Saat yang dinanti pun tiba.
Seratus pasukan terlatih di bawah komando Avraam pun sudah siap tempur. Misi yang mereka bawa adalah tentu saja demi perdamaian dunia. Hanya saja, rencana yang telah mereka sepakati tidak bakal berjalan dengan mulus sebab mereka berhadapan dengan ribuan tentara yang sangat terlatih.Mustahil agaknya kalau dipikirkan mereka bakal berhasi. Seratus orang bisa mengatasi perlawanan ribuan bahkan mungkin puluhan ribu dari masing-masing kelompok.White Peace mengambil posisi di satu titik yang agak tinggi, di mana medan tersebut sudah sangat dipahami oleh Yoo Ji. Kebetulan lokasi tersebut tidak dijadikan tempat pertahanan oleh pihak Korsel, maka dari itu Yoo Ji berusaha memanfaatkannya.“Seratus pasukan yang kami bawa, semuanya jago dalam menggunakan senapan sniper,” ungkap Avraam percaya diri sambil meneropong situasi yang ada di medan pertempuran.Yoo Ji mengedarkan pandangan ke arah seberang sana. “Karena di zamanYoo Ji kembali tercengang. Dalam pikirannya, Avraam dan Zahid bukanlah orang yang besar di lingkungan militer dan terbiasa dengan senjata, tapi luar biasanya malah mereka berdua menunjukkan skill tembak yang mengesankan. Bahkan dia pun mengakui kalau dirinya saja tidak punya kemampuan sehebat itu.Zahid pun tidak menyangka kalau dia sukses melakukannya. Untuk kali pertama sepanjang hidupnya dia membunuh seorang manusia, tentu saja dengan tujuan baik, yakni membawa perdamaian dunia.Ketika melihat ada ketegangan di wajah Zahid, sontak Avraam mendekapkan telapak tangannya ke dada kiri Zahid, merasakan getaran dari detak jantungnya yang berdebar kencang, lalu menyindir, “Slow, Kawan! Tenangkan dirimu!”Saat itu juga Zahid mengatur napas seraya menghapus keringat di wajahnya. “Serius tadi tembakanku tidak meleset?” gumamnya.“Sangat tepat sasaran!” balas Avraam mantap sembari mengacungkan kedua jempolnya.Selanjutnya Avraam memberikan ma
Hanz dan Yoo Ji terus memberikan semangat kepada Park agar tidak pasrah dan terus merasa bersalah. Meskipun berat, Park terus mencobanya.Di hari selanjutnya ....Pihak Korut ternyata tidak mengubah arah jalan tempur mereka. Seperti sebelumnya, mereka tetap melancarkan serangan demi serangan kepada pihak Korsel. Benar saja, pihak Korsel sedikit kuwalahan dalam menghadapi kekuatan militer Korut.Yoo Ji kembali memberikan arahan untuk melakukan seperti serangan sebelumnya sampai pihak Korut benar-benar jera.Lalu, Avraam, Zahid dan lainnya pun melakukan tugasnya dengan sangat baik.Seperti kemarin, pihak Korut pun lari tunggang langgang dan bersembunyi di tempat yang aman untuk menghindari serangan yang entah dari mana asalnya.Taktik yang digunakan oleh Yoo Ji sangat cerdas sehingga White Peace seperti tidak terlihat.Benar saja, pihak Korut pun mengendurkan serangan, tank dan mesin perang mereka berlarian mundur. Sampai
Hanz menerima sinyal bahaya. Dia berasumsi bahwa jika rencana mereka terus dilanjutkan sekarang, bisa jadi keberadaan mereka semakin terendus. Sejauh ini tanda-tanda bahwa mereka sudah terlacak hampir dipastikan. Oleh sebab itu, Hanz memberi masukan kepada Yoo Ji agar segera pergi dari lokasi menuju tempat persembunyian mereka.Setibanya di ruang bawah tanah yang sangat amat, mereka mengatur rencana selanjutnya.Di ruangan tersebut sedang terjadi diskusi di antara mereka.“Pasukan Anti-teror sedang melakukan pencarian terhadap pelaku yang melancarkan serangan terhadap tentara Korut selama dua hari ini,” ujar Hanz dengan serius. “Pihak Korut sepertinya menyadari bahwa ada pihak ketiga yang ikut campur dalam peperangan setelah mendapat kesaksian dari Korsel bahwa Korsel tidak melancarkan serangan terselubung selama dua hari ini.”Yoo Ji mengoles dagu. “Kita dianggap sebagai teroris? Kita difitnah? Tapi, apa mereka tahu siapa kita sebenarnya?”“Belum. Mereka belum pada tahu identitas kit
Pada saat Park bersama Hanz pergi ke kota untuk mencari keperluan dan perbekalan mereka di sebuah super market, tiba-tiba saja Park berpapasan dengan seorang wanita yang sangat mirip dengan kekasihnya, Kim So Hyun.Wajah dan tubuh mereka hampir sama persis.Kebetulan, wanita itu menanyakan sesuatu kepada Park. “Aku bukan orang sini. Bisakah kalian menunjukkan arah jalan? Oh ya, perkenalkan, namaku Jun Ji Hyun. Senang bisa bertemu kalian berdua.”Park tersenyum hangat. Seketika rindu untuk bertemu Kim lantas pupus saat menatap wajah Jun. “Namaku Park Seo Min. Dan ini temanku, Hanz.”Jun membalas senyuman hangat itu dengan senyuman hangat pula.Tapi, tidak bagi Hanz. Karena sekarang mereka sedang menjadi buronan, Hanz harus menjaga jarak terhadap siapa pun terlebih dahulu, termasuk orang yang baru mereka kenal, tidak terkecuali bagi wanita ini.Hanya saja Park tidak bisa mengontrol diri. Dia benar-benar seperti bertemu dengan Kim.
