Share

Chapter 46

Penulis: angeelintang
last update Terakhir Diperbarui: 2021-10-21 04:05:08

Fio sedang memandag lurus ke depan. Matahari terasa lebih terik hari itu. Banyak pikiran yang datang silih berganti.

“Bagaimana kalau Papa dan Mama bercerai?”

“Aku ikut siapa sebaiknya?”

“Apa Mama benar-benar membenciku?”

“Aku ingin keluargaku kembali harmonis.”                                          

Semua perntanyaan-pertanyaan yang muncul begitu saja di benaknya membuat Fio menghela napas berkali-kali demi meredakan gejolak di dalam dadanya yang semakin terasa menghimpit paru-paru hingga dia terasa seperti sulit bernapas.

Ketika Fio masih terhipnotis dengan bunga-bunga yang tumbuh di taman itu, rasa dingin dengan tiba-tiba terasa di pipi kanannya. Fio tersentak dari lamunannya dan la

Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Tuan Egois Dan Putri Kertas   Chapter 47

    “Aku sedang memintamu untuk membantuku,” jawab gadis itu yang kini berjalan dengan pelan ke arah Bian.Bian meneguk salivanya kala melihat kemeja Fio yang sudah terlepas dan menyisakan tanktop berwarna putih. “Fio berhenti!” Bian berdiri kala melihat Fio hendak membuka rok sekolahnya.Fio menatap wajah Bian yang terlihat panik. “Kenapa?” tanya Fio dengan nada pelan.“Kalau yang kamu inginkan adalah hal yang ada di dalam kepalaku, maaf aku tidak bisa.” Bian menggelengkan kepalanya.Mata gadis itu memerah. Dia berjalan dengan cepat menuju ke arah Bian dan meraih tengkuk pemuda itu. Dengan sekali gerakan, Fiooo menempelkan bibirnya ke atas bibir Bian. Pemuda yang lima belas sentimeter lebih tinggi di banding Fio itu terbelalak dengan bibir yang terkatup rapat. Fio menggerakan bibirnya yang sayangnya sama sekali tidak bisa membuat Bian tergoda.Bian tersentak dalam hitungan detik. Dia seger

    Terakhir Diperbarui : 2021-10-21
  • Tuan Egois Dan Putri Kertas   Chapter 48

    “Ini gaji Bian bulan ini,” kata pemuda yang sedang mengulurkan amplop berwarna putih ke depan ibunya.Helaan napas terdengar keluar dari bibir Ningsih. “Jangan memberikan Ibu semua gajimu,” kata Ningsih.Bian mendongak dan tersenyum. “Ibu tenang saja, aku sudah menyimpan sendiri bagianku, oh ya kemarin malam Bian juga sudah memberikan sedikit uang saku untuk Nara.” Bian melirik ke samping kanannya.“Iya Bu, Kak Bian sudah memberikan Nara uang jajan.” Gadis yang selalu menjadi penghibur Bian dan ibunya tersenyum.“Nara harus belajar yang rajin,” kata Bian sambil mengusap puncak kepala Nara dengan sayang.“Iya pasti, Kak!” Nara terkekeh riang.Pagi itu, seperti biasanya, suasana hangat sangat terasa di meja makan berbentuk persegi yang terbuat dari kayu itu. Bian, pemuda yang terlihat keren dan tampan ketika sedang bermain basket adalah sosok yang ikhlas bekerja untuk menc

    Terakhir Diperbarui : 2021-10-21
  • Tuan Egois Dan Putri Kertas   Chapter 49

    Setelah makan malam selesai, Fio mengajak Rey untuk ke ruang tamu. Rey tentu saja sangat senang karena kali ini niatnya mendekati Fio tidak mengalami gangguan. Pemuda dengan kulit putih dan juga mata berwarna coklat itu segera duduk di sofa yang berada di depan Fio.“Ada apa kamu ke rumahku?” tanya Fio.Rey tersenyum. “Tidak ada apa-apa, kebetulan aku lewat.” Rey menatap Fio yang pipinya terlihat lebih tirus.“Dan beruntungnya kamu, karena aku baru selesai memasak makan malam yang sebenarnya lebih cocok di sebut makan sore,” Fio terkekeh.“Ya, aku memang beruntung.” Rey ikut terkekeh.“Fio?!”Fio dan Rey menoleh ke arah pintu rumah yang sengaja Fio buka ketika mereka berada di runag tamu. Mata Fio membulat sempurna. Dia segera beranjak berdiri sedang Rey terlihat masih tenang di tempatnya duduk.“Kamu menghindari aku karena sibuk bersama dengan Rey?!” Suara Bian t

