Setidaknya ... setelah mengetahui bahwa dirinya tengah hamil, Erick tak terus-menerus memaksa Fidel melayani kegiatan ranjangnya setiap malam. Pria itu bersikap lebih baik, menyentuhnya dengan sedikit kelembutan dan tidak mengedepankan nafsunya yang dominan. Sejak Erick pergi meninggalkan unit apartemen mereka lima menit yang lalu, Fidel ingin melakukan sesuatu. Ia masih berpegang teguh pada kekhawatiran di benaknya bahwa benih yang ia kandung itu akan terlahir sama seperti Christopher. Sehingga yang terlintas di dalam pikirannya adalah, ‘Aku lebih memilih keguguran.’ Maka sejak ia memutuskan hal tersebut, Fidel menenggak satu botol soda berukuran besar. Ia harap ini akan berpengaruh. Ia memukuli perutnya dengan benda tumpul berharap calon janin di dalam kandungannya itu luruh. “Sial ....” gumamnya berselimut benci sekaligus nelangsa. Ia lalu berteriak di dalam tempat yang mengekang dan membatasi ruang geraknya itu. Ia terkurung dalam sangkar, penat dan dirundung oleh rasa bosa
Bukan hanya satu atau dua beritanya yang muncul. Mungkin karena model tersebut adalah model pendatang baru yang menyedot perhatian karena dia menjadi third winner pada salah satu acara pageant, beritanya sangat banyak.Masuk di portal online serta menjadi buah bibir.Seorang wanita cantik dari keluarga terpandang yang ayahnya seorang pebisnis, dekat dengan CEO Muda—Zafran—kemudian mereka menjalin hubungan.Komentar khalayak di dunia maya meromantisasi kedekatan itu dan menyebut bahwa Zafran dan Xandara adalah pasangan ideal akhir tahun ini.Semakin banyak ia membaca beritanya, rupanya itu menyakiti dirinya sendiri.Ia duduk merenung di dalam kamar sepulangnya dari kantor dan menghela napas dalam, sebab ia masih tak mendapatkan kabar dari Zafran agar setidaknya pria itu membantah bahwa hal itu tidaklah benar.“Apakah aku harus merasakan ini lagi?” gumam Elsa. Merujuk pada dirinya yang dulu dikhianati oleh pacarnya, yang mungkin ... itu akan kembali terulang.Meski ia tahu Zafran adalah
“I-iya, terima kasih,” jawab Elsa, seraya menarik tangannya dari pria yang baru saja menyelamatkannya itu.“Oh? Kamu sudah datang?” tanya Fara pada pria yang senyumnya merekah seraya mengangguk saat menjawab, “Baru datang, Ra.”Elsa tak mengenalnya. Ia hanya menyimak percakapan dua orang itu hingga Fara menyebutkan namanya.“Dia yang aku bilang akan ulang tahun hari ini, Sa,” kata Fara. “Namanya Gabriel.”Setelah Fara memperkenalkan mereka berdua, mereka saling berjabat tangan dan melanjutkan langkah untuk pergi ke pondok belajar. Pertama, mereka menyapa anak-anak yang sudah ada di sana terlebih dahulu. Yang sebagiannya mendekat pada Elsa dan bertanya, “Kak Elsa, apa Kak Zaf tidak ikut?”“Kak Zaf sedang ada urusan di luar negeri,” jawab Elsa jujur.“Yah ... padahal kami mau main sama Kak Zaf lagi.”Elsa tak bisa menahan senyumnya mendengar betapa polosnya anak-anak ini. Batinnya, ‘Bukan hanya kalian, aku pun juga sangat ingin bertemu dengannya sekarang.’Sudah beberapa hari berselang
Keheningan terjadi setelah seruan Elsa seolah akan membekukan setiap sisi ruang makan.“Kamu menilaiku sesuka hatimu padahal pria yang ada di foto denganku itu—”Elsa berhenti bicara, ia mendorong kasar napasnya dan menggertakkan rahangnya yang terasa nyeri. “Aku tidak ingin menjelaskannya padamu,” lanjutnya berputar haluan. “Aku tahu kamu bisa mengetahui identitasnya, Zaf. Jadi aku tidak perlu mengatakan apapun.”“Siapa dia?” tanya Zafran dari seberang sana. “Katakan padaku agar—”“Saat kamu tidak mengatakan dengan jelas hubunganmu dengan Xandara?” potong Elsa. “Aku sudah bilang aku dan dia tidak ada hubungan apapun dengannya, Elsa.”“Tapi itu tidak menjelaskan kenapa kamu pergi hanya berdua dengannya, atau apa yang kalian lakukan di sana yang bisa ditangkap oleh kamera reporter,” tukas Elsa. “Aku bertanya padamu karena aku bukan kamu yang bisa tahu identitas orang lain dengan cepat, tapi jawaban yang kamu berikan tidak menjelaskan apapun.”“Dengar—”“Jangan bicara denganku jika ka
