Baru saja Diana selesai bicara, terdengar suara dehaman dari depan pintu. Ternyata orang yang datang itu adalah Jazli. Dia datang ke Kota Brata untuk melaporkan tugas. Mendengar bahwa hari ini adalah ulang tahun Clara, dia menyempatkan diri untuk datang mengantarkan hadiah. Tak disangka, dia malah mendengar gosip dari mantan istrinya.Suasana terasa sangat canggung. Setelah beberapa saat, Diana kembali menimpali, "Dia itu sudah kayak toilet umum."Jazli menatap mantan istrinya. Sejenak kemudian, dia memberikan hadiah itu pada Clara dan berkata dengan tulus, "Ini adalah hadiah ulang tahun dariku untuk Bu Clara dan sedikit hadiah untuk Ivander. Aku baru lihat anaknya, kelihatannya sehat sekali."Clara tidak menolaknya, dia tidak ingin menambah musuh di saat seperti ini. Dia menerima hadiah dan berbasa-basi sejenak dengan Jazli. Namun, Jazli terlihat jelas sedang tidak fokus. Terutama setelah Diana berpamitan, beberapa kali Jazli memberikan jawaban yang tidak nyambung dengan pertanyaan Cl
Melihat penampilan Jazli yang rapi, pelayan di rumah itu langsung tahu bahwa pria ini adalah tamu terhormat. Oleh karena itu, mereka melayaninya dengan hangat.Diana mengerutkan alisnya, "Daun teh mahal waktu itu aku beli khusus untuk menjamu Pak Juan. Buatkan teh merah untuk Pak Jazli saja."Jazli memprotes, "Sekarang aku bahkan nggak bisa dibandingkan lagi sama orang luar? Apa hubunganmu sama Juan itu?"Diana sama sekali tidak ingin menggubrisnya. Di duduk di sofa sambil menelepon seseorang, "Dokter, mohon datang ke sini sebentar. Aku mau periksakan seseorang punya penyakit menular seksual atau nggak."Jazli kesal mendengar ucapannya. Dia menunjuk Diana sambil memarahinya, "Kita baru cerai tiga bulan. Apa perlu sampai periksa kesehatan dulu sebelum tidur denganmu? Aku nggak sakit .... Sudah berapa banyak pria yang kamu periksa sebelumnya? Diana, kamu ke kota ini cuma untuk cari pria ya?"Diana menutup teleponnya, lalu menyalakan sebatang rokok lagi. Dia berkata dengan tak acuh, "Kala
Jazli merasa sangat puas. Setelahnya, Diana pergi berendam untuk membersihkan diri, sedangkan dia bersandar di divan ranjang sambil merokok dan membayangkan pengalaman yang baru saja dirasakannya tadi. Jazli merasa dirinya masih bisa melakukannya lagi ....Pertemuan kembali setelah berpisah sekian lama, membuatnya merasakan sensasi baru. Semua pria pasti akan merasa senang dengan kejutan seperti ini! Setelah Jazli menghabiskan dua batang rokok, Diana baru keluar dari kamar mandi. Tubuhnya masih belum dikeringkan sepenuhnya dan hanya terbungkus dengan jubah mandi berwarna putih. Tubuhnya tampak berkilau karena tetesan air. Pemandangan ini membuatnya tampak menggoda.Saat Diana mengoleskan produk perawatan kulit, siluetnya semakin terlihat memesona.Jazli turun dari tempat tidur dan memeluknya dari belakang. Setelah mendapat kenyamanan, Jazli telah melupakan penghinaan dan kemarahan yang dirasakannya karena pemeriksaan dokter sebelumnya. Sekarang, dia hanya merasa Diana sangat manis dan
Clara menanyakan pendapat Diana, tetapi Diana hanya membalas dengan tenang, "Dia mengira aku punya kehidupan seksual yang menyenangkan di Kota Brata, aku juga nggak menjelaskan panjang lebar .... Pokoknya kami nggak akan kembali bersama lagi, jadi aku malas menjelaskan."Clara setuju dengan pendapat Diana. Dia merasa Diana akan memiliki kehidupan yang lebih baik.....Dalam sekejap mata, hari ulang tahun Clara telah tiba. Ivander juga sudah berusia 100 hari. Satya memesan sebuah restoran yang megah untuk merayakan ulang tahun istrinya. Kini, Satya adalah orang yang berkuasa di Kota Brata.Malam itu, ada banyak sekali tokoh berpengaruh yang hadir. Bahkan Roy juga ikut datang meramaikan acara. Saat teringat dengan isi pembicaraan di telepon dulu, Satya masih merasa agak cemburu sekarang. Hampir saja dia bentrok fisik dengan Roy. Namun untungnya, keduanya adalah orang yang memiliki reputasi besar sehingga mereka memutuskan untuk bersabar.Di samping mereka, Annika menatap Zakki dengan ter
