Share

36. Trio Rese'

Author: Aww Dee
last update Last Updated: 2024-11-25 16:49:42

Saga membuka pintu kamar Radha dengan pelan. Langkahnya nyaris tanpa suara. Ia masuk dan berhenti beberapa langkah dari tempat tidur, seolah menimbang-nimbang sesuatu sebelum akhirnya mendekat.

Radha yang sedang duduk di tepi tempat tidur menoleh, keningnya berkerut saat melihat guratan kelelahan di wajah pria itu.

“Kak Saga? Kau sudah selesai berbicara dengan ayahmu?” tanya Radha pelan, suaranya mengandung rasa ingin tahu yang hati-hati.

Saga mengangguk, berjalan mendekati meja kecil di kamar itu, lalu merapikan sesuatu di atasnya. “Ya, kami hanya membahas masalah pekerjaan,” jawabnya, suaranya tenang, tetapi tidak cukup untuk menutupi kegelisahan yang terpancar dari matanya. “Kau tidak istirahat?”

Radha tidak langsung menjawab. Ia menatap Saga lebih dalam dari sebelumnya. “Aku rasa, aku sudah cukup banyak istirahat hari ini,” sahut Radha, dibalas dengan anggukan pelan oleh Saga.

Ada jeda hening beberapa saat di antara mereka berdua. Radha yang masih penasaran atas apa yang sebenarn
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Related chapters

  • Tuan CEO, Mari Bercerai!   37. Usaha Nindy Yang Sia-Sia

    Di sebuah lounge eksklusif yang hanya diterangi lampu-lampu temaram, Nindy duduk dengan ekspresi penuh kemenangan. Jemarinya dengan lincah mengetikkan pesan terakhir kepada Radha, disertai dengan beberapa foto dirinya bersama Krisna dengan berbagai pose—sebuah momen yang diambil secara diam-diam beberapa menit lalu. Senyumnya mengembang ketika notifikasi di layar ponselnya mengonfirmasi bahwa pesan itu telah dibaca. “Radha pasti terbakar cemburu sekarang,” gumamnya pelan. Tatapan puas terpatri di wajahnya. “Dia harus tahu bahwa aku sudah menang. Krisna adalah milikku—seutuhnya.” Nindy menyesap minuman di depannya dengan anggun, sambil membayangkan ekspresi Radha saat membaca pesan tersebut. Pikirannya dipenuhi dengan rasa puas dan bahagia. Akhirnya, ia telah berhasil mengalahkan Radha dalam permainan yang selama ini ia jalani. Di sisi lain meja, Krisna duduk dengan tubuh yang sedikit terhuyung. Wajahnya memerah karena alkohol yang telah ia minum sejak tadi. Matanya memandang kosong

    Last Updated : 2024-11-25
  • Tuan CEO, Mari Bercerai!   38. Ketenangan Sebelum Badai

    “Wanita genit itu memang benar-benar tidak tahu kapan harus berhenti, ya?” gumamnya pelan. “Menyebalkan sekali.” Tak ingin semakin stress karena perbuatan konyol Nindy, Radha berniat keluar dari kamar dengan meletakkan ponselnya secara asal di atas tempat tidur dan bangkit dari duduknya. Kepalanya terasa nyaris meledak, dan ia juga cukup penat berada di dalam kamar sepanjang hari. Saat keluar dari kamar, Radha berniat menuju dapur untuk mengambil segelas air, tetapi langkahnya terhenti begitu melewati ruang kerja Saga. Pintu ruangan itu sedikit terbuka, dan suara Saga yang seperti sedang berbicara dengan seseorang terdengar samar di telinga Radha. Melalui celah pintu, Radha bisa melihat Saga berdiri di dekat mejanya. Raut wajahnya terlihat sangat serius. Dan suaranya yang biasanya lembut, kini terdengar agak keras, bahkan seperti membentak. “Sudah kubilang, aku tidak ingin mendengar alasan apapun lagi! Aku tidak mau tahu, lakukan apa yang sudah menjadi tanggung jawabmu,” suara Sag

    Last Updated : 2024-11-26
  • Tuan CEO, Mari Bercerai!   39. Deja Vu?

