Veren berkata, "Jangan membuat kami cemas lagi."Pada malam Natal, Vigo menjemput Renata pulang dan membujuknya. Meskipun keluarga Renata berada, reputasi Renata akan kurang baik jika bercerai dan membawa 2 anak. Itu sebabnya, orang tuanya membujuknya untuk tidak bercerai.Setelah mempertimbangkan dengan baik, Renata memutuskan untuk memaafkan Vigo. Malam ini, keduanya akhirnya berhubungan badan untuk mengakhiri perselisihan.Kali ini, orang tua Renata memberitahunya bahwa cara menilai pria mencintaimu atau tidak adalah dengan melihat jumlah uang yang diberikannya dan bagaimana dia memperlakukanmu di ranjang.Kini, Vigo selalu memberinya uang bulanan yang berlimpah dan membelikannya perhiasan mahal. Renata hanya perlu mencari cara untuk membuat Vigo lelah di ranjang sehingga tidak bisa mencari wanita lain lagi di luar.Renata akhirnya memahami semua itu. Dia berusaha keras menyenangkan Vigo di ranjang, bahkan menjadi lebih nakal dan berani.Vigo memeluk pinggang Renata dengan kuat dan
Suasana di ruang privat sontak menjadi hening. Vigo segera memandang ke arah pintu. Keduanya bertatapan. Mata Nella tampak berkaca-kaca dan dipenuhi ketidakpercayaan. Dia tidak menyangka Vigo akan mengkhianatinya dengan cara seperti ini. Vigo sengaja mengatur semua ini hanya untuk membuatnya malu.Bibir Nella bergetar. Dia tidak sanggup melontarkan pertanyaan apa pun karena hanya akan membuatnya malu. Pada akhirnya, dia mundur dan berkata, "Maaf, aku salah ruangan."Keluarga Renata tampak ragu-ragu, sedangkan Renata tidak bisa tinggal diam. Dua hari lalu, dia baru memberi Nella peringatan. Wanita ini mengatakan akan pergi, tetapi masih menggoda suaminya, bahkan berani muncul di hadapan istri sah. Parahnya, orang tua Renata juga berada di sini. Apa Nella ingin menantangnya secara terang-terangan?"Nella," panggil Renata. Dia bangkit dan menghampiri Nella, lalu menamparnya sambil memakinya dengan tatapan galak, "Dasar murahan! Tahunya cuma menggoda suami orang!"Renata sering mengatakan
Merry menggendong Amari mendekat. Begitu melihat sosok yang tergeletak di tanah, Merry langsung memekik, "Bu Nella! Apa yang kamu lakukan? Gimana nasib Amari kalau kamu pergi?"Amari baru berusia beberapa bulan, tetapi seperti memahami apa yang terjadi. Seketika, Amari menangis tanpa henti.Merry khawatir kejadian ini meninggalkan trauma mendalam bagi Amari. Dia segera menutup mata Amari supaya anak itu tidak melihat kematian tragis sang ibu.Situasi di lantai bawah sungguh kacau. Tidak berselang lama, polisi datang dan memblokir tempat kejadian. Merry hanya bisa menggendong Amari sambil menatap jasad majikannya.Merry memang kompeten, tetapi tidak berdaya. Bagaimanapun, dia tidak punya siapa pun di Kota Brata.Tiba-tiba, Merry teringat pada Clara! Clara memberi tahu Merry untuk mengabarinya kalau ada masalah. Jadi, dia segera mencari kartu nama Clara dan mencoba menghubungi nomor ponsel yang tertera.Begitu menerima panggilan, Merry langsung menceritakan semuanya dengan suara bergetar
Sebelum naik ke mobil, Vigo akhirnya menoleh untuk melirik sekilas. Mobil polisi menghalangi pandangannya, tetapi dia tetap bisa melihat seorang wanita tergeletak di atas genangan darah. Penampilannya terlihat sangat tenang, seolah-olah tidak ada keengganan apa pun.Di dalam mobil, Axel menyuruh Vigo masuk ke mobil dan mengatakan yang mati adalah wanita jahat. Vigo tertegun sejenak sebelum masuk.Setelah pulang, entah mengapa Vigo merasa gelisah. Dia merasa puas dengan hasil ini, tetapi sosok Nella selalu muncul di benaknya setiap kali dia memejamkan mata. Vigo berbalik untuk memeluk Renata. Dia ingin melampiaskan hasratnya untuk melupakan kerisauannya.Namun, Renata malah menghindar. Dia bergeser dan memandang langit-langit yang gelap sambil mengatakan dirinya sangat lelah hari ini. Ini pertama kalinya dia merasa takut pada Vigo. Vigo terlalu kejam.Malam harinya, Vigo bermimpi tentang Nella. Dia ruang tamu vila yang terang benderang, wanita itu berdiri sambil melukis. Kadang, Nella a
