PERNIKAHAN RAHASIA DENGAN DOSEN TAMPAN update juga yaa 🤗🤗 terima kasih sudah membaca Jake Laura ❤️ sampai jumpa besok lagi 🩷 bagaimana kelanjutan Fidella? ke mana ia pergi? mari simak kelanjutannya besok pukul 12.30 WIB, I LUH YAAA ❤️
“Dia tidak ditemukan di sekitar Erick berada?” tanya Laura memperjelas pada Jake yang bersiap mengenakan seat belt-nya kembali.“Iya, Sayang.”“Bagaimana bisa?” tanya Laura keheranan, alisnya berkerut seolah sedang mereka ulang adegan yang paling mungkin terjadi pada dua manusia itu.“Dilihat dari bagaimana muaknya Fidel hidup bersama dengan Erick, sepertinya dia memberontak dan melakukan penyerangan,” jawab Jake dengan alis yang sama berkerutnya. “Mereka pasti bertengkar sebelum insiden. Tadi aku lihat mobil yang dikemudikan oleh Erick itu berbalik berlawanan arah dan menghantam sisi kemudi sampai hampir terbalik. Fidel kemungkinan juga luka-luka, tapi selamat dan melarikan diri.”Laura menegang di tempatnya duduk.Situasi di sekitar mereka berubah menjadi suram tepat setelah penjelasan Jake usai ia dengar.Saat Laura membuka kaca mobil di sisinya, orang-orang mulai bergerak karena polisi sudah datang dan arus kembali lancar.Selentingan singgah di telinganya bahwa mobil yang ada di
Sudah hampir malam saat Fidel membawa langkahnya melewati pintu gerbang rumah orang tuanya. Harapannya hanya satu saat ia tiba di sini, ‘Semoga mereka mau menerimaku.’ Ia sudah pergi ke rumah Varo—anak sopir ayahnya—yang ternyata pria itu sudah dibawa polisi. Keluarganya menyebut bahwa Varo sempat ditarik dari luar kota untuk kembali bekerja di kantor utama HZ Empire sebelum semuanya berubah berantakan. Fidel pikir, ‘Apa anak itu ditangkap karena Jake tahu apa yang dia lakukan?’ Padahal ia hanya ingin menumpang beristirahat dan berteduh, atau meminta segelas air untuk membasahi kerongkongannya yang kering. Tapi ia sadar tidak ada tempat yang bisa ia tuju. Dan kembali ke rumah ini adalah pilihan terakhirnya. Tangannya gemetar saat ia memencet bel yang tak jauh dari pintu setelah memasukkan pin pada gagangnya, tetapi tidak berhasil. “Apa yang kamu lakukan di sini?” tanya sebuah suara yang datang dari belakang Fidel. Saat ia memutar tubuhnya, sepasang mata ayahnya yang tajam menghu
Kedua bahu Malika merosot mendengar itu. Ia menunduk selama beberapa saat sebelum kembali memandang Fidel.Sepasang matanya yang basah juga menatap Johan. Pria yang rambutnya bersemburat putih itu berhenti dari langkahnya. Kakinya terpancang di paving halaman begitu mendengar ‘Aku hamil’ yang dikatakan oleh anak perempuannya.“Aku hamil, Ma ....” kata Fidel sekali lagi. “Aku sungguh tidak bisa hidup dengan Erick karena—““Dia pasti punya alasan melakukannya, Fidel,” sahut Johan. Suara pria itu sedikit gemetar. Seraknya terdengar menusuk hatinya hingga tak bisa berucap. “Apa yang kamu lakukan padanya sampai dia bersikap seperti itu?” lanjutnya. “Sejak kedatangannya ke rumah ini yang mengatakan dia ingin menemuimu bahkan setelah dia baru saja menginjakkan kakinya di Jakarta, Papa tahu ada hal yang kamu lakukan dengannya yang Papa atau Mamamu ini tidak mengetahuinya.”Fidel meremas jari-jarinya, kebas dan terasa kesemutan saat bibirnya terkunci tak bisa memberi jawaban. “Kalau kamu tida
Beberapa hari berlalu setelah Laura mengetahui ia akan memiliki anak kembar, Laura mendapatkan banyak ucapan selamat dari teman-teman dan juga staf yang bekerja di butiknya. Tapi yang paling heboh rupanya saja datang dari sepasang suami dan istri yang merasa berjasa atas berhasilnya program hamil kembar yang dilakukannya bersama dengan Jake. Siapa lagi jika bukan Farren dan Hani? Mereka datang ke rumah Laura siang hari ini dengan membawakan sebuah buket bunga yang sangat besar dan cantik. Ada kue yang mereka berikan khusus untuk Laura. Warnanya ungu, Farren bilang itu mirip dengan hal yang diinginkan oleh Laura pertama kali, ubi Cilembu. “Terima kasih sudah berkunjung,” kata Laura saat ia dan Jake mengantar suami-istri muda itu melewati pintu keluar. “Maaf belum bisa pergi ke rumah kalian karena masih sering mual,” lanjutnya. “Tidak apa-apa, Nona Laura,” kata Hani yang masih saling bergandengan tangan bersama dengannya. “Kondisi setiap ibu hamil ‘kan berbeda-beda. Apalagi Nona