    Radha memasuki lobi rumah sakit dengan hati yang berdebar. Meski telah berusaha menenangkan dirinya semalaman, rasa cemas tetap menyelimutinya. Ia melirik arlojinya. Masih ada beberapa menit sebelum janji temunya. Radha memutuskan untuk duduk sebentar di ruang tunggu sembari menarik napas panjang, mencoba mengumpulkan keberaniannya. Tak lama setelah Radha duduk di kursi tunggu, seorang pria paruh baya dengan jas putih mendekatinya. Wajahnya penuh senyum ramah, dan matanya memancarkan ketenangan. “Nyonya Radha?” panggilnya. Radha segera berdiri dan mengangguk. “Ya. Anda Dokter James, benar?” “Benar sekali,” jawab Dokter James, menjabat tangan Radha. “Saga sudah memberi tahu saya tentang kunjungan Anda. Mari, saya akan mengantar Anda ke ruangan teman saya. Dokter Sasmitha adalah salah satu dokter spesialis terbaik yang saya kenal. Anda akan berada di tangan yang tepat.” Radha tersenyum tipis. “Terima kasih banyak, Dokter. Saya benar-benar menghargai bantuan Anda dan juga Saga.” “T

    Last Updated : 2024-11-26
  • Tuan CEO, Mari Bercerai!   40. Tidak Ada Yang Mau Mengalah

    Lobi rumah sakit yang biasanya tenang entah kenapa tiba-tiba berubah menjadi medan perdebatan yang sengit antara Saga dan Krisna. Saga berdiri tegap dengan tangan terlipat di dada, sementara Krisna menatapnya dengan tajam, tangan terkepal di sisi tubuhnya. Di antara mereka, Radha berdiri dengan wajah lelah, matanya bergantian menatap dua pria yang bersikeras memenangkan argumen. “Aku bilang, aku hanya ingin bicara dengan Radha,” ujar Krisna dengan nada dingin namun penuh tekanan. “Jadi, minggirlah. Ini bukan urusanmu.” Saga mendengus sinis. “Segala sesuatu yang melibatkan Radha adalah urusanku. Terutama kalau itu menyangkut orang yang terus-menerus menyakitinya. Dan kau sudah cukup membuat hidupnya kacau, Krisna.” Krisna melangkah maju, jarak di antara mereka semakin kecil. “Kacau? Kau bahkan tidak tahu separuh dari cerita ini, Saga. Jadi jangan bertingkah seperti pahlawan kesiangan.” Saga tidak mundur sedikit pun. “Yang aku tahu, Radha jauh lebih baik tanpa dirimu. Dia tidak butu

    Last Updated : 2024-11-26
  • Tuan CEO, Mari Bercerai!   41. Satu Tempat Dua Cerita

    Meja di sudut kafe itu terasa lebih kecil daripada seharusnya. Saga duduk dengan santai, menyandarkan punggungnya pada kursi dan menyesap kopinya perlahan, sementara Nindy duduk di depannya dengan ekspresi tidak senang. Mata Nindy sesekali melirik meja di mana Krisna dan Radha tengah berbicara. Namun, ia lebih sering memandangi Saga dengan tatapan penuh rasa tidak suka. “Aku heran sekali padamu, Nindy. Kau ini tidak punya kerjaan lain untuk menyibukkan dirimu selain terus menguntit Krisna, ya?” Nindy mendelik tajam dengan ekspresi mencemooh. “Bukankah justru kau yang suka tiba-tiba muncul seperti hantu kesepian yang selalu berusaha mencari perhatian tiap kali Radha dalam masalah? Dasar pria murahan.” Saga terkekeh pelan, sorot matanya tajam saat ia menatap balik Nindy. “Pria murahan? Wah, ini lucu. Kau yang sudah terang-terangan menempel pada pria yang jelas-jelas tidak tertarik padamu justru berani berkata seperti itu? Aku dengar ada istilah untuk orang sepertimu. Pengganggu yang

    Last Updated : 2024-11-28
  • Tuan CEO, Mari Bercerai!   42. Sudah Berakhir?

