Share

26. Malam Yang Chaos

Penulis: Aww Dee
last update Terakhir Diperbarui: 2024-11-20 20:30:51

"Kak Radha, bangun, Kak! Jangan bikin aku takut begini!" suara Nakula pecah, dipenuhi rasa cemas. Ia menepuk-nepuk pipi Radha dengan lembut, berharap ada reaksi.

Namun Radha tetap diam, hanya napasnya yang terdengar berat dan terputus-putus. Nakula memegangi tangan Radha, merasakan dinginnya kulit kakaknya yang seolah kehilangan tenaga.

"Astaga … aku harus bagaimana?" Nakula berdiri, mondar-mandir di sekitar kasur. Ia ingin membawa Radha ke rumah sakit, tetapi itu terlalu berisiko. Jika ada yang mengenali Radha, apalagi dari keluarga Harlingga, semua rencana mereka akan hancur.

Matanya terpaku pada tas kecil milik Radha yang tergeletak di lantai. Dengan cepat ia meraihnya dan membuka isinya, berharap menemukan sesuatu yang bisa menjelaskan kondisi Radha.

Matanya terpaku pada tas kecil milik Radha yang tergeletak di lantai. Dengan cepat ia meraihnya dan membuka isinya, berharap menemukan sesuatu yang bisa menjelaskan kondisi Radha.

Ia menemukan beberapa barang biasa—dompet, ponsel, kun
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Tuan CEO, Mari Bercerai!   27. Kabar Mengejutkan

    "Mereka kabur lewat belakang! Cepat kejar mereka!"Nakula merasa dadanya seolah hendak meledak karena panik. Ia memandang Saga dengan tatapan penuh kecemasan.Saga hanya tersenyum samar. "Jangan lihat ke belakang. Lari sekarang!"“Kak Saga mau ke mana?” Tanya Nakula dengan nada gemetar. “Jangan bilang kalau—”Nakula ragu sejenak, tetapi akhirnya menurut. Ia kembali melangkah dengan cepat, membawa Radha menyusuri jalan setapak yang gelap. Sementara itu Saga berbalik, menghadapi para pengejar yang kini semakin dekat.Saat Nakula berhasil mencapai mobil dan menurunkan tubuh Radha ke kursi belakang, ia mendengar suara bentrokan dari arah belakang. Sepertinya saat ini Saga tengah berhadapan langsung dengan para pengejar itu sendirian.Namun, sebelum Nakula sempat memutuskan apa yang harus dilakukan, pintu mobil di sebelahnya tiba-tiba terbuka. Nakula tersentak, tetapi merasa lega saat melihat Saga masuk dengan napas terengah-engah.“Pasang sabuk pengamanmu. Kita pergi sekarang,” kata Saga

  • Tuan CEO, Mari Bercerai!   28. Bagaimana Mungkin? Hamil?

    Malam telah larut, namun Nakula tak beranjak dari sisi tempat tidur. Di kursi dekat kepala ranjang, ia duduk dengan punggung tegap, matanya terus mengawasi kakaknya yang terbaring lemah. Kamar vila itu dihiasi lampu remang yang memancarkan suasana damai, tetapi Nakula justru merasa gelisah.Sesekali, ia mengusap wajahnya, mencoba menghalau rasa kantuk yang menghadang. Radha belum juga sadar. Dokter memang mengatakan bahwa kondisinya cukup stabil, tetapi tubuhnya yang pucat dan napasnya yang terengah membuat Nakula tak bisa berhenti khawatir.Waktu terus bergulir. Suara langkah pelayan yang melintas di luar kamar sesekali terdengar. Hingga akhirnya, Radha bergerak sedikit, kelopak matanya perlahan terbuka.“Kak Radha?” panggil Nakula dengan nada cemas, langsung berdiri dan mendekat. “Kakak sudah sadar?”Radha memutar kepalanya perlahan, ekspresi bingung tergurat jelas di wajahnya. “Nakula? Apa yang terjadi?”Nakula tersenyum lega, meskipun hatinya masih terasa berat. “Kak Radha pingsa