    Terakhir Diperbarui : 2021-10-21
  • Tuan Egois Dan Putri Kertas   Chapter 50

    “Kamu ikut Papamu,” suara Rahma terdengar acuh.Wanita itu bahkan enggan untuk sekedar menatap Fio yang kini masih terdiam di ambang pintu kamar ke dua orang tuanya. Fio mencengkeram gagang pintu dengan kuat. “Apa aku tidak bisa ikut kalian berdua?” tanya Fio.“Tidak! Kami akan segera berpisah jadi kamu harus ikut dengan Papamu,” kata Rahma.Fio hanya diam. Dia kemudian pergi berlalu meninggalkan Mamanya yang sedang bersedekap di depan jendela kamar. Sepeninggal Fio, Rahma menoleh dan menatap pintu kamarnya dengan mata yang sudah berair. Dia memejamkan matanya.“Maafkan Mama, Fio.” Rahma sudah menangis tanpa suara.Wanita itu berpura-pura kuat di depan semua orang. “Aku tidak sekuat itu, Anjar.” Dia kemudian berjalan dan duduk di pinggiran ranjang.Matanya memandang keluar jendela. “Kamu bahkan tidak memiliki inisiatif untuk kembali ke rumah ini,” gumam Rahma pilu.

    Terakhir Diperbarui : 2021-10-23
  • Tuan Egois Dan Putri Kertas   Chapter 51

    “Kamu sedang apa?” Bian menatap Fio sambil berkacak pinggang.“Apa kamu tidak bisa lihat aku sedang apa?” Fio sama sekali tidak mendongak.Bian menganggukkan kepalanya. “Oh oke, sepertinya aku tidak perlu basa-basi lagi,” kata Bian kemudian berjalan dan duduk di samping Fio.“Kamu dari mana?” Fio menoleh ke samping ketika satu bentuk hati sudah kembali berhasil dia buat.“Dari pulang kerja,” jawab Bian. “Malam-malam begini kenapa di luar rumah?” tanya Bian.Fio tersenyum. “Di dalam ataupun di luar rumah sama saja, aku tetap sendiri.” Fio membenarkan duduknya dan sedikit memiringkan tubuhnya supaya bisa menatap Bian.Bian diam tanpa suara. Gadis yang malam itu menggunakan baju tidur berlengan pendek dengan motif lumba-lumba di depannya kini tertawa. Bian bahkan sampai tidak sadar apa yang membuat Fio tertawa sampai terpingkal-pingkal seperti itu. Bian tidak se

    Terakhir Diperbarui : 2021-10-25
  • Tuan Egois Dan Putri Kertas   Chapter 52

    Bian berjalan dengan langkah pelan menuju ke teras rumahnya. Tempat dengan beberapa pot bunga yang Ibunya dapat dari para tetangga menghiasi teras sederhana itu. Bian duduk di kursi usang yang terbuat dari kayu rotan. Pemuda dengan tatapan seteduh awan itu sibuk dengan pikirannya yang berkecamuk setelah pulang dari rumah Fio.Bian sengaja berhenti di rumah Fio sepulang bekerja hanya untuk memastikan bahwa Fio baik-baik saja. Gadis itu sama sekali tidak membalas pesan-pesannya sejak mereka pulang sekolah. Dan benar saja, Fio sedang membutuhkan bahunya untuk bersandar.Senyuman kecil terbit di bibir Bian. Gadis itu selalu membuatnya gemas setengah mati. Ketika Bian hendak pulang, Fio dengan sengaja menahan ujung kaos yang Bian kenakan.“Ada apa?” tanya Bian yang sudah beranjak berdiri dari duduknya.“Boleh aku minta satu hal dari kamu malam ini?” tanya Fio.Bian mengerutkan keningnya dalam. “Hmm.&rd

    Terakhir Diperbarui : 2021-10-25
  • Tuan Egois Dan Putri Kertas   Chapter 53

    “Ini makanlah!” Bian mengulurkan semangkuk bakso Malang yang masih mengepulkan asapnya.Gadis dengan rambut sepundak itu tersenyum. “Terima kasih banyak.” Dia menerima semangkuk bakso dari uluran tangan Bian.Bian mengangguk dan kembali ke gerobak penjual untuk mengambil pesanannya. Mereka berdua kini sedang berada di depan gedung sekolah. Hari sudah beranjak sore, mereka berdua baru saja pulang karena harus mengikuti pelajaran tambahan untuk persiapan kelulusan.Bian yang sebenarnya ada latihan basket harus merelakan untuk tidak mengikuti demi gadis yang kini duduk di sampingnya. Bian menoleh sekilas. Dia tersenyum melihat bagaimana sahabatnya itu memakan dengan lahap baksonya. Bakso Malang yang memang menjadi pilihan Bian kali ini untuk mengganjal perutnya sebelum berangkat bekerja.“Setelah ini, kamu akan pergi bekerja?” tanya gadis dengan mata sipit itu.Bian melirik sekilas ke samping sebelum kemudian kembal

