Annika mengangguk dan berucap, "Terima kasih karena kamu memberitahuku hal ini."Setelah Annika selesai bicara, Satya melihat ke arah Annika. Mereka berdua bertatapan. Sesudah beberapa saat, Satya baru berdiri dan berjalan menghampiri Annika. Sementara itu, Melisa yang memahami situasinya langsung mencari alasan untuk pergi agar Annika dan Satya bisa berbincang.Annika tersenyum terpaksa setelah Melisa pergi. Dia memanggil, "Kak."Satya duduk di sofa, lalu melihat ke arah Rosana. Kemudian, dia kembali memandang Annika dan mengeluarkan kotak rokok dari sakunya. Dia mengeluarkan sebatang rokok dan mengetukkannya di atas meja. Namun, dia tidak menyalakan rokok itu.Satya menatap Annika. Tak lama kemudian, dia baru menjelaskan, "Iya, aku mau bercerai dengan Clara. Tapi, bukan karena wanita lain. Bagiku, wanita nggak terlalu penting. Jadi, pernikahanku dengan Clara nggak mungkin terpengaruh hanya karena seorang wanita."Sudah jelas Satya tidak akan menikah dengan Rosana. Annika menimpali, "
Yunita sontak merasa malu. Dia menatap Zakki menggandeng tangan Annika dan membawanya pergi. Sama seperti dulu, pria ini masih tidak memedulikannya.Tubuh Yunita bergetar tanpa kendali. Dia membuka keran air dan ingin mencuci wajah, tetapi tidak bisa karena tangannya yang bergetar hebat.Yunita memandang dirinya yang berada di cermin. Dia merasa dirinya seperti orang bodoh, hatinya sungguh hancur.Perhiasan yang dipakai Annika sangat berbeda jauh dengan gaun murah yang dibelinya dengan hidup hemat. Takdir setiap orang memang berbeda. Yunita tidak akan mampu memiliki barang mewah itu meskipun bekerja keras seumur hidup.Ya, Yunita memang bodoh. Dia masih memikirkan cara untuk menabur perselisihan, padahal Annika sama sekali tidak peduli karena Zakki masih memperlakukannya layaknya berlian.Yunita menangis tersedu-sedu. Air matanya sampai mengotori gaunnya yang seharga 40 juta itu ....Setelah kembali ke mobil, keduanya sama-sama diam. Annika yang tidak tahan lagi pun menoleh dan bertany
Annika merasa malu. Dia terus digoda oleh Zakki, tetapi belum bernafsu. Kalaupun ada, tetap saja sangat sedikit. Sebagai pria dewasa, Zakki tentu menyadari hal ini.Sesampainya di vila, Zakki menggendong Annika ke lantai atas. Dia mendorong pintu kamar, lalu menurunkan Annika ke ranjang. Annika berbaring dengan lemas sambil menatap Zakki yang tepat di atasnya.Zakki tidak menyalakan lampu. Dia membuka jasnya di tengah kegelapan, juga melepaskan kancing kemeja dan tali pinggangnya. Ketika melakukan semua ini, dia terus memandang mata Annika tanpa melewatkan perubahan ekspresinya.Ketika menindih dan mencium telinga Annika, Zakki bertanya dengan suara serak, "Apa kamu sudah merasakannya?"Zakki khawatir Annika kesakitan sehingga terus bersabar. Annika menjulurkan tangan dan memeluk leher Zakki sambil berciuman panas dengannya. Pada saat yang sama, dia melemaskan tubuhnya sebagai isyarat untuk mengundang serangan Zakki ....Keduanya berciuman tanpa henti. Napas Zakki yang berat jelas menu
Malam itu juga, Satya terbang ke Hastama. Setibanya di vila, lampu masih menyala. Dari halaman sampai ruang tamu, semuanya dipasang lampu bintang yang gemerlap.Clara masih belum tidur karena sedang mendekorasi rumahnya. Dia yang mengenakan piama putih pun menggantungkan hiasan pada pohon natal kecil dengan penuh konsentrasi.Meskipun telah melahirkan Joe, Clara tetap terlihat cantik dan muda. Sementara itu, Satya tampak agak lelah, bahkan tercium aroma parfum wanita lain dari tubuhnya. Entah mengapa, jantungnya berdebar-debar saat melihat Clara sekarang.Satya seperti merasa dirinya kembali ke masa lalu. Waktu itu, Clara masih berusia 22 tahun. Dia tidak sengaja menabrak Satya dan terlihat malu-malu serta ketakutan saat digoda orang-orang sekitar. Wanita ini pun tidak berpengalaman sehingga sangat mudah ditaklukkan oleh Satya.Setelah Clara menaiki sepeda seorang pria bernama Davin, Satya baru tahu bahwa Clara ternyata merasa tidak puas dengan pernikahan ini. Satya menghukum Clara, ba