  • Tuan CEO, Mari Bercerai!   29. Berusaha Mencari Radha

    Krisna berjalan mondar-mandir di ruang tamu rumahnya yang luas dengan ekspresi wajah penuh kemarahan. Suara sepatu kulitnya yang beradu dengan lantai marmer menggema di seluruh ruangan, menciptakan ketegangan yang semakin mencekam. Di tangannya, ponsel yang sudah berkali-kali ia gunakan untuk mencoba menghubungi Radha. Namun, sama seperti sebelumnya, tidak ada jawaban.“Kenapa tidak diangkat juga?! Apa dia sengaja menghindar?!” Krisna menggerutu keras, nada suaranya mencerminkan amarah yang semakin mendidih.Ia mencoba menelepon sekali lagi, menunggu dengan tidak sabar hingga nada sambung berhenti. Hasilnya tetap sama, dan Krisna kehilangan kendali. Dengan kemarahan yang tak tertahan, ia membanting ponselnya ke lantai. Ponsel itu pecah berkeping-keping, membuat para pelayan yang berada di ruangan itu tersentak dan mundur beberapa langkah karena ketakutan."APA KALIAN SEMUA AKAN DIAM SAJA SEPERTI INI?!" Krisna berteriak, menatap tajam ke arah para pelayan dan pegawai yang berdiri membe

  • Tuan CEO, Mari Bercerai!   30. Sisi Lain Kakek Felix

    "Buka dan lihat sendiri. Setelah itu, tanyakan pada Kakek Felix apa yang sebenarnya terjadi."Krisna mengernyit, wajahnya menunjukkan kebingungan yang semakin dalam. "Apa maksudmu, Saga? Apa hubungannya Kakek Felix dengan ini semua?"Saga tidak menjawab. Sebaliknya, ia menyeringai tipis, seolah menikmati kebingungan Krisna. "Mungkin setelah membaca itu, kau akhirnya akan sadar bahwa kau hanyalah bidak kecil dalam permainan besar Kakekmu. Tapi berhati-hatilah, Krisna. Terkadang kebenaran akan terasa begitu menyakitkan."Tanpa menunggu jawaban, Saga membuka pintu dan melangkah keluar, membantingnya dengan keras hingga suara dentumannya menggema di seluruh rumah. Krisna tetap berdiri di tempatnya, matanya terpaku pada amplop cokelat itu.Pikirannya berputar keras. Apa yang sebenarnya terjadi? Apa yang Saga ketahui? Dan kenapa juga dirinya harus bertanya pada Kakek Felix?Dengan tangan yang sedikit gemetar, Krisna perlahan membungkuk untuk mengambil amplop itu. Namun, sebelum ia sempat me

  • Tuan CEO, Mari Bercerai!   31. Kebenaran Yang Menyakitkan

    “Kau, bukanlah kakekku.”Mendengar hal itu, Kakek Felix meresponnya dengan senyuman kecil. "Kau masih belum memahami apa yang kau katakan barusan, Krisna," jawab Kakek Felix dengan suara yang rendah. "Jika aku bukan kakekmu, siapa lagi yang akan menjaga keluarga ini tetap berdiri kokoh? Aku melakukan semua ini untuk melindungi kita semua."Krisna merasa ada sesuatu yang retak dalam dirinya usai mendengar kata-kata Kakek Felix. Kakeknya, yang selalu ia anggap sebagai sosok yang bijaksana dan penuh perhitungan, kini berbicara seolah segala tindakannya—termasuk yang paling kejam sekalipun—adalah demi kebaikan keluarga."Melindungi?" Krisna mengulang kata itu dengan nada sarkastis, "Apa yang kau lindungi, Kek? Nama baik keluarga? Atau justru kekuasaan yang kau genggam erat-erat?"Kakek Felix menatapnya tajam. Matanya menyipit, namun ekspresinya tetap tenang. "Aku melindungi apa yang paling penting. Stabilitas, kekuasaan, dan yang terpenting, masa depan keluarga Harlingga.” Tandasnya. “Dan