    “Dari semua tempat yang aku cari, aku justru menemukanmu di rumah sakit. Jadi aku tanya, apa kau sedang sakit?” Radha yang sebenarnya sudah menduga bahwa Krisna akan menanyakan hal itu, terdiam sejenak. Tanpa disadari, jantungnya berdegup lebih cepat. Ada rasa gugup yang menggelayuti hatinya. Bagaimana jika Krisna sampai tahu bahwa dirinya datang ke rumah sakit adalah untuk memeriksakan kehamilannya? Apakah Krisna akan memperhambat proses perceraian mereka? Apakah Krisna dan keluarganya akan menggunakan calon anaknya sebagai alat untuk mengekang dan menyiksa hidup Radha lagi? Batin Radha bergejolak hebat, menolak sekuat mungkin atas segala kemungkinan terburuk yang mungkin akan terjadi jika Krisna tahu di dalam rahimnya ada anak kandungnya. Tidak. Krisna tidak boleh tahu. Sebisa mungkin Radha harus merahasiakan kehamilannya dari siapa pun yang berasal dari keluarga Harlingga. Terutama Krisna. Meski terkesan jahat karena telah memisahkan seorang anak dari ayahnya, tapi Radha seakan

    Last Updated : 2024-11-28
  • Tuan CEO, Mari Bercerai!   43. Temuan Nindy

    Mereka berdua akhirnya menyudahi percakapan dengan masing-masing membawa luka yang tak terucapkan. Radha berdiri lebih dulu, mengambil tasnya, lalu berjalan pergi meninggalkan Krisna tanpa menoleh sedikit pun. Tepat di pintu kafe, ia melihat Saga berdiri menunggunya. Dengan langkah berat, Radha menghampiri pria itu, menerima uluran tangan yang diberikan Saga. Saga menatapnya dengan penuh kekhawatiran. “Kau baik-baik saja?” tanyanya. Radha mengangguk pelan. “Ayo pergi.” Saga mengangguk dan mengiringi langkah Radha menuju mobil yang terparkir di tepi jalan. Krisna yang masih duduk di dalam kafe hanya bisa memandang kepergian mereka dengan tatapan kosong. Entah mengapa ada perasaan tak rela yang terus menghantuinya. Beberapa saat setelah kepergian Radha dan Saga, Nindy berjalan mendekati meja tempat Krisna duduk, senyumnya lebar seperti biasa. “Krisna,” sapanya, mencoba menarik perhatian pria itu. “Hari ini kau tidak begitu sibuk ‘kan? Bagaimana kalau kita pergi jalan-jalan? Sejak ta

    Last Updated : 2024-11-29
  • Tuan CEO, Mari Bercerai!   44. Merasa Terancam

    “TIDAK!” Suaranya menggema, menarik perhatian beberapa pengunjung di kafe yang menoleh padanya dengan tatapan heran. Salah seorang pelayan bahkan hampir mendekat untuk menanyakan apakah dia baik-baik saja, tapi Nindy sudah berdiri sambil menggenggam tas tangannya dengan gemetar. Dia tidak peduli pada tatapan orang-orang di sekitarnya. Lalu tanpa berkata apa-apa, Nindy melangkah keluar dari kafe dengan langkah tergesa-gesa. Sepatu hak tingginya beradu keras dengan lantai keramik, menciptakan suara berirama yang seolah mempertegas kegelisahan hatinya. Nindy menyeberangi jalan tanpa memedulikan klakson mobil yang hampir mengenainya, wajahnya hanya menatap lurus ke depan, tujuannya sudah jelas. Kembali ke rumah sakit. Saat tiba di lobi rumah sakit, napas Nindy tersengal. Sejenak ia menghentikan langkahnya, untuk mengatur kembali ritme napasnya agar kembali normal. "Tenang, Nindy," gumamnya pada diri sendiri. Namun, pikirannya tetap berputar liar. Obat yang dia temukan itu tidak

