Anak kecil seperti Joe tentu tidak memahami masalah orang dewasa. Begitu melihat ayahnya, dia langsung tersenyum lebar dan menunjukkan gigi-giginya yang kecil dan putih. Joe terlihat sangat menggemaskan. Dia bahkan meraih leher Satya dengan tangan kecilnya sambil menjawab, "Rindu."Satya merasa hidungnya agak berkedut. Dia menempelkan dahinya ke kepala Joe dan mengatakan dengan pelan, "Anak bodoh."Sembari memegang mobil mainan, dia menggendong putranya dan berjalan menuju vila dua lantai tersebut. Baru berjalan beberapa langkah, Satya menoleh ke arah Clara. Dia bertanya dengan nada lembut, "Kenapa nggak jalan?"Clara sedang berdiri di bawah pohon. Sinar matahari memang menerobos celah-celah daun, tetapi tidak ada sinar yang bisa menghangatkannya ....Apabila Joe tidak ada di sana, dia mungkin akan dengan emosi menanyakan alasan Satya yang masih enggan melepaskannya. Kenapa pria itu masih terus mengejarnya? Padahal Satya telah setuju untuk berpisah.Sayangnya, Joe tengah digendong oleh
Satya menutup pintu. Dia duduk di pinggir ranjang dan meraba perut kecil Joe yang buncit. Pria itu berucap sambil tersenyum, "Anak ini benaran jago makan. Tiap malam, dia selalu sanggup makan sebanyak itu ya?"Clara tidak menjawab. Dia terus melanjutkan rutinitas merawat kulitnya tanpa terburu-buru. Satya tahu dia sedang marah, tetapi dia memang ingin memenangkan hati Clara. Dia bahkan memuji anaknya Davin, "Bi Aida memang jago mengurus anak. Alaia juga berisi banget. Nanti, aku akan kasih dia bonus."Clara tetap diam. Sayangnya, itu justru membuatnya makin terpancing. Satya berjalan ke belakang kursi rias. Dia memeluk kursi dan tubuh Clara, lalu menatap sosok mereka yang berpelukan di cermin. Satya bertanya dengan nada sangat lembut, "Malam ini, aku tidur di mana?"Clara juga menatap cermin. Tak lama kemudian, dia menjawab pelan, "Ada kamar tamu di sebelah. Kamu tidur di sana saja.""Antar aku ke sana," timpal Satya. Bibirnya yang tipis menyentuh telinga Clara.Pria itu melanjutkan de
Clara bersandar di bahu Satya sembari berucap dengan datar, "Oh, ya? Satya, nggak ada gunanya kamu bicara seperti ini. Aku mau tidur. Kalau kamu masih belum puas, aku bisa memanggil wanita lain untuk melayanimu. Di sini ada yang legal."Satya menatap Clara lekat-lekat. Dia merasa sangat kesal. Namun, Clara tidak memedulikan Satya. Dia menarik baju tidurnya, lalu berjalan keluar dari kamar.Satya memandang ke arah pintu. Dia bisa merasakan perubahan Clara. Dulu, Clara pasti akan memberontak jika tidak ingin berhubungan intim dengan Satya. Sekarang, Clara bisa mengabaikan perasaannya sendiri hanya demi mengusir Satya. Sebenarnya apa yang dipikirkan Clara?....Keesokan paginya, Clara turun ke lantai bawah setelah mandi. Sementara itu, Satya sedang menemani Joe bermain bola di halaman. Alaia tidur di ranjang bayi sambil berjemur. Dia mengulurkan tangannya karena merasa sangat nyaman. Suasananya benar-benar harmonis.Clara terus mengamati mereka. Pelayan baru di samping kebetulan berasal d
Clara memandang Satya. Setelah beberapa saat, dia baru berbicara, "Satya, kamu memang kejam. Kamu bahkan bisa mengorbankan Joe demi mencapai tujuanmu. Tapi, aku rasa Joe memang nggak penting bagimu. Kamu juga nggak benar-benar tulus menyayanginya."Satya terus memperhatikan Joe. Kala ini, Joe sedang bermain bola dan dahinya berkeringat. Kemudian, Satya menatap Clara seraya menimpali, "Anakku memang harus dididik seperti itu. Aku membiarkan kamu membesarkan Joe karena kamu suka ditemani Joe. Itulah sebabnya, Joe bisa melewati masa kecil yang bahagia."Clara membalas, "Jadi, aku harus berterima kasih kepadamu? Tapi, apa kamu punya waktu untuk mendidik Joe? Aku takut kamu terlalu sibuk bersenang-senang dengan wanita lain."Sekarang, ucapan Clara sering membuat Satya kesal. Namun, Satya tidak ingin mempermasalahkan hal ini. Dia melihat Clara, lalu tersenyum dan berujar, "Kelak aku nggak akan berhubungan dengan wanita lain lagi."Clara sama sekali tidak memercayai ucapan Satya. Hanya saja,
