‘Selalu ada kemungkinan dari kata ‘tidak’.’ Jake ingat kalimat itu pernah dikatakan oleh Farren saat pemuda tersebut menyebut jika Laura bisa saja yang menjadi pendonornya, dan Jake menjawab ‘tidak mungkin’ karena golongan darahnya adalah golongan darah yang langka. Tetapi … sekarang itu telah terbukti benar. “Saat Tuan Jake ada di gawat darurat kemarin itu, aku ditanya oleh salah seorang perawat,” kata Farren, kembali membuka suaranya meski Jake tampak sepenuhnya belum siap dengan apa yang akan ia katakan selanjutnya. “Perawat bilang bisa saja mereka kekurangan stok darah saat melakukan operasi pada Tuan mengingat golongan darah Anda terbilang langka,” lanjutnya. “Aku bilang kalau golongan darah kita tidak sama, jadi aku memancing perawat dengan bertanya dulu siapa yang mendonorkan darah untuk Anda pada saat kecelakaan dua tahun lalu itu terjadi, barangkali aku bisa menghubunginya untuk meminta tolong.” Farren menghela dalam napasnya, anggukan samarnya mengiringi kalimat yan
“K-kenapa kamu mengatakan hal yang tidak masuk akal itu, Jake?” tanya Fidel tergagap. “Sudah jelas aku yang menjadi pendonormu, apakah kamu t-tidak percaya padaku?”“Aku melihat surat kesehatan milikmu yang dikirim oleh Mamaku ke kantor dalam usahanya mendesakku untuk menikahimu,” jawab Jake. “Dan di sana tertulis dengan jelas golongan darahmu berbeda denganku, Fidella Magali,” pungkas Jake dengan napas yang memburu tuannya sendiri.Bibir Fidel terbuka tanpa bisa mengatakan sesuatu, ia hanya menyuguhkan kediaman selama beberapa detik sebelum suaranya terdengar.“G-golongan darah lain bisa menjadi pendonor asalkan sesuai, ‘kan?” tanyanya berkilah.Jake tak serta merta menjawabnya, selain hanya menghela dalam napasnya dengan tak percaya pada saat ia menyadari bahwa gadis ini pandai dalam akrobatik diksi.“Golongan darah kalian tidak mungkin menjadi pendonor atau resipien bagi satu sama lain,” kata Farren karena tampaknya Jake kehilangan hasrat untuk menjelaskan hal ini pada Fidel yang t
Dengan langkah kaki yang gegas, Fidel meninggalkan ruang rawat Jake. Punggungnya yang terbalut dalam dress berwarna merah itu menghilang di balik pintu.Sedangkan Alina yang berdiri di dekat Jake dibawa duduk oleh sang suami—Barack—yang memintanya untuk tenang karena sepertinya ia juga sedang shock setelah mendengar satu demi satu penuturan Jake yang membongkar bahwa gadis itu tak sebaik yang mereka kira.“Silahkan,” ucap Farren menyodorkan satu botol minuman pada Alina karena bibirnya terlihat pucat.“Mungkin Fidel benar, Jake,” kata Alina, masih berusaha membela Fidel. “Mungkin Fidel benar saat mengatakan bahwa dia tidak ingin kehilanganmu dan melihatmu hidup dengan tidak dicintai oleh Laura,” lanjutnya.“Aku sudah menjawabnya, Mam,” kata Jake. “Aku tahu Laura mencintaiku sejak lama makanya dia bisa melakukan hal-hal yang wanita lain tidak bisa melakukannya,” lanjutnya. “Dia merahasiakan soal donor darah itu agar aku tidak terbebani dengan hutang nyawa. Dia bertahan dalam pernikahan