    Last Updated : 2024-11-29

Latest chapter

  • Tuan CEO, Mari Bercerai!   103. Saga Tersudut

    “Kau bertanya karena ingin tahu, atau ingin cepat-cepat menemui kekasih gelapmu itu?” sindir Gayatri dengan nada penuh keangkuhan. Semua orang yang berada di dalam ruangan itu, termasuk Baskara dan Mega, menatapnya dengan ekspresi terkejut. Hanya Nindy yang tampak biasa saja. Bahkan ada senyum tipis yang terukir di bibirnya, seolah menunggu reaksi yang akan diberikan Saga. Saga mengepalkan kedua tangannya, menahan gejolak amarah yang mulai merayapi dadanya. Ia menatap Gayatri dengan sorot mata tajam. “Tolong jangan mengucapkan sesuatu yang sama sekali tidak benar tentang hubungan saya dan Radha.” Gayatri mendengus sinis. “Tidak benar, katamu?” Ia melipat kedua tangannya di dada. “Jadi, menurutmu, kepedulianmu yang berlebihan terhadap Radha itu hal yang wajar? Jangan munafik, Saga. Aku sudah melihat bagaimana kau yang selalu berada di sisinya tiap kali dia bermasalah dengan suaminya. Bahkan caramu menatap Radha, aku bisa tahu bahwa ada sesuatu di antara kalian berdua. Jangan kira ak

  • Tuan CEO, Mari Bercerai!   102. Perdebatan Keluarga Harlingga

    Gayatri mengepalkan jemarinya dengan erat, menahan amarahnya yang meluap-luap. Napasnya terdengar memburu, wajahnya memerah, dan matanya menyorotkan kemarahan yang tidak bisa lagi terbendung. “Berani-beraninya Krisna menutup telepon Mamanya sendiri!” batin Gayatri, geram."Apa yang terjadi?" Suara berat dan penuh wibawa khas milik Baskara terdengar dari belakangnya. Pria itu baru saja keluar dari kamar tempat Kakek Felix beristirahat. Wajahnya terlihat lelah dan cemas. "Apa kau sudah memberi tahu Krisna tentang kondisi Ayah?"Gayatri menoleh dengan ekspresi jengkel. "Tentu saja, Mas! Aku juga sudah menyuruhnya untuk segera pulang. Tapi dia justru membantahku dan bersikeras untuk tetap menemani Radha. Kata Krisna, wanita itu pingsan!" Nada suaranya penuh kejengkelan dan ketidakpercayaan.Baskara mengernyit. "Radha pingsan?""Iya, Mas! Dan Krisna membawanya ke rumah sakit. Seolah-olah itu lebih penting daripada kondisi kakeknya sendiri!" Gayatri mendengus sinis. "Aku sudah menduga wani

  • Tuan CEO, Mari Bercerai!   101. Merasa Takut Untuk Pertama Kalinya

    Krisna terperangah. Napasnya tercekat saat melihat tubuh Radha ambruk ke tanah tanpa daya. Untuk sesaat, dunia terasa berhenti. Pikirannya kosong dan tubuhnya membeku. Tetapi detik berikutnya, tanpa sadar, ia sudah berlari ke arah wanita itu."Radha!" Krisna berlutut di sampingnya, tangannya terulur untuk menyentuh wajah Radha yang pucat pasi. Dada wanita itu naik turun tak beraturan, napasnya tersengal-sengal, dan keringat dingin mulai membasahi dahinya.