Merry menyandarkan kepalanya ke kepala Amari. Kemudian, dia berkata, "Aku akan pergi. Tolong jaga Amari untuk Bu Nella."Satya menggendong Amari, lalu berujar, "Tenang saja, kami pasti akan menjaga Amari dengan baik. Kami akan memberinya masa kecil dan masa depan yang indah."Dengan mata berkaca-kaca, Merry pun pergi.....Tiga hari kemudian, Satya pergi ke Grup Sadali untuk mencari Vigo. Dia ingin memberi tahu semua kebenaran.Amari yang telah menyelamatkan putra Vigo, tetapi Vigo malah membalas kebaikan Nella dengan mencelakainya. Satya ingin mempertanyakan kejantanan Vigo. Bagaimana bisa seorang pria sejati menyulitkan wanita sampai seperti itu?Lagi pula, semua ini adalah rencana Satya. Jika ingin membalas dendam, Vigo seharusnya mencari Satya dan bukan menargetkan seorang wanita. Apalagi, wanita itu telah melahirkan seorang anak untuk Vigo.Namun, sekretaris Vigo memberi tahu Satya bahwa Vigo tidak ada di perusahaan dan keluar untuk menghadiri pertemuan bisnis.Satya memaksa sekre
"Aku terlambat selangkah. Aku memang nggak sempat menolongnya, tapi setidaknya aku bisa menghajarmu!" bentak Satya.Satya sontak meraih kerah baju Vigo dan meninjunya tanpa henti. Hidung Vigo sampai patah karena serangan yang bertubi-tubi itu.Pada akhirnya, wajah Vigo babak belur dan tangan Satya juga terluka. Meskipun begitu, Satya tidak merasa sakit karena dia ingin menyadarkan Vigo.Vigo tergeletak di karpet. Napasnya terengah-engah, sekujur tubuhnya bersimbah darah. Satya pun menendangnya, lalu berkata, "Kamu telah membunuh wanita yang mencintaimu."Dengan mata memerah, Satya mengeluarkan mancis dan menyalakan rokok. Dia tidak ingin berbasa-basi dengan Vigo lagi dan mengatakan menunggu Vigo mencarinya.Pintu ruang privat dibuka dan ditutup kembali. Dinding sampai bergetar karena Satya membanting dengan kuat.Meskipun wajahnya berdarah, Vigo tetap tersenyum. Dia merasa puas. Dia akhirnya merasakan sakit. Namun, mana mungkin dia mencari Satya.Vigo memang telah mencelakai Nella, tet
Selesai makan, Diana pun pergi, meninggalkan Clara dan Satya. Suasana hati keduanya sangat buruk. Satya berdiri di depan jendela dan mangeluarkan sebatang rokok, tetapi tidak menyalakannya. Dia merasa bersalah kepada Nella.Nella sangat kasihan dan menyedihkan. Satya masih ingat saat Nella berlutut kepadanya dan memohon untuk diterima. Dunia ini terlalu mengecewakannya. Sementara itu, Vigo yang paling melukainya.Larut malam, Clara bersandar di bahu suaminya sambil berkata dengan lirih, "Rumah kita memang nggak kekurangan apa pun. Tapi, aku ingin memberikan lingkungan terbaik untuk Amari. Aku ingin ada orang yang bisa merencanakan masa depannya dengan baik dan mengorbankan segalanya untuknya."Satya menunduk dan bertanya dengan suara serak, "Maksudmu Diana?"Clara membalas, "Ya, Diana orang yang bisa diandalkan dan menyayangi anak kecil. Dia pasti bisa memberikan yang terbaik kepada Amari. Aku tenang kalau Amari bersamanya."Satya merenung sesaat. Kemudian, dia berkata, "Diana memang b
Seminggu kemudian, Jazli datang ke Kota Brata untuk mengurus bisnisnya. Dia berencana untuk langsung pergi setelah semuanya beres.Saat itu, hatinya benar-benar terluka karena Diana. Meskipun Jazli masih bisa teringat padanya, dia tidak akan menurunkan harga dirinya untuk mencari Diana. Kecuali, Diana yang mengambil inisiatif.Tanpa disangka, Diana meminta bantuan Dicky untuk menjadi mediator. Malam sebelum Jazli pulang, dia duduk di depan jendela sambil membaca koran. Jazli yang mengenakan kemeja biru tua tampak berkarisma. Dalam seminggu, dia menerima banyak panggilan telepon dari wanita.Dicky menuangkan secangkir teh dan meletakkannya di atas meja. Kemudian, dia bertanya, "Pak, kamu sudah sibuk seminggu, kenapa nggak pergi jalan-jalan?"Jazli menoleh melirik Dicky dan menyahut, "Dulu aku susah tidur kalau nggak ada wanita di sisiku. Sekarang aku justru lebih suka kedamaian."Dicky tersenyum dan berujar, "Kalau kamu memang ingin kedamaian, aku punya sebuah ide untukmu."Dicky tidak