Keesokan paginya, Jake duduk di atas kursi roda yang baru saja disiapkan oleh Farren. Setelah memastikan pada dokter bahwa ia bisa meninggalkan ranjang rawatnya, pria itu bergegas membantunya untuk bersiap pergi melihat Laura.Sebenarnya … Jake lebih memilih untuk berjalan, tapi dokter tidak memperbolehkannya. Gelang kuning yang terpasang di lengan kirinya itu mengatakan bahwa ia adalah pasien rawan jatuh, yang artinya ia masih tidak boleh sembarangan melakukan hal sesuka hatinya.“Aku akan mengantar Anda, Tuan,” kata Farren, dari belakang Jake.Perlahan ia bergerak meninggalkan ruang rawatnya, Farren mendorong kursi rodanya untuk keluar dari sana, menyusuri koridor yang mulai sibuk, lalu-lalang orang ia jumpai tanpa henti.Tidak berapa lama, Jake bisa melihat seorang wanita yang berdiri di depan sebuah ruangan yang ia kenal sebagai Elsa.Ia tak sendiri, melainkan bersama dengan seorang pria tinggi menjulang yang postur tubuhnya tampak mencolok sedang berbincang dengannya.Zafran.‘S
“Obat anestesi hewan,” tegas Elsa sekali lagi karena tampaknya Jake tak percaya padanya begitu saja. “Anestesi … hewan?” ulang Jake, sepasang matanya benar-benar panas. Jika tak ingat ada Laura yang terbaring tak berdaya di sana, Jake mungkin saja sudah berteriak. “Iya,” jawab Elsa. Matanya lurus menatap Jake saat alisnya sedikit berkerut. “Bagaimana bisa dia meminum obat itu, Sa?” Elsa menjelaskan bahwa itu berawal dari saat Laura keguguran. Dokter mengatakan bahwa hasil tes darahnya menyebutkan ada kandungan anestesi yang cukup besar di dalamnya, dan saat Dokter memeriksa obat yang diminum Laura, ada satu obat asing yang beberapa hari kemudian dikabarkan pada Laura sebagai obat anestesi hewan. Jake membeku mendengar itu. ‘Jadi—‘ pikirnya dalam hati, ‘Jadi infeksi yang dikatakan oleh dokter itu adalah infeksi karena obat itu?’ Ia tidak bisa mengatakan apapun selama beberapa saat hingga suara Elsa kembali terdengar. “Tolong Pak Jake jawab dengan jujur,” kata Elsa. “Apakah Anda y
Setelah pergi meninggalkan ruang rawat Laura karena Farren mengingatkan Jake bahwa ia juga harus beristirahat, Jake duduk diam di atas ranjang rawatnya sekarang.Ia terus saja memutar apa yang dikatakan oleh Elsa, membenarkan bahwa semua ini bisa saja lebih dari sekadar kebetulan.Jake terjaga saat melihat kedatangan Farren dari luar yang membawa satu paper bag berukuran besar. Pemuda itu mengatakan ia akan membelikan makanan untuk Jake karena ia melihat tuannya itu benar-benar tidak nafsu makan selama berada di sini. Barangkali ia lebih berhasrat dengan makanan yang ia bawa dari luar, setidaknya pasti begitu yang ia pikirkan.“Aku belikan makanan dari luar,” kata Farren.Ia hampir berbicara tetapi sepertinya Jake lebih ingin membahas hal yang lainnya.“Ren,” panggilnya.“Iya?”“Kamu sudah mendengar apa yang aku dan Elsa bicarakan di dalam ruang rawat Laura,” ujarnya. “Bagaimana menurutmu soal itu?”Pemuda itu sekilas memiringkan kepalanya ke kiri sebelum menjawab Jake, “Aku pikir …
Zafran tahu bahwa sebenarnya kalimat Jake itu menyiratkan ia ingin mengatakan agar sebaiknya Zafran berhenti peduli pada Laura secara berlebihan.Karena bagaimanapun … status mereka masihlah suami dan istri yang sah.Tak ingin membuat Jake menunggu terlalu lama akan jawabannya, Zafran mengangguk, seulas senyumnya kembali terbit sebelum ia mengatakan, “Iya, aku tahu itu, Jake.”“Kenapa kamu terus saja ada datang ke sini?” tanya Jake, masih menatap Zafran tanpa henti.“Aku tidak memiliki niatan selain menjenguk Laura saja,” jawab Zafran. “Aku pikir tadi tidak ada yang menjaganya karena orang tuanya tidak bersedia untuk datang ke sini. Elsa semalam bilang padaku kalau dia sedang ada pekerjaan di luar, dan kamu juga sedang tahap pemulihan. Kebetulan aku sedang libur … jadi aku berinisiatif untuk datang. Tapi ternyata ada Hani di dalam, jadi aku memutuskan untuk pulang,” jelasnya panjang.Jake pun tahu bahwa Zafran sedang berusaha menjawab semua keingintahuannya, agar tak menimbulkan kesal