  • Tuan CEO, Mari Bercerai!   100. Kembali Menyalahkan Radha

    Krisna menarik tangan Radha dengan erat, membawanya keluar dari ruangan yang penuh dengan kekacauan. Langkahnya cepat, hampir menyeret Radha yang masih terkejut dengan apa yang baru saja terjadi. Napasnya memburu, sementara pikirannya berputar liar, mencoba memahami mengapa dia tiba-tiba merasa perlu melindungi Radha. Radha hanya bisa menurut, mengikuti Krisna dengan langkah goyah. Jantungnya masih berdegup kencang, kepalanya pening akibat kilatan kamera dan suara-suara menghakimi yang terus terngiang di telinganya. Namun, genggaman tangan Krisna yang kuat seolah memberinya perlindungan di tengah badai yang mengamuk. Mereka terus berjalan hingga mencapai taman belakang gedung, jauh dari sorotan kamera dan kerumunan orang-orang yang menggila serta haus akan berita penuh sensasi dari salah satu anggota keluarga Harlingga. Saat akhirnya Krisna melepaskan genggamannya, Radha terhuyung sedikit ke belakang. Napasnya masih tersengal, dadanya naik turun dengan cepat. “Apa... yang baru saj

  • Tuan CEO, Mari Bercerai!   99. Berkerumunnya Para Wartawan

    Radha berdiri terperangah di tengah kerumunan wartawan yang tak kenal ampun. Kilatan kamera terus menyambar wajah Radha dan menyilaukan matanya. Suara-suara tajam dan penuh desakan dari wartawan pun turut menusuk telinganya, membuat kepalanya berdengung tanpa henti. “Nyonya Radha, benarkah Anda telah menggugat cerai Tuan Krisna?” salah satu wartawan melemparkan pertanyaan dengan nada mendesak. “Apakah benar penyebabnya adalah orang ketiga?” yang lain menambahkan tanpa memberi waktu bagi Radha untuk menjawab. Sebuah mikrofon mendekat dari arah lain, “menurut informasi yang kami terima, Anda memiliki hubungan tersembunyi dengan seorang pria dari keluarga kaya. Bisakah Anda memberi klarifikasi tentang itu?” “Dan apakah benar Anda tengah mengandung anak dari pria tersebut?” pertanyaan terakhir dilontarkan dengan nada yang lebih tajam dan mengintimidasi. Radha hanya bisa membeku, tubuhnya terasa seolah kehilangan tenaga. Kilatan kamera yang terus-menerus membuat pandangannya semakin

  • Tuan CEO, Mari Bercerai!   98. Kejutan Di Acara Amal

    Krisna menegang sesaat. Kata "sayang" yang diucapkan Radha dengan nada menggoda seolah nyaris menghantam benteng pertahanannya. Mata hitamnya menatap wanita di sampingnya yang kini tersenyum manis seakan benar-benar menikmati perannya. "Apa kau sangat menikmatinya?" gumamnya pelan. Radha tertawa kecil. "Bukankah kau sendiri yang menyuruhku bersikap layaknya istri yang baik?" Krisna hanya mendengus dan menatap lurus ke depan. Langkahnya mantap saat memasuki gedung mewah tempat acara amal berlangsung. Sejak mereka muncul di pintu masuk, mata para tamu undangan yang ada di dalam ruangan itu, kompak tertuju pada mereka. Bisik-bisik di antara mereka pun mulai samar terdengar. "Oh, lihat itu! Mereka datang!" “Astaga, aku pikir ini seperti acara pengobatan raja dan ratu. Mereka berdua terlihat sangat menawan!” “Aku hanya mendengar bahwa menantu perempuan mereka sangat cantik, dan ternyata itu benar.” “Rasanya beruntung sekali bisa datang ke tempat ini. Bisa melihat wajah tampan cuc