    Terakhir Diperbarui : 2021-11-01
  • Tuan Egois Dan Putri Kertas   Chapter 54

    Pemuda berseragam SMA itu mulai cemas ketika ketukannya yang ke sekian kali pada pintu rumah di depannya tidak juga membuahkan hasil. “Fio?!” Bian memanggil nama kekasihnya.Bian sudah hilang kesabaran. Dia menggedor pintu di depannya sambil terus memanggil nama Fio. Bian kemudian meraih gagang pintu di depannya. Dia memutuskan akan masuk ke dalam rumah Fio tanpa menunggu Fio membukakan pintu.“Fio?!” Bian terus berjalan sambil memanggil nama Fio.Tadi pagi pukul lima lebih lima belas menit, gadis itu mengirim pesan ke ponsel Bian. Pesan yang baru sempat di buka oleh Bian kala pagi menjelang. Dia tidak paham apa maksud pesan yang di kirimkan oleh Fio tersebut. Semuanya membuat Bian semakin cemas, apalagi rumah Fio benar-benar kosong pagi itu. Bahkan jam di dinding masih menunjukkan pukul enam kurang lima menit pagi.Bian telah sampai di depan kamar Fio. Dia menoleh sejenak ke samping. Pintu kamar kedua orang tua Fio terbuka dan tid

    Terakhir Diperbarui : 2021-11-01

Bab terbaru

  • Tuan Egois Dan Putri Kertas   Chapter 103

    Bian menjalani hari-harinya dengan sepi. Bukan karena dia tidak memiliki teman tapi karena dia yang memilih menarik diri dari pergaulan. Entah sampai kapan, Bian tidak tahu. Dia butuh ruang dan waktu untuk menyendiri. Memikirkan masa depannya yang kini dipenuhi oleh bayangan utang kepada ayah Prisa.Tidak sedikit baginya tentu saja, mengingat biaya pengobatan adiknya yang juga tidak bisa dibilang murah. Bian sudah berusaha sampai dia menggadaikan harga diri dan cintanya. Sampai dia harus menjadi seperti seekor kerbau yang dicucuk hidungnya. Anak muda yang masih mengenyam pendidikan di bangku kuliah itu harus bersedia menghapus mimpinya untuk bisa hidup bersama seseorang yang ia cinta suatu hari nanti.Tapi sepertinya itu tidak lagi menjadi masalah besar baginya, karena Prisa dengan senang hati memberikan jalan untuknya. Sesuai kesepakatannya dan ayah Prisa, hubungan yang selalu didambakan oleh gadis itu hingga membuatnya menjadi orang yang egois akan berakhi ketika Prisa terbukti berk

  • Tuan Egois Dan Putri Kertas   Chapter 102

    “Brengsek!” Pemuda itu melepaskan gagang pintu yang ia genggam.Dia bergerak mundur disertai dengan senyuman kecut yang kini menghiasi wajahnya. Wajah gadis itu terlihat pucat. Tangannya mencengkram erat selimut yang membelit tubuh telanjangnya. Sementara seorang pemuda lain terlihat buru-buru memakai celananya kembali.Bian terkekeh pelan sambil menggelengkan kepala tak percaya. Dia datang dengan membawa makanan dan obat demam untuk kekasihnya. Setelah tiba di kota Jogja, dia mendapatkan kabar bahwa Prisa sedang sakit. Dia datang dengan membawa apa yang ia pikir dibutuhkan oleh gadis itu tanpa mengabari terlebih dulu.Ia pikir, Prisa akan senang dengan kedatangannya yang pasti akan mengejutkan dan perhatian yang ia berikan kepada gadis itu. Tapi, justru Bian yang terlihat terkejut dengan kejadian yang membuatnya cukup muak.“Bian, tunggu!” teriak gadis itu dengan wajah panik luar biasa.Prisa bangun dari atas ranjang dan berlari mengejar Bian yang sama sekali tidak mengindahkan pangg