Seperginya Zafran, Jake masuk ke dalam kamar rawat Laura. Seorang perempuan yang tadi disebut sebagai ‘Hani’ oleh Zafran itu bangun dari duduknya yang tak jauh dari ranjang di mana Laura berbaring, saat melihat Jake. “Selamat pagi,” sapa Hani sembari menundukkan kepalanya. “Pagi. Laura ... masih belum bangun?” “Belum, Tuan Jake.” Dengan langkahnya yang tertatih Jake melangkah mendekat, ia mengamati mata terpejam Laura yang masih sama seperti pada hari sebelumnya. “Bu Laura ….” Hani membuka suaranya dengan ragu, membuat Jake menoleh kepadanya dan menunggu apa yang ingin ia katakan. “Sebenarnya Bu Laura sudah menunjukkan tanda dia sakit keras,” ucapnya. “Saya beberapa kali melihat Bu Laura tampak kesakitan dan bahkan jatuh pingsan.” Mendengar itu membuat Jake tercenung. Ia sempat berpikir bahwa Laura tampak sangat bahagia saat datang ke sana tanpa sepengetahuannya hari itu. Tapi ternyata diam-diam Laura menyimpan luka, atau betapa rapuhnya dia dan tak bisa menyembunyikan ko
Tiga tahun kemudian .... .... Musim yang tak menentu membuat siang hari ini sedikit lebih mendung ketimbang hari-hari biasanya. Hembusan angin dari timur membelai rambut Laura yang baru saja keluar dari mobil. Ia tak bisa untuk tak tersenyum saat melihat anak-anaknya yang berlarian sekeluarnya dari sedan yang pintunya baru saja dibukakan oleh si papa—Jake. “Jangan tarik tangannya Senna, Jayce!” pinta Jake. “Nanti Adik jatuh loh!” “Iya, Papa,” sahut Jayce dari seberang sana, pada sisi lain halaman dan memelankan langkahnya yang baru saja menarik Jasenna. Jake memang tak pergi ke kantor hari ini. Ia menyempatkan diri untuk mengantar Jayce dan Jasenna untuk pergi ke preschool mereka. Dan baru saja ia menjemput si kembar bersama dengan Laura. "Kamu tidak akan pergi ke kantor?" tanya Laura, menoleh pada Jake yang malah duduk di teras alih-alih masuk ke dalam rumah. "Tidak, Sayang," jawabnya. Ia mengarahkan tangannya ke depan, meraih tangan Laura agar duduk di sebelahnya.
“Seandainya aku memperlakukannya dengan lebih baik, dan memintanya untuk mengakui kesalahan apa yang pernah dia perbuat pada Laura, dia pasti tidak akan sehancur itu di tangan takdir yang memberikan karmanya.” Laura dan Jake tahu betul bahwa yang disebutkan oleh Erick itu adalah Fidel. “Tapi kamu ‘kan juga tidak tahu kalau Fidel melakukan itu pada Laura,” tanggap Jake. “Kamu tahu saat semuanya sudah terlambat. Bukan sepenuhnya salahmu juga, kamu jangan menyalahkan dirimu sendiri.” Erick tersenyum saat sekilas menoleh pada Jake, kemudian kembali memandang Jayce dan Jasenna yang sangat tampan dan cantik. Dua bayi mereka, anugerah setelah penderitaan panjang tak berkesudahan itu. “Mulailah hidup barumu, Erick,” kata Jake. “Kamu berhak mendapatkan hidupmu yang baru, dan terlepas dari semua ini.” Erick lalu bangun dari berlututnya. Ia menghadap pada Jake dan Laura yang tampak tulus saat memberinya nasehat. Ia mengangguk, “Iya, aku pikir juga begitu,” jawabnya. “Tapi mungkin tidak d