  • Tuan CEO, Mari Bercerai!   32. Surat Dari Radha

    Usai bersiteru dengan Kakek Felix dan mendapatkan kenyataan yang tak mengenakkan, Krisna memutuskan untuk mengendarai mobilnya sendiri, sementara pengawalnya mengikuti dari belakang.Krisna melajukan mobilnya cukup pelan di bawah kelamnya langit malam, seolah setiap kilometer yang dilalui menambah berat beban yang menggantung di pundaknya. Kata-kata Kakek Felix terus terngiang di telinganya yang terasa begitu tajam dan dingin, hingga mampu menghancurkan apa pun yang tersisa dari keyakinannya sendiri.Ketika akhirnya mobil itu berhenti di halaman rumahnya, Krisna hanya duduk diam di balik kemudi untuk beberapa saat. Tangan-tangannya yang kokoh terasa lemah, ketika menggenggam setir tanpa tujuan. Ia pun menghela napas panjang, mencoba mengumpulkan kekuatan untuk melangkah keluar. Dan seperti biasa, rumah megah yang berdiri kokoh itu, mencerminkan kesempurnaan palsu—yang tak lebih dari sebuah cangkang kosong akan kebahagiaan yang telah lama hilang.Dengan langkah gontai, Krisna membuka

  • Tuan CEO, Mari Bercerai!   33. Kepanikan Saga dan Nakula

    Langit pagi mulai bersinar terang ketika Saga kembali ke vila. Tubuhnya terasa lelah setelah menyelesaikan beberapa urusannya, termasuk pertemuannya dengan Krisna yang penuh emosi. Namun sejak semalam, entah kenapa pikirannya terus memikirkan Radha. Seolah ada perasaan mendesak untuk memastikan keadaannya. Setibanya di halaman vila, ia disambut oleh suasana yang terasa tidak biasa. Beberapa pelayan berkumpul di dekat pintu masuk dengan wajah cemas."Tuan Saga, syukurlah Anda kembali." Salah satu pelayan tergesa-gesa menghampiri. "Nyonya Radha ... beliau—"Saga segera menghentikan langkahnya, alisnya berkerut dalam. "Ada apa dengan Radha?" tanyanya tegas. “Nyonya Radha … mengurung dirinya di kamar mandi dan tidak mau keluar. Kami sudah mencoba membujuknya, tapi beliau sama sekali tidak menanggapinya,” salah seorang pelayan melaporkan dengan nada penuh kekhawatiran.Saga langsung tertegun, tubuhnya menegang. "Sejak kapan ini terjadi?" Tanyanya cepat."Sejak tadi malam, Tuan. Tapi sepe

  • Tuan CEO, Mari Bercerai!   34. Ketakutan Radha

    Cahaya senja yang lembut menembus tirai jendela kamar, mengisi ruang dengan kehangatan samar. Radha mengerjap perlahan, matanya membuka dengan berat. Kepalanya terasa ringan, namun tubuhnya masih lemah. Sekitaran kamar tampak asing dalam pandangannya yang kabur sesaat, sebelum akhirnya ia mengenali di mana dirinya berada. Radha mencoba menggerakkan kepalanya ke samping, dan melihat sosok yang tertidur di kursi tak jauh dari tempat tidurnya. Dia adalah Saga. Pria itu tertidur dengan posisi yang jelas tidak nyaman. Kepalanya tertunduk, lengan terlipat di dada, dan tubuhnya sedikit membungkuk. Bahkan dalam keadaan tidur, wajahnya terlihat cemas, seperti beban berat yang tak kunjung meninggalkannya. Radha menarik napas pelan, mencoba bangkit dari tempat tidur. Namun, gerakan kecilnya membuat suara gemerisik pada selimut, cukup untuk membuat Saga tersentak dan langsung terbangun. "Radha," ucapnya. Suara seraknya menunjukkan bahwa ia baru saja terjaga, dan segera bangkit dari kursinya,