  • Tuan CEO, Mari Bercerai!   97. Sulit Ditebak

    “Seberapa berpengaruhnya dia?” Andre tersenyum tipis, tetapi kali ini senyumnya lebih dingin. “Cukup untuk bisa masuk ke dalam lingkaran bisnis kelas atas tanpa harus membawa nama Harlingga. Dan cukup untuk membuat banyak orang bertanya-tanya… siapa sebenarnya yang berdiri di belakangnya.” Aresha membatu seketika. Jadi, Joshua bukan hanya sekadar putra Baskara yang tersembunyi. Dia lebih dari itu. Dia seseorang yang memiliki kekuatan, pengaruh, dan—kemungkinan besar—rencana tersendiri. Ini jauh lebih rumit dari yang ia bayangkan. “Jika kau ingin tahu lebih banyak, aku bisa menyelidikinya lebih dalam,” tawar Andre. Aresha menghembuskan napas panjang. “Kalau begitu lakukanlah.” Andre mengangguk, lalu bangkit. Sebelum pergi, ia menatap Aresha dengan pandangan tajam. “Tapi Aresha, aku sarankan satu hal.” “Apa?” “Berhati-hatilah.” Suaranya rendah, nyaris seperti peringatan. “Joshua bukanlah orang yang bisa disentuh dengan mudah.” Aresha hanya tersenyum kecil. Namun di dalam hatin

  • Tuan CEO, Mari Bercerai!   96. Mencari Informasi Tentang Joshua

    Aresha merasakan detak jantungnya berdegup lebih cepat dari biasanya. Kata-kata yang baru saja keluar dari bibirnya menggantung di udara, menciptakan keheningan yang memekakkan telinga. Joshua adalah putra lain dari Baskara. Jika itu benar, berarti… dia dan Joshua memiliki darah yang sama. Perutnya terasa mual. Keringat dingin mengalir di pelipisnya, meskipun udara di sekitar masih dikuasai angin sepoi-sepoi yang seharusnya menenangkan. Tetapi dirinya sama sekali tidak bisa tenang dengan kondisi pikirannya yang kacau balau saat ini. “Saga,” bisiknya, mencoba memastikan kembali. “Apa kau benar-benar yakin dengan apa yang kau ucapkan barusan? Barangkali saja yang kau maksud adalah Joshua yang lain?” Di seberang telepon, suara Saga terdengar lebih berat, seolah ia sendiri belum siap menerima kenyataan ini. “Ya, aku juga tidak menutup kemungkinan akan hal itu,” katanya pelan. “Tapi tetap saja, Aresha. Tidak ada salahnya untuk bersikap waspada terhadap segala hal yang bisa menghancur

  • Tuan CEO, Mari Bercerai!   95. Saling Menantang, Ternyata Dia Adalah....

    Aresha mengedarkan napas perlahan, menyembunyikan keterkejutannya di balik senyum tipis yang tak terbaca. Namun, tatapannya menajam, menyelidik pria yang berdiri di hadapannya. Joshua. Nama yang terdengar asing, tetapi caranya berbicara seolah ia tahu lebih banyak daripada yang seharusnya. Sorot matanya yang tajam, tak menunjukkan sedikit pun celah yang bisa dimanfaatkan Aresha. Dia jelas bukanlah orang biasa. Aresha menggeser sedikit berat badannya ke satu sisi, menyilangkan tangan di depan dada, seolah percakapan ini bukan hal besar baginya. “Aku tak tahu siapa yang memberimu informasi, tapi aku rasa kau sedang salah paham, Tuan Joshua,” ujarnya, suaranya tetap ringan namun berhati-hati. Joshua tersenyum kecil, seolah mengapresiasi usaha Aresha untuk tetap tenang. "Salah paham?" ulangnya, seakan mengecap kata itu di lidahnya. "Apakah itu benar? Aku rasa aku tidak mungkin salah." Aresha tertawa pelan, seolah menertawakan ketidakmasukakalan kata-kata pria itu. Namun, hatinya be

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status