“Aku tidak tahu harus ke mana. Aku tidak punya teman sekarang. Bisakah kau mengantarku pulang ke hotel?”Park tidak menolaknya. “Tentu aku bisa mengantar mu ke sana.”Setelah menempuh perjalanan dengan hanya berjalan kaki berdua saja, akhirnya mereka pun sampai di hotel tersebut.Sempat tadi Park menanyakan kembali tentang bersama siapakah Jun ke sini. Jawaban Jun tetap sama seperti sebelumnya. Sejatinya Park tidak menginginkan terjadi suatu hal yang tidak diharapkan terjadi, Jun rupanya bersama kekasihnya, misalnya.Akan tetapi, Jun pun menegaskan bahwa saat ini dia tidak punya kekasih. “Aku masih sendirian.”Mereka telah tiba di depan pintu kamar hotel.“Terima kasih telah menemani aku. Soal rencana, aku mau pulang kembali ke tempat ku sore ini,” sambung Jun. “Sebenarnya aku punya rencana di daerah ini tapi tidak jadi.”Park sengaja tidak mau tahu apa sebenarnya urusan Jun di sini, tapi terpenting baginya bisa dekat da
Di tempat persembunyian White Peace.Yoo Ji berjalan mondar-mandir, pikirannya cukup kalut, memikirkan apa yang sedang dilakukan oleh adiknya.Hanz duduk dengan tenang, meskipun kembali berusaha menghubungi Park berkali-kali, tapi telepon darinya tetap tidak tersambung.Mereka semua khawatir bakal terjadi sesuatu terhadap Park. Dan orang yang paling khawatir adalah Nara. Wanita yang masih setia berada dalam tempat persembunyian dikarenakan takut kalau menjadi buronan itu lantas meminta kepada Hanz dan lainnya untuk dipertemukan dengan Park sekarang juga.“Aku punya firasat buruk sama Park. Sebaiknya kita melakukan sesuatu.” Nara tidak bisa menyembunyikan kecemasannya, tampak wajahnya ketar-ketir tentang apa yang sedang terjadi dengan Park.Karena tidak ingin terjadi sesuatu hal yang buruk, akhirnya Yoo Ji memutuskan untuk mencari tahu di mana keberadaan Park. “Hanz, lakukan sesuatu. Cepat lacak di mana sekarang Park berada!”
Betapa terkejutnya saat Hanz dan Nara mendapati Park dan Jun sedang bercinta di atas kasur. Sudah hampir satu jam sejak pertama Park masuk ke sini, mereka masih melakukan hal yang sama. Itulah alasan kenapa tadi Park dan Jun tidak mempedulikan suara gedoran pintu. Mereka masih sibuk menikmati satu sama lain.Tubuh Park dan Nara tidak dilapisi satu helai kain pun, kecuali mereka hanya menutupi tubuh mereka berdua dengan selimut.Sebagai seorang lelaki normal, Hanz langsung membalik badan dan segera keluar dari kamar. “Park, segera pakai baju mu!” Hanz bernapas lega karena rupanya tidak terjadi sesuatu yang membahayakan Park. Ternyata beragam asumsi tadi keliru. Justru Hanz menyayangkan kenapa Park tidak memberi kabar sebab seandainya Park bilang sedang bercinta dengan Jun, tentu dia tidak mungkin datang ke sini.Namun, tidak untuk Nara. Dia sangat mengutuk perbuatan keji itu. “Astaga!”Nara murka tapi bukan kepada Park, melainkan pada Jun. “Dasar j
Hanz mencurigai Nara bukan tentang perasaannya terhadap Park, tapi sesuatu yang lain dan hal tersebut masih belum bisa dipastikan. Bisa jadi Hanz berpikir terlalu jauh tentang sosok Nara dikarenakan kecemburuan Nara yang terlampau besar tadi itu. Hingga saat ini, wanita memang terkadang sulit dimengerti.Ketika Hanz dan Park telah sampai di tempat persembunyian White Peace, di waktu yang bersamaan, Nara sudah berada di bandara dan akan terbang kembali ke negaranya, Korea Utara. Begitu telah sampai di Pyongyang, lebih tepatnya di kediaman milik Lee Jung, akhirnya Nara benar-benar membuktikan omongannya.“Aku tahu siapa orang di balik pembunuhan Kim So, Hyun, putrimu, Tuan Lee Jung!” Nara membuka pembicaraan dengan Lee Jung dengan penuh amarah di dadanya.Ya, ada kecemburuan di hati Nara terhadap Jun, itu artinya ada cinta di hati Nara terhadap Park.Nara tidak terima ketika pria yang dia cintai ternyata bercinta dengan wanita lain, apalagi wanita lain tersebut baru dikenal oleh Park. Wa