Bab terbaru

  • Tuan CEO, Mari Bercerai!   35. Opposite

    “Di mana Radha?” Tanya Baskara tiba-tiba. Saga terkejut sejenak, namun ia segera menyembunyikan keterkejutannya. Ia tidak menyangka bahwa pertanyaan itu akan keluar dari mulut Baskara. “Apa maksud Ayah? Tentu saja di rumahnya. Kenapa malah bertanya padaku?” balas Saga tanpa langsung menjawab pertanyaan yang diajukan oleh ayahnya. Baskara menyipitkan matanya, memperhatikan putranya dengan seksama. “Aku tahu kau menyembunyikannya, Saga. Jangan mencoba mengelak. Selama ini, jika Radha dalam masalah, kau selalu membantunya. Jadi katakan, di mana dia? Tidak mungkin Radha tiba-tiba menghilang begitu saja, tanpa ada orang lain yang membantunya.” Saga tersenyum tipis. Senyuman yang lebih menyerupai ejekan. “Apa? Radha menghilang?" Seru Saga, segera mengambil posisi duduk tepat di depan Baskara. "Astaga, Ayah. Kalaupun aku tahu di mana dia, kenapa juga aku harus memberitahumu? Bukankah lebih baik jika kita membiarkan Radha menjauh dari semua kekacauan yang dibuat oleh putra keduamu itu?” “

  • Tuan CEO, Mari Bercerai!   34. Ketakutan Radha

    Cahaya senja yang lembut menembus tirai jendela kamar, mengisi ruang dengan kehangatan samar. Radha mengerjap perlahan, matanya membuka dengan berat. Kepalanya terasa ringan, namun tubuhnya masih lemah. Sekitaran kamar tampak asing dalam pandangannya yang kabur sesaat, sebelum akhirnya ia mengenali di mana dirinya berada. Radha mencoba menggerakkan kepalanya ke samping, dan melihat sosok yang tertidur di kursi tak jauh dari tempat tidurnya. Dia adalah Saga. Pria itu tertidur dengan posisi yang jelas tidak nyaman. Kepalanya tertunduk, lengan terlipat di dada, dan tubuhnya sedikit membungkuk. Bahkan dalam keadaan tidur, wajahnya terlihat cemas, seperti beban berat yang tak kunjung meninggalkannya. Radha menarik napas pelan, mencoba bangkit dari tempat tidur. Namun, gerakan kecilnya membuat suara gemerisik pada selimut, cukup untuk membuat Saga tersentak dan langsung terbangun. "Radha," ucapnya. Suara seraknya menunjukkan bahwa ia baru saja terjaga, dan segera bangkit dari kursinya,

  • Tuan CEO, Mari Bercerai!   33. Kepanikan Saga dan Nakula

    Langit pagi mulai bersinar terang ketika Saga kembali ke vila. Tubuhnya terasa lelah setelah menyelesaikan beberapa urusannya, termasuk pertemuannya dengan Krisna yang penuh emosi. Namun sejak semalam, entah kenapa pikirannya terus memikirkan Radha. Seolah ada perasaan mendesak untuk memastikan keadaannya. Setibanya di halaman vila, ia disambut oleh suasana yang terasa tidak biasa. Beberapa pelayan berkumpul di dekat pintu masuk dengan wajah cemas."Tuan Saga, syukurlah Anda kembali." Salah satu pelayan tergesa-gesa menghampiri. "Nyonya Radha ... beliau—"Saga segera menghentikan langkahnya, alisnya berkerut dalam. "Ada apa dengan Radha?" tanyanya tegas. “Nyonya Radha … mengurung dirinya di kamar mandi dan tidak mau keluar. Kami sudah mencoba membujuknya, tapi beliau sama sekali tidak menanggapinya,” salah seorang pelayan melaporkan dengan nada penuh kekhawatiran.Saga langsung tertegun, tubuhnya menegang. "Sejak kapan ini terjadi?" Tanyanya cepat."Sejak tadi malam, Tuan. Tapi sepe