Pada pemeriksaan USG selanjutnya yang memasuki minggu ke dua belas nanti, Laura dan Jake akan bisa melihat apakah kehamilan ini tunggal ataukah kehamilan kembar seperti yang mereka rencanakan. Meski Jake berulang kali bilang tak masalah sekalipun itu tunggal—baik itu laki-laki atau perempuan—tetapi jujur saja ... ini akan menjadi hadiah yang sempurna untuk keluarga mereka seandainya memang program hamil kembar yang mereka lakukan sejak awal itu berhasil. Sekarang ... yang perlu diperhatikan oleh Laura adalah satu hal saja, ia benar-benar harus berhati-hati. Dirinya yang sering pusing mengharuskannya menghabiskan waktu lebih lama di atas tempat tidur. Hari ini, tak seperti biasanya ia yang hanya berada di sana sepanjang waktu seorang diri, Jake menemaninya. Pria itu sedang libur bekerja, sehingga yang mereka lakukan adalah menikmati waktu berdua sebelum nanti ada ‘pengganggu kecil’ yang akan membuat mereka sibuk dengan datangnya ia di dunia ini—anak mereka. “Kamu di sini sangat lu
Beberapa menit lagi menuju pergantian tahun. Laura akan menutup tahun ini dengan bibir yang tersenyum.Ini tahun yang sagat berat baginya.Luka, air mata, terombang-ambing di ambang kematian, hingga sepenuhnya mendapatkan hidup yang baru dan menapaki perjalanan untuk menjadi seorang ibu.Ia tengah duduk di teras, belum lama menerima coat panjang dari Jake yang mengingatkannya bahwa di luar cukup dingin saat malam hari.Seperti yang mereka pernah rencanakan sebelumnya, bahwa pada penghujung tahun mereka akan melakukan makan malam dengan semua penghuni rumah—baik itu pelayan atau pun sopir dan security—kemudian menutupnya dengan menyalakan kembang api.Sederhana saja ... tapi menjadi luar biasa saat mereka melaluinya dengan orang yang tepat.Saat suara letusan kembang api mulai bergema di seberang sana, Laura merapatkan tangannya. Matanya terpejam saat batinnya melangitkan doa, ‘Memang tahun yang sangat berat, tapi pada tahun ini aku melalui banyak hal,’ batinnya. ‘Dari keberanian untuk
Penat ... mungkin hanya itu yang dirasakan oleh Elsa sekarang ini. Ia berjalan keluar dari gerbang rumahnya dengan tanpa tujuan selain hanya ingin melihat kesibukan tetangganya yang menyiapkan diri untuk menyambut tahun baru. Sudah cukup larut, kebanyakan dari mereka telah jauh hari merencanakan untuk berkumpul bersama dengan keluarga. Yang jauh pulang, yang dekat menyiapkan sambutan. Tak seperti dirinya yang harus menghela napas dalam saat melihat muda-mudi yang antusias dengan kembang api berbagai ragam yang akan mereka nyalakan dalam beberapa saat yang akan datang. “Sepertinya hanya aku yang akan merayakan tahun baru sendirian,” katanya saat ia mengayunkan kakinya yang mulai letih berjalan untuk kembali ke rumah. Memasuki halaman, ia tersenyum masam. Di dalam rumah ini hanya ada dirinya seorang. Jika tahu ayah dan ibunya akan lebih lama di luar kota ... mungkin Elsa tadi akan menerima ajakan Laura untuk bergabung bersamanya. “Tidak apa-apa,” kata Elsa menghibur diri. “Aku sud
Setelah menarik diri dari pelukan Zafran, mereka duduk di teras rumah. Tak hentinya saling memandangi, seolah kembang api yang berulang kali meledak di sepanjang awal tahun ini terkesampingkan keindahannya.Sesak akibat rindu di dalam hati keduanya seperti menghilang dan lebur mejadi debu. “Kamu tidak akan mengatakan sesuatu?” tanya Zafran, mengguncang lirih tangan Elsa yang berada dalam genggamannya untuk membuka percakapan setelah hening yang terlampau lama.“Katakan sesuatu, Elsa,” ucapnya. “Kamu boleh marah atau memakiku sesuka hatimu.”“Benar,” Elsa menganggukkan kepalanya. “Harusnya aku memakimu, tapi entah kenapa begitu melihatmu rasanya yang ingin aku katakan justru, ‘maaf.’”“Maaf?” ulang Zafran karena itu terdengar aneh di telinganya. “Kenapa kamu harus meminta maaf?”“Karena mungkin sikapku saat kita jauh sangat membebanimu.”“Tidak,” tolak Zafran. “Justru karena kamu bersikap seperti itu aku masih percaya bahwa perasaanmu padaku tidak berubah, Sa. Sebaliknya ... mungkin k