Diana membeli sebuah rumah kecil bergaya barat dengan dekorasi yang mewah. Bukan hanya nyaman untuk ditinggali, rumah itu juga cocok untuk mengadakan pesta kecil. Kedatangannya di Kota Brata membawa ambisi besar. Dia ingin menetap di Kota Brata dan hidup dengan penuh jati diriTentu saja, Clara turut merasa senang untuknya. Diana memiliki kemampuan bersosialisasi yang baik, sehingga Clara memintanya untuk membantu mengelola galeri seni. Pekerjaan ini ternyata sangat cocok untuknya. Sehari-hari, Diana sering mengunjungi anak-anak selagi bekerja.Tentu saja, dia paling menyayangi Alaia. Alaia juga memanggilnya sebagai bibi. Hari-hari berlalu dengan cepat. Dalam sekejap mata, bulan Oktober telah tiba di depan mata.Sore itu, langit dipenuhi dengan awan berwarna kemerahan. Ivander baru saja bangun tidur. Dia meregangkan tubuh mungilnya dan kakinya terus menendang-nendang sambil terus tersenyum. Tingkahnya ini benar-benar menggemaskan.Clara menggendong Ivander, lalu duduk di sofa dekat jen
Menjelang malam, di penjara Kota Brata. Di antara jendela besi, terlihat sepasang majikan dan mantan bawahannya. Malik mendapat sebatang rokok. Dia mengisapnya sambil berkata pada Surya, "Surya, dulu aku meremehkan merek ini. Aku selalu merasa orang yang mengisap rokok merek ini adalah orang rendahan. Nggak kusangka suatu hari aku butuh bantuanmu hanya demi mendapatkan sebatang rokok ini. Waktu memang sudah berubah."Asap yang samar-samar mengepul di udara .... Malik terbatuk sejenak. Mungkin karena sudah terbiasa, Surya berkata dengan penuh perhatian, "Kamu harus jaga kesehatanmu."Malik mendongak dengan ekspresi sinis. "Surya, kamu ini terlalu mendalami peran sampai nggak bisa balik lagi sampai sekarang ya? Kamu merahasiakannya dengan sangat baik, tapi sekarang aku tahu, pasti Keluarga Cahyadi yang mengutusmu, 'kan? Mereka benar-benar bersusah payah .... Akhirnya aku dikalahkan olehmu."Bagaimanapun, Malik tetap merasa sangat tidak puas. Dia bertanya lagi, "Satya pernah menyogokmu ng
Dengan tangan gemetaran, Malik menyalakan rokok kesukaannya. Setelah mengisapnya sekali, dia melanjutkan, "Satya memang hebat, kalian beruntung."Clara tidak menjawab. Dia memang merasa dirinya beruntung. Kalau tidak, Ivander pasti sudah diberikan pada Keluarga Sadali. Clara juga tidak mengungkit soal Nella yang mendonorkan tali pusar anaknya kepada Axel.Pada saat ini, Malik telah menghabiskan setengah dari rokoknya. Akhirnya dia mulai masuk ke topik pembicaraan, "Kamu benci aku ya?"Clara menggeleng perlahan. Dia menatap pria tua di hadapannya ini dengan ekspresi datar, "Aku nggak benci kamu! Aku juga nggak merasa bisa menggantikan posisi Vigo dalam hatimu. Karena saat kekuasaanmu benar-benar terancam, kamu bahkan bisa mengorbankan Kakak dan Vigo .... Apa gunanya aku peduli pada hubungan yang sudah dipertimbangkan dengan cermat?"Setelah mengatakan semua itu, hati Clara akhirnya menjadi lega. Kini, dia punya keluarga dan anak-anak sendiri. Suaminya juga merupakan sebuah tokoh besar y
Baru saja Diana selesai bicara, terdengar suara dehaman dari depan pintu. Ternyata orang yang datang itu adalah Jazli. Dia datang ke Kota Brata untuk melaporkan tugas. Mendengar bahwa hari ini adalah ulang tahun Clara, dia menyempatkan diri untuk datang mengantarkan hadiah. Tak disangka, dia malah mendengar gosip dari mantan istrinya.Suasana terasa sangat canggung. Setelah beberapa saat, Diana kembali menimpali, "Dia itu sudah kayak toilet umum."Jazli menatap mantan istrinya. Sejenak kemudian, dia memberikan hadiah itu pada Clara dan berkata dengan tulus, "Ini adalah hadiah ulang tahun dariku untuk Bu Clara dan sedikit hadiah untuk Ivander. Aku baru lihat anaknya, kelihatannya sehat sekali."Clara tidak menolaknya, dia tidak ingin menambah musuh di saat seperti ini. Dia menerima hadiah dan berbasa-basi sejenak dengan Jazli. Namun, Jazli terlihat jelas sedang tidak fokus. Terutama setelah Diana berpamitan, beberapa kali Jazli memberikan jawaban yang tidak nyambung dengan pertanyaan Cl