  • Tuan Egois Dan Putri Kertas   Chapter 101

    Fio berdiri di depan teras rumahnya yang sekarang terasa asing baginya. Setelah acara pemakaman Nara selesai, dia tak langsung pulang. Gadis itu membantu Ningsih mengurus acara tiga harian terlebih dahulu. Sampai malam menjelang, Fio masih bertahan di sisi Ningsih yang akhirnya memperlihatkan ketidakberdayaannya sebagai seorang manusia biasa. Wanita paruh baya itu sesekali meneteskan air mata meski tidak diiringi dengan isak tangis. Tapi, Fio tahu bahwa di dalam hati Ningsih semuanya terasa begitu berat dan nyaris tak mampi ia topang.“Kenapa tidak masuk?”Fio menoleh. “Kamu masih di sini?” Fio terkejut dan segera menatap motor Bian yang ternyata masih ada di luar pagar rumahnya.Bian mengangguk. “Aku baru saja akan pergi tapi aku lupa mengatakan sesuatu padamu.”Fio mengerutkan kening dalam. “Apa?” tanyanya.Di bawah langit tanpa bintang, Bian menatap Fio dengan wajah sendunya. Dia menghela napas dalam dan menunduk sejenak. Pemuda itu terkekeh pelan.“Lucu sekali, ya? Sejauh apapun k

  • Tuan Egois Dan Putri Kertas   Chapter 100

    Malam itu benar-benar menjadi malam terakhir Bian mengobrol dengan Fio. Gadis itu tidak mau lagi membuka akses untuknya meski hanya untuk menyapa. Hal itu terbukti saat Bian tanpa sengaja berjumpa dengan Fio di kantin kampus. Bian yang sudah menyiapkan diri untuk sekedar tersenyum dan menyapa Fio mengurungkan niat kala dia melihat Fio memilih menundukkan kepalanya supaya tidak perlu menatapnya. Bian bertahan dengan kebimbangan hati yang masih menyelimutinya. Dia terus menemani Prisa hari demi hari meski tidak ada satu hari yang ia lewati tanpa teringat semua kenanganya bersama Fio. Dia menguatkan hatinya. Dia terus membisikkan satu kalimat yang berhasil membuatnya menguatkan pundaknya lebih dari sebelumnya. Semua demi Ibu dan adikku. “Halo?” Suara pria itu terdengar seiring dengan langkah kakinya yang semakin pelan. Isak tangis dari seberang telepon berhasil membuat detak jantungnya dua kali lebih cepat dari biasanya. Dia membeku di tempat saat ibunya mengatakan hal yang paling ia

  • Tuan Egois Dan Putri Kertas   Chapter 99

    “Tidak semudah itu, Fi!” sahut Bian dengan wajah tak terima. “Aku tidak mungkin membuat kamu ikut memikirkan masalahku sementara aku tahu kamu juga punya masalahmu sendiri,” lanjut pemuda itu. Fio hanya diam. Dia hanya mampu menghela napas berat. Semuanya sudah terjadi dan tidak akan pernah bisa diputar kembali. Tidak ada yang bisa Fio lakukan selain pasrah dengan fakta yang ia dapatkan. “Sudahlah! Sepertinya juga tidak ada gunanya kita berdebat,” ucap Bian. Fio mengangguk mengerti meski hatinya terasa sesak. “Bian?” panggil Fio. Bian menoleh. “Hm?” “Setelah malam ini, aku mungkin tidak akan pernah memberikan kamu kesempatan lain lagi. Jadi, Bi…” Fio tidak berani menatap mata mantan kekasihnya meski hanya lima detik saja. “Kembalilah kepada dia yang sudah kamu pilih. Aku akan menemukan bahagiaku sendiri jadi kamu juga harus bahagia.” Setelah mengatakan kalimat itu, Fio bergegas berdiri di depan pintu dan meminta Bian untuk pulang secara baik-baik. Baginya, dia tidak bisa lagi mem