Clara malas meladeni Satya. Waktu berlalu begitu cepat. Saat mendekati tahun baru, Satya harus menghadiri perjamuan karena orang-orang yang hadir adalah rekan bisnis penting. Salah satunya adalah Roy.Dulu, Roy menyukai Annika dan pernah berkelahi dengan Zakki. Roy sudah menikah. Akan tetapi, dia bercerai setelah menikah sekitar 1 tahun karena tidak akur dengan mantan istrinya. Jadi, sekarang Roy menduda. Dia menuang anggur ke dalam gelas sambil mengamati Satya. Roy tidak menyangka Satya sudah kembali. Roy suka membuat keributan, dia pun mengirim pesan kepada Yoyok yang berada di luar negeri.[ Satya sudah kembali dari luar negeri. ]Sesudah itu, Roy menyimpan ponselnya dan mulai mengajak Satya minum anggur. Belakangan ini, Satya jarang mengonsumsi minuman beralkohol karena takut berhubungan dengan wanita lain jika mabuk. Satya tidak ingin menyakiti Clara, jadi dia berusaha mengendalikan dirinya saat menghadiri perjamuan.Roy tidak mengetahui hal ini. Dia tersenyum dan bertanya, "Apa s
Benira terus membuat keributan sampai pukul 2 dini hari. Sesampainya di vila, Satya duduk di dalam mobil untuk beberapa saat. Suasana vila sangat hening dan semua lampu sudah dimatikan. Hanya tersisa beberapa lampu di halaman yang menyala. Satya tampak kesepian.Kemudian, Satya membuka pintu mobil dan berjalan masuk ke vila. Dia tidak menyalakan lampu dan langsung naik ke lantai 2. Begitu membuka pintu kamar, Satya melihat Clara yang tidur nyenyak di samping Joe dan Alaia. Clara tidak menyisakan tempat untuk Satya.Satya berdiri di depan tempat tidur sambil melepaskan dasi, jas, dan kemejanya. Clara yang mencium bau alkohol membuka mata."Kamu sudah bangun?" tanya Satya sembari menatap Clara lekat-lekat. Nada bicaranya juga sangat dingin. Sebelum Clara sempat merespons, Satya langsung menindihnya.Clara ingin memberontak, tetapi Satya menahan tubuh Clara sehingga Clara tidak bisa bergerak. Clara menegur, "Satya, kamu gila, ya?"Satya menyahut, "Iya, aku memang gila."Satya sedang marah
Clara terkejut setelah mendengar nama Yoyok. Satya memperhatikan Clara yang sedang mengernyit. Clara terlihat sangat dewasa dan menawan. Satya yang tidak bisa mengendalikan dirinya langsung mencium bibir Clara.Clara tertegun, dia bahkan lupa memberontak. Saat Satya melumat bibirnya, Clara baru melepaskan diri dari Satya dan berkata dengan suara bergetar, "Kakakku datang."Satya menahan bahu Clara dan mencium bibirnya lagi. Kemudian, Satya berucap di samping telinga Clara dengan suara serak, "Kita ini pasangan suami istri yang sah. Memangnya kenapa kalau kakakmu datang?"Clara mendorong Satya, lalu menanggapi, "Aku nggak seperti kamu yang nggak tahu malu."Clara berteriak kepada pelayan di luar, "Bilang kepada kakakku, suruh dia tunggu sebentar! Nanti Satya akan menemuinya!"Pelayan pun segera pergi. Satya bangkit, lalu melihat Clara yang sedang memakai baju dan berkomentar dengan sinis, "Kamu memang kejam. Jelas-jelas kamu tahu semalam aku mabuk dan baru memuaskan hasratku. Aku pasti
Yoyok ingin bangkit, tetapi usahanya sia-sia."Kakak!" Clara berlari ke arahnya dengan cepat. Dia bersusah payah membantu Yoyok berdiri. Setelah pria itu berdiri tegak, dia lagi-lagi memanggil, "Kak!"Kemudian, Clara mulai menangis. Dulu, dia tidak mendengarkan nasihat Yoyok dan diam-diam berhubungan dengan Satya. Alhasil, Clara pun menghadapi banyak masalah. Setelah sekian lama, mereka baru bisa bertemu lagi. Betapa sulit dan menyakitkannya pertemuan ini ... hanya bisa dipahami oleh Yoyok dan Clara.Wajah Yoyok sudah babak belur. Dia mengelus kepala adiknya dengan lembut. Sama seperti dulu, dia tidak menyalahkan Clara sama sekali. Sebaliknya, Yoyok malah berucap, "Aku akan membawamu pergi sekarang."Hanya saja, Clara menggeleng perlahan. Bukan hanya karena bukti yang dimiliki Satya, dia memang tidak bisa pergi begitu saja demi Joe dan Alaia. Dia telah menjadi istri Satya selama beberapa tahun sehingga sangat memahami sifat pria itu.Yoyok masih ingin membujuknya. Namun, Clara hanya me