Seiring berjalannya waktu, Satya mulai kehilangan minatnya sehingga langsung mengakhiri semua ini.Setelah selesai, Satya bangkit dan memandang kekacauan yang ada. Sementara itu, Clara masih berbaring di ranjang. Bahunya dipenuhi bekas ciuman Satya, wanita ini tampak sangat berantakan. Satya pun tidak langsung pergi, melainkan menyalakan rokok.Clara meringkuk sambil mengambil selimut untuk menutupi tubuhnya. Wajahnya mungilnya tampak polos, sedangkan mata besarnya berkaca-kaca. Dia selalu seperti ini setiap kali selesai bercinta.Tatapan Satya terlihat agak suram. Dia menatap Clara cukup lama, lalu mematikan rokoknya dan bangkit untuk turun.Setelah Satya pergi, tangan Clara yang terkepal erat pun mengendur. Raut wajahnya terlihat agak bengong dan jantungnya berdebar-debar. Dia punya firasat bahwa Satya datang larut malam begini untuk memberinya surat cerai.Meskipun mereka telah melakukannya, Satya sama sekali tidak mendapatkan kepuasan, bahkan merasa membosankan.Sesuai dugaan, terd
Tebersit kelembutan pada sorot mata Satya. Dia tampak ragu sejenak, lalu akhirnya membelai kepala Clara, seolah-olah yang dibelainya adalah Joe. Clara terlihat lemah dan polos, tetapi jelas berbeda dengan Joe.Larut malam, Satya keluar dari kamar dan turun ke lantai bawah. Di ruang tamu, Aida yang tampak cemas segera menghampiri dan bertanya, "Gimana nasib Nyonya?"Satya memahami maksud pertanyaan ini. Dia menunduk menatap surat di tangan, lalu membalas dengan tidak acuh, "Seperti biasa."Aida tertegun mendengarnya. Dia benar-benar menyayangi Clara sehingga mencoba membantunya dengan nada agak memohon, "Sebaiknya, biarkan Nyonya pergi. Dia punya kakak, 'kan? Aku rasa kakaknya pasti bisa merawatnya."Begitu membahas tentang Yoyok, tatapan Satya sontak menjadi dingin. Dia menyahut dengan nada tegas, "Sudah kubilang, semuanya seperti biasa!"Selesai mengatakan itu, Satya langsung meninggalkan vila. Mobil dan sopir sudah menunggunya di halaman sejak tadi.Ketika duduk di dalam, Satya menga
Saat ini, Satya baru mengaktifkan ponselnya. Ada banyak panggilan tak terjawab, semuanya dari pengawal vila.Satya menelepon mereka, lalu bertanya, "Kenapa?"Pengawal itu menceritakan dengan terbata-bata. Dengan ekspresi masam, Satya menyahut dengan tidak acuh, "Jangan sampai dia kabur."Hanya kalimat singkat, tetapi terdengar sangat tegas. Pengawal itu pun mengangguk. Sementara itu, Satya mengakhiri panggilan dan memijat dahinya. Dia telah melakukan perjalanan panjang hari ini, bahkan sempat bercinta, sehingga tubuhnya merasa agak lelah.Sopir berputar arah, lalu bertanya dengan sopan, "Pak Satya, kita akan pulang atau ke tempat Nona Benira?""Pulang ke vilaku," jawab Satya.....Di ruang presdir, lantai paling atas Grup Chandra. Satya memejamkan mata sambil bersandar di sofa. Dia baru menghadiri rapat selama 2 jam sehingga merasa sangat lelah.Benira yang berada di belakangnya pun memijat kepalanya dan berucap dengan lembut, "Pak Satya, apa begini sudah cukup?"Satya meraih tangan Be
Ketika berbicara sampai akhir, Aida pun terisak-isak. Dia benar-benar merasa kasihan pada Clara. Sementara itu, Satya terdiam sesaat sebelum membalas, "Aku sangat sibuk belakangan ini, nggak sempat ke sana. Kamu jaga dia baik-baik. Beri tahu dia, aku nggak akan merasa iba padanya."Aida merasa putus asa mendengarnya. Dia yang selalu merawat Clara, jadi tahu bahwa Clara hanya berpura-pura sakit. Itu sebabnya, Aida mencoba membantu Clara, tetapi Satya malah sekejam ini.Clara baru berusia 24 tahun, tetapi harus menjalani kehidupan seperti ini. Bagaimana Aida bisa membantunya? Aida masih ingin berbicara, tetapi Satya sudah mengakhiri panggilan. Dia tidak ingin bersimpati terhadap wanita itu.Beberapa hari ini, Clara pasti terus menangis dan mengira Satya sudah tidak menginginkannya. Akan tetapi, wanita ini pasti akan kelaparan setelah menangis tanpa henti. Satya pun akan membawa Joe menemuinya saat tahun baru nanti. Clara seharusnya akan merasa senang nanti.....Sore harinya, Satya pulan