Malam itu, Satya hanya minum sedikit alkohol. Dia tidak mabuk, tetapi malah terus menempel pada istrinya dan bersikeras untuk duduk di mobil yang sama dengan istrinya. Jika Satya mulai bersikap seperti ini, tidak ada yang bisa menghalanginya lagi.Beberapa saat ini, Clara sibuk mengurus ketiga anaknya sehingga mengabaikan Satya. Oleh karena itu, dia terpaksa menuruti keinginan Satya ....Tak disangka, saat baru saja meninggalkan hotel, mereka bertemu dengan Vigo. Satya memicingkan matanya dengan perlahan. Malam ini dia telah memesan seluruh restoran ini, jadi tidak mungkin pertemuan ini adalah sebuah kebetulan. Keduanya saling memandang dengan tatapan dingin.Jalanan yang sepi itu terasa begitu mencekam bagi mereka bertiga. Pada akhirnya, mereka tetap tidak mengucapkan sepatah kata pun dan hanya saling berpapasan ........Di tempat parkiran, Clara tampak diam setelah masuk ke mobil. Satya bersandar di kursinya, lalu menoleh pada Clara sambil tersenyum tipis, "Belakangan ini si Vigo se
Setelah sekian lama, mereka akhirnya bertemu lagi. Sudah setahun sejak terakhir kali mereka bertemu.Vigo telah melalui banyak cobaan, sementara tatapan wanita itu masih penuh dengan kepolosan yang amat membuatnya kesal. Setelah menipunya, bagaimana bisa Nella masih bisa hidup dengan tenang dan muncul lagi di dunianya seolah tidak terjadi apa-apa?Vigo begitu membencinya hingga ingin merusak semua itu. Dia pun menyapa, "Lama nggak bertemu."Mereka berdiri berhadapan. Sedikit cahaya neon menerpa wajah Vigo sehingga tidak terlihat jelas ekspresinya. Namun, suaranya terdengar sangat lembut bak sedang menyapa kekasih sendiri.Cahaya bintang berkilauan.Nella berpakaian sederhana. Dia membawa tas yang berisi apel. Wanita itu hendak membuat pure apel untuk Dessy nanti. Dessy adalah anaknya dengan Vigo. Putrinya itu sedang sakit, jadi Nella membawanya ke Kota Brata untuk berobat. Setelah satu bulan, penyakitnya sudah hampir sembuh ....Selama itu, Nella tidak mengganggu Satya dan Clara. Dia j
Kemudian, Nella tersenyum. Dengan latar belakangnya yang begitu rendah, mana mungkin dia bisa menolak Vigo?Nella duduk di mobilnya, sebuah Land Rovar hitam. Dulu, Vigo tidak pernah mengendarai mobil seperti itu. Biasanya, dia akan duduk di kursi belakang mobil hitam dengan sopir yang mengemudi. Dia juga tidak pernah merokok sembarangan di dalam mobil.Orang yang berada di depannya sekarang tetap Vigo, tetapi juga bukan. Dia telah banyak berubah.Vigo tidak bertanya lagi di mana dia tinggal, dia sudah tidak peduli. Dia langsung menginjak pedal gas dan membawanya ke sebuah kompleks.Saat mobil memasuki gang yang familier, Nella bertanya dengan kaget, "Kenapa kita ke sini?""Kenapa nggak?" tanya Vigo yang mematikan mesin mobil dan menoleh padanya. Di dalam mobil yang gelap, wajah mereka samar-samar terlihat.Vigo menatapnya lama sebelum berbicara dengan dingin, "Bulan lalu, aku beli lagi tempat ini. Nella, jangan kira aku mau bernostalgia. Aku cuma mau mengingatkan diri sendiri untuk ngg
Nella berpikir, Vigo baru melakukan beberapa ronde, tetapi sudah bosan. Meskipun Vigo tidak mengungkitnya, Nella bisa menilai bahwa kehidupan seks pria ini sangat bebas.Nella menggenggam kartu emas itu, lalu berkata dengan lirih, "Aku punya tempat tinggal. Aku akan datang lebih awal kalau kamu mencariku."Mendengar ini, Vigo tidak menolak. Dia tidak peduli Nella tinggal di mana, hanya ingin melampiaskan kebenciannya. Yang Vigo inginkan bukan sekadar pelampiasan melalui fisik, tetapi dia ingin membuat Nella hancur dan merasakan bagaimana rasanya dikhianati orang yang dicintai.Vigo akan terlalu bermurah hati jika hanya menidurinya. Malam itu juga, Vigo pergi.....Setelah waktu yang cukup lama, Nella memaksa tubuhnya yang lelah untuk pergi mandi. Tidak ada perubahan apa pun di sini. Bahkan, jubah mandi juga masih diletakkan di tempat yang sama.Nella memakai jubah mandinya dan becermin. Wajahnya agak pucat. Terlihat pula beberapa bekas merah di tubuhnya yang ditinggalkan oleh Vigo tadi