  • Tuan Egois Dan Putri Kertas   Chapter 98

    Setelah selesai makan, Bian dan Fio hanya saling diam. Fio merasa tidak ada hal penting yang harus ia katakan kepada Bian. Sementara Bian, pemuda itu ingin sekali mengatakan hal yang sebenarnya pada mantan kekasihnya. Di perjalanan menuju ke kos Fio, Bian memikirkan hal di luar nalarnya selama ini. Taruhannya sangat besar dan dia bisa saja menyesal di kemudian hari.Tapi, dia tidak akan pernah tahu jika mencoba sesuatu mungkin akan mendatangkan hal yang jauh lebih baik dari sebelumnya. Bian meneguk ludah dengan pandangan yang ia alihkan kepada gadis cantik bernama lengkap Fiona Ruby Cantika itu.“Fi,” ucapnya serupa bisikan.Suaranya seperti malu-malu untuk keluar. Bian gugup dan juga bingung bagaimana harus memulai pembicaraannya. Dia hanya tersenyum saat Fio menoleh dan menatapnya dalam diam. Gadis itu menunggu kalimat yang hendak Bian lontarkan kepadanya.“Aku ingin bicara sesuatu kepadamu.” Bian memantapkan hatinya. “Tapi…” dia menggantung ucapannya. “Mungkin apa yang akan aku bic

  • Tuan Egois Dan Putri Kertas   Chapter 97

    Bian memacu motornya dengan kecepatan sedang. Dia ragu-ragu untuk datang ke acara keluarga Prisa. Rasanya dia hanya akan menjadi bahan olok-olokan saja di sana. Tapi dia sudah berjanji pada kekasihnya untuk datang. Acara ulang tahun pernikahan Tante Nilam, yang tak lain adalah adik kandung dari ayah Prisa. Bian memang sudah pernah bertemu dengan Nilam sebelumnya. Hanya saja pertemuannya tidak menyenangkan. Pemuda itu telah sampai di depan sebuah hotel bintang empat yang menjadi tempat acara. Bian merapikan kemejanya sambil menoleh ke kanan dan ke kiri. Dia sedikit terlambat. Langkahnya terasa ringan dan tanpa beban. “Semoga mereka meminta Prisa untuk memutuskanku,” batinnya. Begitu kakinya menginjak lantai ballroom hotel, Bian merasa seperti sedang memasuki ruang persidangan. Banyak pasang mata menatapnya dengan wajah terheran-heran. Bagaimana tidak? Bian tidak mengenakan jas. Padahal di dalam undangan sudah tertulis dress code malam itu adalah jas berwarna hitam bagi pria dan gaun

  • Tuan Egois Dan Putri Kertas   Chapter 96

    Fio memilih menghindar jika tidak sengaja dia bertemu dengan Bian. Selama enam minggu mereka bahkan tidak pernah bertemu. Bukan hanya karena Fio yang mencoba menghindar, tapi juga karena Bian yang memilih untuk tidak menemui Fio lagi. Meski rasanya dia sangat ingin melihat kondisi gadis itu. Ada hal yang mengikat dirinya dengan Prisa dan dia tidak bisa melewati batas lagi. Sore itu, Fio tidak sedang baik-baik saja. Pandangannya mulai tidak fokus. Wajah pucatnya beberapa kali membuat beberapa teman yang ia lewati merasa cemas. Dan sesekali ada yang melihatnya sambil berbisik-bisik dan juga tertawa. Gadis itu kembali menelan ludah karena tenggorokannya yang terasa kering. Tangannya mengusap dahi yang mulai mengeluarkan keringat dingin. Perutnya sakit luar biasa. Tubuh gadis itu hampir oleng. Tapi dia beruntung karena seseorang menangkap tubuhnya dengan cepat dari arah belakang. Fio meringis. Kemudian seseorang itu menuntunnya supaya duduk di bangku yang berada tak jauh dari tempat mere

  • Tuan Egois Dan Putri Kertas   Chapter 95

    Percakapannya dengan sang ibu terus saja berputar di kepala dan membuatnya harus berkali-kali menghela napas dalam. Bian tidak bisa memejamkan matanya barang sebentar saja. Benaknya terus saja memikirkan hal yang mungkin terjadi kelak. Hatinya terus mencemooh dirinya yang dinilai sangat lemah. Bian tidak bisa membuktikan bahwa pilihannya untuk berada di Jogja adalah hal yang tepat. Oleh karena itu, dia memilih berbohong kepada ibunya.Pemuda itu bangkit berdiri dan meraih kotak rokok dan juga pemantik api dari atas meja. Dia berjalan menuju ke teras kamar kos dengan langkah gontai. Bian menyalakan rokoknya dan menikmati nikotin serta tar dari benda yang kini sudah menjadi teman setianya. Dulu, Fio selalu berpesan supaya dia tidak merokok. Kesehatannya sangat berharga dan Bian dengan mudahnya melanggar pesan Fio.Dia tidak mampu, dia memang lemah. Semua orang memandangnya sebagai mahasiswa teladan dan juga calon menantu idaman. Bian bahkan kini terkekeh geli mendengar t

DMCA.com Protection Status