'Mereka sudah pernah memiliki anak?' batin Laura penuh dengan rasa terkejut tepat setelah Erick berhenti bicara.Pria itu sepertinya tidak berbohong. Tawa mirisnya bicara lebih banyak bahwa ia kecewa tetapi di hatinya tak bisa menampik bahwa ia masih memiliki cinta untuk seorang wanita bernama Fidel."Kami menikah dengan baik-baik," ucap Erick lagi. "Tapi setelah melahirkan anak kami yang seorang down syndrome, dia menunjukkan sikap yang berbeda. Suatu hari saat aku pulang bekerja, dia tidak ada di rumah dan meninggalkan Christopher bersama dengan seorang baby sitter saja. Lalu setelah itu dia tidak pernah bisa aku hubungi. Dia melarikan diri."Erick menghela dalam napasnya, wajahnya terangkat dari yang semula tertunduk. Menatap Laura, Jake serta Roy yang berdiri tak jauh darinya dan menegang di tempat mereka berada.Ketegangan masih belum usai saat pria itu menyebut bahwa setelah kepergian Fidel ia mulai mendapati bukti bahwa tak hanya sekali wanita itu berusaha menggugurkan kandunga
“Iya, Jake,” jawab Laura. “Ada banyak orang di dunia ini yang sebenarnya mereka sadar terlibat dalam hubungan yang toxic tetapi tidak bisa pergi dari lingkaran itu karena memiliki ikatan emosi yang kuat dengan pasangannya. Pada Fidel ... seandainya dia merasakan betapa kejamnya hidup sendirian dengan tidak memiliki tujuan, dia bisa saja memilih kembali pada Erick, ‘kan?” Jake tentu saja membenarkannya. Ia setuju dengan yang disampaikan oleh istrinya. Stockholm syndrome namanya. “Tapi jika benar seperti itu, justru akan sedikit menguntungkan bukan?” tanya Jake, meraih tangan Laura, memberi kecupan di punggung tangannya dengan seulas senyum manis. “Maka Erick akan segera mengatakan bahwa wanita itu di sana, dan akan ada tindakan penangkapan.” “Asalkan bukan yang kedua,” tanggap Laura. “Aku tidak ingin dia mengakhiri hidupnya begitu saja, setidaknya dia harus mempertanggungjawabkan apa yang sudah dia lakukan padaku, atau pada orang-orang yang bahkan sampai kehilangan anggota keluargan
“Kapan?” tanya Jake, salah satu alisnya terangkat menunggu jawaban.“Masih sekitar satu setengah bulan lagi, Pak Jake,” jawab Elsa. “Makanya kami ingin bicara langsung pada Laura,” lanjutnya seraya memutar kepalanya pada Laura yang menunjuk pada dirinya sendiri.“Aku?”“Iya, Lau.”“Kenapa kamu ingin bicara langsung denganku?” tanya Laura penasaran.“Aku ingin kamu yang membuatkan gaun untukku,” jawabnya. Senyum yang terkembang di kedua sudut bibir Elsa terlihat begitu manis. Tapi yang lebih manis di mata Laura serta Jake adalah Zafran yang tak memalingkan wajahnya dari Elsa apapun yang ia lakukan. Dari gerakan kecilnya saat bertutur, atau saat ia menganggukkan kepalanya, mata Zafran pergi mengikuti.“Bukan gaun yang sangat mewah atau dengan banyak detail,” lanjut Elsa. “Aku ingin yang sederhana tapi elegan saja. Apakah ... kamu bisa?” tanyanya penuh harap. “Masih jauh dari hari H, makanya aku ingin membicarakan ini denganmu mengingat kondisimu yang sedang hamil juga.”“Bisa,” jawab L
"Kamu ada tamu rupanya?" tanya gadis itu—Xandara—saat berjalan mendekat pada Elsa serta Zafran. Pandangannya bergantian memindai keduanya, seolah meminta penjelasan. "Tidak," jawab Zafran lebih dulu. "Dia bukan tamu, kami memang baru saja pergi." Gadis itu mengangguk beberapa kali, senyum terkembang saat ia bertanya, "Siapa, Zaf?" Zafran menoleh pada Elsa, kemudian mengangkat tangan mereka yang saling bergandengan agar cincin yang berada di jari manis mereka dapat dilihat olehnya. "Tunanganku, Xan," jawab Zafran. "Namanya Elsa." Zafran lalu menoleh pada Elsa dan menyambung kalimatnya, "Elsa, ini anak partner bisnisku, namanya Xandara." Elsa mengarahkan tangannya ke depan, pada Xandara yang tampak ragu menerimanya. "Halo," sapa Elsa lebih dulu, Xandara membalas dengan sebuah 'Halo' yang sama. "Aku baru tahu kamu sudah bertunangan," ucap Xandara, manik gadis itu menatap Zafran dengan raut wajah yang tak bisa Elsa artikan. "Iya, sebelum aku pergi ke Edinburgh," jawabnya. "Tapi