  • Tuan CEO, Mari Bercerai!   32. Surat Dari Radha

    Usai bersiteru dengan Kakek Felix dan mendapatkan kenyataan yang tak mengenakkan, Krisna memutuskan untuk mengendarai mobilnya sendiri, sementara pengawalnya mengikuti dari belakang.Krisna melajukan mobilnya cukup pelan di bawah kelamnya langit malam, seolah setiap kilometer yang dilalui menambah berat beban yang menggantung di pundaknya. Kata-kata Kakek Felix terus terngiang di telinganya yang terasa begitu tajam dan dingin, hingga mampu menghancurkan apa pun yang tersisa dari keyakinannya sendiri.Ketika akhirnya mobil itu berhenti di halaman rumahnya, Krisna hanya duduk diam di balik kemudi untuk beberapa saat. Tangan-tangannya yang kokoh terasa lemah, ketika menggenggam setir tanpa tujuan. Ia pun menghela napas panjang, mencoba mengumpulkan kekuatan untuk melangkah keluar. Dan seperti biasa, rumah megah yang berdiri kokoh itu, mencerminkan kesempurnaan palsu—yang tak lebih dari sebuah cangkang kosong akan kebahagiaan yang telah lama hilang.Dengan langkah gontai, Krisna membuka

  • Tuan CEO, Mari Bercerai!   31. Kebenaran Yang Menyakitkan

    “Kau, bukanlah kakekku.”Mendengar hal itu, Kakek Felix meresponnya dengan senyuman kecil. "Kau masih belum memahami apa yang kau katakan barusan, Krisna," jawab Kakek Felix dengan suara yang rendah. "Jika aku bukan kakekmu, siapa lagi yang akan menjaga keluarga ini tetap berdiri kokoh? Aku melakukan semua ini untuk melindungi kita semua."Krisna merasa ada sesuatu yang retak dalam dirinya usai mendengar kata-kata Kakek Felix. Kakeknya, yang selalu ia anggap sebagai sosok yang bijaksana dan penuh perhitungan, kini berbicara seolah segala tindakannya—termasuk yang paling kejam sekalipun—adalah demi kebaikan keluarga."Melindungi?" Krisna mengulang kata itu dengan nada sarkastis, "Apa yang kau lindungi, Kek? Nama baik keluarga? Atau justru kekuasaan yang kau genggam erat-erat?"Kakek Felix menatapnya tajam. Matanya menyipit, namun ekspresinya tetap tenang. "Aku melindungi apa yang paling penting. Stabilitas, kekuasaan, dan yang terpenting, masa depan keluarga Harlingga.” Tandasnya. “Dan

  • Tuan CEO, Mari Bercerai!   30. Sisi Lain Kakek Felix

    "Buka dan lihat sendiri. Setelah itu, tanyakan pada Kakek Felix apa yang sebenarnya terjadi."Krisna mengernyit, wajahnya menunjukkan kebingungan yang semakin dalam. "Apa maksudmu, Saga? Apa hubungannya Kakek Felix dengan ini semua?"Saga tidak menjawab. Sebaliknya, ia menyeringai tipis, seolah menikmati kebingungan Krisna. "Mungkin setelah membaca itu, kau akhirnya akan sadar bahwa kau hanyalah bidak kecil dalam permainan besar Kakekmu. Tapi berhati-hatilah, Krisna. Terkadang kebenaran akan terasa begitu menyakitkan."Tanpa menunggu jawaban, Saga membuka pintu dan melangkah keluar, membantingnya dengan keras hingga suara dentumannya menggema di seluruh rumah. Krisna tetap berdiri di tempatnya, matanya terpaku pada amplop cokelat itu.Pikirannya berputar keras. Apa yang sebenarnya terjadi? Apa yang Saga ketahui? Dan kenapa juga dirinya harus bertanya pada Kakek Felix?Dengan tangan yang sedikit gemetar, Krisna perlahan membungkuk untuk mengambil amplop itu. Namun, sebelum ia sempat me

