saja tidak berguna. Menurutku, anak muda seharusnya memiliki sebuah pekerjaan yang tetap dan stabil, seperti putra kami Gavin, dia bekerja di perusahaan besar seperti Champions, kelak dia akan sepenuhnya terjamin, dan tidak perlu lagi memakan uang orang tua. " "Iya, bahkan jika kamu memiliki banyak uang, jika generasi muda tidak kompeten, akhirnya juga akan hidup susah," ujar Yardan Tahalea. Gavin Tahalea juga tampaknya telah mendapatkan kembali kepercayaan dirinya, dia bersikap acuh tak acuh kepada Sean. Tidak peduli seberapa beruntungnya Sean, dia juga tidak akan bisa memenangkan hadiah utama lagi
Argan bahkan tak menghiraukan sikap cuek Sean, dia hanya tersenyum dan bahkan memberinya sebuah tas berisi hadiah kepada Sean, dan berkata dengan hormat, “Tuan Sean, aku tidak memiliki apa-apa untuk diberikan kepadamu. Aku hanya membawa kalung dengan model terbaru untuk Nyonya Sean, sebagai rasa hormat dariku, semoga Tuan dan Nyonya Sean berkenan menerimanya.” Kalung model terbaru dari Hias Emas House? Itu merupakan kalung mewah, dia bahkan memberikan kalung mewah itu untuk Sean, siapa Sean sebenarnya? Emily terkejut, dia juga sering pergi ke Hias Emas House untuk membeli perhiasan, tentu saja dia juga tahu model kalung terbaru ini. Harga kalung itu hampir menyentuh puluhan miliar! Sean mengangguk, dia tahu maksud tujuan Argan, dia mengeluarkan kalung itu, sungguh indah dan mewah, Jennie yang duduk di sebelah tampak iri melihatnya. Ini merupakan hadiah dari bos Argan untuk kakaknya, dia tentu sungkan untuk memintanya. Saat ini, perasaan Emily tidak diragu
Ini bukanlah masalah besar, dia telah menerima hadiah, sedangkan Sean tidak, bukankah ini akan membahayakan Sean? “Wah, Tuan Sean ada di sini juga,” kata Setya begitu melihat Sean, dia menyerahkan ginseng itu ke tangan Bambang, kemudian berjalan ke arah Sean. “Apa kabar Tuan Sean? Maaf sudah mengganggu,” Pria itu membungkukkan badan dan mengulurkan tangannya untuk berjabat dengan Sean. Sama seperti sebelumnya, Sean tidak bangkit dari duduknya, dan hanya mengulurkan tangannya untuk berjabat dengan Setya. Setya juga tidak tersinggung sama sekali, melainkan dia hanya tertawa dan menyerahkan tas hadiah lain kepada Sean. “Tuan Sean, orang luar biasa seperti kamu, aku tidak tahu harus memberi apa kepadamu. Hanya saja aku mendengar bahwa Nyonya Sean orang yang cantik dan berbakat, aku memilih sebuah cincin berlian Cartier untuk Nyonya Sean, saya harap Tuan Sean tidak keberatan dan bisa mewakili Nyonya Sean untuk menerima pemberian dari saya,” kata Setya dengan hormat
“Tidak mengganggu sama sekali, anggap saja seperti rumah sendiri, kepala Keluarga Wiguna bisa datang ke sini, merupakan sebuah kehormatan bagi kami,” kata Bambang tersenyum dan penuh semangat, lalu dia berbalik badan melirik ke arah Jennie. “Jennie, tambah lagi minumannya,” suruh Bambang. Melihat Bambang begitu antusias bertemu dengan Dennis, orang-orang yang ada di sana juga tidak ada yang keberatan. Lagi pula di mata Dennis, mereka bagaikan adik-adik baginya. “Bos Dennis.” “Bos Dennis.” Bos-bos dari toko-toko perhiasan menyapa Dennis, dalam hati bertanya, apakah kedatangan Dennis juga berkaitan dengan Gypsy Gold Horse Fam? Pada saat itu, Riza yang sudah mengeluarkan 50 triliun rupiah saja tidak bisa mengambil alih Gypsy Gold Horse Fam di kota Bandung dari tangan Sean, jika Keluarga Wiguna juga ingin terlibat, bisakah Sean menahan tekanan ini semua? Jika Sean tidak bisa menahan tekanan ini, dan pada akhirnya menyerahkan Gypsy Gold Horse Fa
“Seorang pria semakin berkharisma dimulai di usia 40 tahun, bos Dennis jangan terlalu merendah,” kata Sean datar sambil tersenyum. Dalam hati, Sean terus mencari maksud dan tujuan dari Dennis. Apa yang membuat kepala keluarga nomor satu ini, secara khusus datang untuk menemuinya, mungkin saja dia ingin meminta sesuatu, atau bahkan dia telah menyadari sebuah rahasia? Berpikir demikian, Sean mulai berjaga-jaga dalam hatinya, dan sangat berhati-hati. Melihat Sean dan Dennis kembali dalam keheningan, membuat semua orang yang ada di sana tambah kebingungan. Yardan Tahalea sekeluarga langsung berdiri, suasana ini terlalu aneh bagi mereka, bagaimana mungkin mereka bisa bertahan? “Bapak Bambang, rumahmu hari ini sungguh ramai, aku akan bertamu lagi di lain waktu, aku sekeluarga pamit undur,” kata Yardan Tahalea yang tak kuasa untuk duduk lebih lama lagi. Delapan bos perhiasan itu tak usah dibicarakan lagi, sekarang datang lagi seorang yang lebih hebat,
“Saudara Sean, jujur saja, aku orang yang tidak mudah salut dengan orang, sejauh ini, hanya tiga orang di kota Bandung yang membuat aku merasa salut, yaitu orangtuaku, kedua Roby dari Perusahaan Wijaya, dan yang ketiga adalah kamu,” kata Dennis sambil menatap mata Sean. “Bos Dennis bisa saja, aku hanya orang biasa,” kata Sean sambil tertawa, dan masih belum bisa menebak niat Dennis yang sebenarnya. “Saudara Sean, meskipun kamu menutupinya dengan baik, tapi waktu di acara itu sudah bisa membuat aku menebak siapa identitasmu,” kata Dennis. Raut wajah Sean berubah, dia menatap Dennis tanpa berkutik. Dalam hatinya dia juga merasa waktu itu terlalu berlebihan dan sedikit ceroboh. Setelah dipikir-pikir, di kota Bandung ini siapa yang bisa membawa uang cash begitu banyak untuk judi Gold Horse? Dan selain itu, jika bukan karena melihatnya dengan pandangan distorsi, tentu saja bisa menebaknya dengan mudah, bahwa dia sungguh mampu mengeluarkan uang sebesar triliunan. Ya