Sejak si kembar sudah dalam fase merangkak, Jake dibuat sedikit kewalahan menghadapi mereka yang sangat aktif.Setahunya, cheetah adalah salah satu pemilik lari tercepat di dunia dengan kecepatan seratus tiga puluh kilometer per jam, tapi apa itu cheetah?! Jayce dan Jasenna lebih cepat daripada cheetah dewasa yang tengah berlari saat mereka merangkak.Pagi ini saja, Jake baru selesai membawa Jayce keluar dari kamar mandi setelah berendam bersama dengan Laura. Tapi saat ia mengambilkan diapers, Jayce sudah pergi dari kamar dengan keadaan tanpa pakaian dalam sekejap mata.Jika Jake tak mendengar gelak tawanya yang seolah mengejek di luar, ia tak akan menemukan di mana anak lelakinya itu berada."Jayce, pakai baju dulu, Nak!" ucapnya saat menjumpai Jayce yang bermain slipper di dekat anak tangga.Ia menggendongnya untuk masuk ke dalam kamar, melihat Laura yang tak bisa menahan tawa saat membawa Jasenna keluar dari kamar mandi dengan handuknya yang bergambar panda."Loh? Aku kira sudah s
"Jadi, mengajakku bulan madu ke Edinburgh adalah caramu untuk mewujudkan apa yang pernah kamu tulis di dalam kafe itu?" tanya Elsa pada Zafran setibanya mereka di dalam kamar hotel tempat keduanya menghabiskan waktu selama berada di sini. Setelah mereka menikmati kunjungan di kafe tadi, mereka pulang saat hari beranjak petang. "Iya," jawab Zafran yang menyusul dari belakangnya. "Tadinya aku ingin menjadikan Edinburgh sebagai tempat penutup yang kita datangi, tapi kamu ingin pergi ke sini lebih dulu, makanya ini jadi tujuan pertama kita," tuturnya panjang. "Tapi aku senang karena artinya saat itu prasangka buruk yang aku tuduhkan padamu itu terbukti salah." Elsa melepas coat panjang yang ia kenakan lalu menoleh pada Zafran yang berdiri di dekat ranjang, sedang melepas coatnya juga. "Prasangka apa?" tanya Zafran memperjelasnya. "Aku 'kan pernah berpikir kalau kepergianmu tahun lalu saat gosip kencanmu dengan Xandara berhembus kencang itu kamu mengkhianati hubungan kita," jawab Els
Mungkin ini sangat terlambat untuk disebut sebagai ‘bulan madu’ karena pernikahan mereka sudah berlalu cukup lama dan tidak juga layak bagi Elsa dan Zafran menyebut diri mereka sebagai ‘pengantin baru’—kecuali pengantin baru yang istrinya juga baru keluar dari rumah sakit.Setelah melihat keadaan Laura pasca melahirkan Jayce dan Jasenna, Elsa dan Zafran terbang meninggalkan Jakarta untuk menuju ke tempat ini, Edinburgh.Tempat di mana asal rasa cemburu menggila kala hubungan jarak jauh memisahkan keduanya, tahun lalu.Sekarang, Elsa benar-benar menginjakkan kakinya ke tempat ini bersama dengan Zafran. Wanita pertamanya yang ia ajak melihat pohon maple yang gugur, dan air mancur di sela dinginnya udara pergantian musim.“Cantik sekali,” puji Elsa yang bergandengan tangan dengan Zafran saat mereka berdua melewati sebuah kafe bernuansa klasik yang ramai oleh kehadiran wisatawan lokal dan asing. “Tapi sayang ramai,” lanjutnya.“Kamu ingin minum sesuatu?” tanya Zafran saat keduanya beranj
Setelah meninggalkan rumah sakit dan membawa anak-anak mereka pulang, Jake tidak berbohong saat mengatakan bahwa ia akan menjaga keluarganya, menemani Laura merawat si kembar Jayce dan Jasenna untuk mereka bertumbuh. Karena saat Laura membuka mata dan melihat pada jam yang ada di atas meja, waktu menunjukkan pukul tiga dini hari tetapi Jake tak ia jumpai tidur di samping kirinya. Prianya itu sedang berdiri di dekat jendela, tengah menggendong Jasenna. Laura perlahan bangun dan turun dari ranjang. Ia menghampiri anak lelakinya terlebih dahulu yang terlelap di dalam box bayi miliknya sebelum mendekat pada Jake yang menoleh ke arahnya dengan gerak bibirnya yang bertanya, ‘Kenapa bangun?’ Laura tak serta merta menjawabnya. Ia lebih dulu menengok Jasenna yang juga tengah terlelap. “Kenapa kamu menggendongnya?” tanya Laura, membelai lembut pipi Jasenna sebelum beralih pada pipi Jake. “Tadi dia bangun,” jawab Jake sama lirihnya. “Kenapa kamu tidak membangunkan aku?” “Untuk apa? Kamu