  • Tuan CEO, Mari Bercerai!   29. Berusaha Mencari Radha

    Krisna berjalan mondar-mandir di ruang tamu rumahnya yang luas dengan ekspresi wajah penuh kemarahan. Suara sepatu kulitnya yang beradu dengan lantai marmer menggema di seluruh ruangan, menciptakan ketegangan yang semakin mencekam. Di tangannya, ponsel yang sudah berkali-kali ia gunakan untuk mencoba menghubungi Radha. Namun, sama seperti sebelumnya, tidak ada jawaban.“Kenapa tidak diangkat juga?! Apa dia sengaja menghindar?!” Krisna menggerutu keras, nada suaranya mencerminkan amarah yang semakin mendidih.Ia mencoba menelepon sekali lagi, menunggu dengan tidak sabar hingga nada sambung berhenti. Hasilnya tetap sama, dan Krisna kehilangan kendali. Dengan kemarahan yang tak tertahan, ia membanting ponselnya ke lantai. Ponsel itu pecah berkeping-keping, membuat para pelayan yang berada di ruangan itu tersentak dan mundur beberapa langkah karena ketakutan."APA KALIAN SEMUA AKAN DIAM SAJA SEPERTI INI?!" Krisna berteriak, menatap tajam ke arah para pelayan dan pegawai yang berdiri membe

  • Tuan CEO, Mari Bercerai!   28. Bagaimana Mungkin? Hamil?

    Malam telah larut, namun Nakula tak beranjak dari sisi tempat tidur. Di kursi dekat kepala ranjang, ia duduk dengan punggung tegap, matanya terus mengawasi kakaknya yang terbaring lemah. Kamar vila itu dihiasi lampu remang yang memancarkan suasana damai, tetapi Nakula justru merasa gelisah.Sesekali, ia mengusap wajahnya, mencoba menghalau rasa kantuk yang menghadang. Radha belum juga sadar. Dokter memang mengatakan bahwa kondisinya cukup stabil, tetapi tubuhnya yang pucat dan napasnya yang terengah membuat Nakula tak bisa berhenti khawatir.Waktu terus bergulir. Suara langkah pelayan yang melintas di luar kamar sesekali terdengar. Hingga akhirnya, Radha bergerak sedikit, kelopak matanya perlahan terbuka.“Kak Radha?” panggil Nakula dengan nada cemas, langsung berdiri dan mendekat. “Kakak sudah sadar?”Radha memutar kepalanya perlahan, ekspresi bingung tergurat jelas di wajahnya. “Nakula? Apa yang terjadi?”Nakula tersenyum lega, meskipun hatinya masih terasa berat. “Kak Radha pingsa

  • Tuan CEO, Mari Bercerai!   27. Kabar Mengejutkan

    "Mereka kabur lewat belakang! Cepat kejar mereka!"Nakula merasa dadanya seolah hendak meledak karena panik. Ia memandang Saga dengan tatapan penuh kecemasan.Saga hanya tersenyum samar. "Jangan lihat ke belakang. Lari sekarang!"“Kak Saga mau ke mana?” Tanya Nakula dengan nada gemetar. “Jangan bilang kalau—”Nakula ragu sejenak, tetapi akhirnya menurut. Ia kembali melangkah dengan cepat, membawa Radha menyusuri jalan setapak yang gelap. Sementara itu Saga berbalik, menghadapi para pengejar yang kini semakin dekat.Saat Nakula berhasil mencapai mobil dan menurunkan tubuh Radha ke kursi belakang, ia mendengar suara bentrokan dari arah belakang. Sepertinya saat ini Saga tengah berhadapan langsung dengan para pengejar itu sendirian.Namun, sebelum Nakula sempat memutuskan apa yang harus dilakukan, pintu mobil di sebelahnya tiba-tiba terbuka. Nakula tersentak, tetapi merasa lega saat melihat Saga masuk dengan napas terengah-engah.“Pasang sabuk pengamanmu. Kita pergi sekarang,” kata Saga

DMCA.com Protection Status