Melihat penampilan Jazli yang rapi, pelayan di rumah itu langsung tahu bahwa pria ini adalah tamu terhormat. Oleh karena itu, mereka melayaninya dengan hangat.Diana mengerutkan alisnya, "Daun teh mahal waktu itu aku beli khusus untuk menjamu Pak Juan. Buatkan teh merah untuk Pak Jazli saja."Jazli memprotes, "Sekarang aku bahkan nggak bisa dibandingkan lagi sama orang luar? Apa hubunganmu sama Juan itu?"Diana sama sekali tidak ingin menggubrisnya. Di duduk di sofa sambil menelepon seseorang, "Dokter, mohon datang ke sini sebentar. Aku mau periksakan seseorang punya penyakit menular seksual atau nggak."Jazli kesal mendengar ucapannya. Dia menunjuk Diana sambil memarahinya, "Kita baru cerai tiga bulan. Apa perlu sampai periksa kesehatan dulu sebelum tidur denganmu? Aku nggak sakit .... Sudah berapa banyak pria yang kamu periksa sebelumnya? Diana, kamu ke kota ini cuma untuk cari pria ya?"Diana menutup teleponnya, lalu menyalakan sebatang rokok lagi. Dia berkata dengan tak acuh, "Kala
Jazli merasa sangat puas. Setelahnya, Diana pergi berendam untuk membersihkan diri, sedangkan dia bersandar di divan ranjang sambil merokok dan membayangkan pengalaman yang baru saja dirasakannya tadi. Jazli merasa dirinya masih bisa melakukannya lagi ....Pertemuan kembali setelah berpisah sekian lama, membuatnya merasakan sensasi baru. Semua pria pasti akan merasa senang dengan kejutan seperti ini! Setelah Jazli menghabiskan dua batang rokok, Diana baru keluar dari kamar mandi. Tubuhnya masih belum dikeringkan sepenuhnya dan hanya terbungkus dengan jubah mandi berwarna putih. Tubuhnya tampak berkilau karena tetesan air. Pemandangan ini membuatnya tampak menggoda.Saat Diana mengoleskan produk perawatan kulit, siluetnya semakin terlihat memesona.Jazli turun dari tempat tidur dan memeluknya dari belakang. Setelah mendapat kenyamanan, Jazli telah melupakan penghinaan dan kemarahan yang dirasakannya karena pemeriksaan dokter sebelumnya. Sekarang, dia hanya merasa Diana sangat manis dan
Clara menanyakan pendapat Diana, tetapi Diana hanya membalas dengan tenang, "Dia mengira aku punya kehidupan seksual yang menyenangkan di Kota Brata, aku juga nggak menjelaskan panjang lebar .... Pokoknya kami nggak akan kembali bersama lagi, jadi aku malas menjelaskan."Clara setuju dengan pendapat Diana. Dia merasa Diana akan memiliki kehidupan yang lebih baik.....Dalam sekejap mata, hari ulang tahun Clara telah tiba. Ivander juga sudah berusia 100 hari. Satya memesan sebuah restoran yang megah untuk merayakan ulang tahun istrinya. Kini, Satya adalah orang yang berkuasa di Kota Brata.Malam itu, ada banyak sekali tokoh berpengaruh yang hadir. Bahkan Roy juga ikut datang meramaikan acara. Saat teringat dengan isi pembicaraan di telepon dulu, Satya masih merasa agak cemburu sekarang. Hampir saja dia bentrok fisik dengan Roy. Namun untungnya, keduanya adalah orang yang memiliki reputasi besar sehingga mereka memutuskan untuk bersabar.Di samping mereka, Annika menatap Zakki dengan ter
Malam itu, Satya hanya minum sedikit alkohol. Dia tidak mabuk, tetapi malah terus menempel pada istrinya dan bersikeras untuk duduk di mobil yang sama dengan istrinya. Jika Satya mulai bersikap seperti ini, tidak ada yang bisa menghalanginya lagi.Beberapa saat ini, Clara sibuk mengurus ketiga anaknya sehingga mengabaikan Satya. Oleh karena itu, dia terpaksa menuruti keinginan Satya ....Tak disangka, saat baru saja meninggalkan hotel, mereka bertemu dengan Vigo. Satya memicingkan matanya dengan perlahan. Malam ini dia telah memesan seluruh restoran ini, jadi tidak mungkin pertemuan ini adalah sebuah kebetulan. Keduanya saling memandang dengan tatapan dingin.Jalanan yang sepi itu terasa begitu mencekam bagi mereka bertiga. Pada akhirnya, mereka tetap tidak mengucapkan sepatah kata pun dan hanya saling berpapasan ........Di tempat parkiran, Clara tampak diam setelah masuk ke mobil. Satya bersandar di kursinya, lalu menoleh pada Clara sambil tersenyum tipis, "Belakangan ini si Vigo se