Satu hari, bulan demi bulan yang berganti menjadi tahun di belakang sana terkenang seperti gambar-gambar di layar proyektor.Melewati itu, Laura sangat bersyukur ia tiba pada hari ini.Melihat Jake yang berada di sampingnya dan memasrahkan diri saat Laura mencengkeram tangannya untuk meredam rasa sakit yang bergejolak di perutnya menyadarkannya bahwa waktu benar-benar mengambil alih luka-luka itu dan menggantinya dengan kebahagiaan.Meski sekarang dirinya merasakan sakit, tapi ia tak bisa membendung senyumnya.Dadanya berdebar saat Jake menunduk dan berbisik, "Apakah sakit sekali?" tanyanya. "Operasi saja bagaimana? Aku tidak bisa melihatmu kesakitan seperti ini."Bibir Jake jatuh di kening Laura."Tidak perlu," jawab Laura. "Dokter bilang semuanya baik-baik saja, 'kan? Jangan khawatir, asalkan kamu denganku di sini, aku akan melewati hari ini, Jake.""Tentu aku di sini," balasnya. "Kamu bisa mengatakan padaku apapun hadiah yang kamu mau nanti setelah anak-anak kita lahir. Hm?"Laura
Sejak pulang dari resepsi pernikahan sekretarisnya Zafran—Andy—semalam, rasanya frekuensi rasa sakit yang diterima oleh perut Laura berinterval semakin sering. Rasanya berdenyut, nyeri berpusat lebih ke bawah. Dan ... si kembar yang ada di dalam perutnya juga lebih tenang. 'Apa aku akan melahirkan sebentar lagi?' tanya Laura dalam hati saat pagi ini baru saja keluar dari dalam kamar. Ia ingin menyusul Jake yang sedang berada di ruang gym, melakukan rutinitas yang hampir tak pernah ia lewatkan. "Selamat pagi," sapa para pelayan yang ada di dapur dan melihat kedatangannya. "Selamat pagi," balas Laura dengan melemparkan senyum pada mereka. "Mau mencicipi sedikit, Nona?" tawar Rani, yang membawa semangkuk besar soto ayam yang dibuatnya. Sarapan pagi ini bertemakan masakan Nusantara karena semalam Jake berpesan pada Rani ingin makan yang sedikit berbumbu, sehingga yang pagi ini menu-menu itu bisa dicium aromanya oleh Laura. "Nanti saja, Bu Rani," jawab Laura simpul. "Baiklah kal
Ketukan palu hakim menggema memenuhi ruang sidang. Fidel tertunduk dalam isak tangis.Sudah sejak awal dibacakannya vonis, Laura melihatnya tak kuasa menahan air mata.Laura lebih dulu bangun dari duduknya dan meminta Jake untuk segera pergi dari sana."Ayo, Jake!" ucapnya. Dan melihat istrinya yang tak ingin berlama-lama di sini, Jake pun dengan cepat bangun dari duduknya. Membiarkan Laura meraih dan melingkarkan tangan pada lengannya untuk beranjak."Laura," panggil suara yang dikenal betul oleh Laura adalah milik Fidel.Terdengar dari belakangnya, seperti penuh harap agar Laura menoleh sehingga mereka bisa berbicara.Laura memang berhenti. Tapi ia tidak menoleh pada wanita itu. "Aku ... ingin pergi dari sini," katanya lirih, sehingga Farren yang berada di depan bersama dengan Roy dan tim kuasa hukum keluarga Heizt dengan cepat membuka jalan untuk mereka dari kerumunan reporter yang meliput berita."Laura."Suara Fidel terdengar sekali lagi, nelangsa penuh dengan nestapa.Tapi Lau