Keesokan harinya, Annika pergi ke Grup Ruslan. Dia menyerahkan kotak perhiasan itu kepada Dania, lalu memintanya untuk memberikannya pada Zakki. Sementara itu, Dania yang memegang kotak tersebut tampak ragu sejenak sebelum bertanya, "Gimana kalau kamu mengobrol dengan Pak Zakki? Beberapa hari ini, aku lihat dia cukup merindukanmu."Namun, Annika hanya tersenyum dan berkata sambil menggeleng, "Kami sudah cerai, jadi nggak perlu seperti itu."Setelah Annika berbalik dan pergi, Dania melihat punggungnya sambil merenung, 'Tampaknya Annika benaran sudah merelakan hubungan mereka sepenuhnya.'Dania pun kembali ke lantai atas untuk menyerahkan kotak perhiasan itu kepada Zakki. Kemudian, Zakki memegang kotak perhiasan tersebut sambil bertanya dengan nada lembut, "Apa dia ada titip pesan untukku?" Dania menjawab sambil menggeleng perlahan, "Nggak ada."Setelah sekian lama, Zakki baru berkata dengan tenang, "Kamu bisa keluar dulu."Begitu Dania pergi, Zakki mengusap kotak perhiasan itu dengan l
Annika melihatnya pergi. Ketika seorang pelayan lewat di samping, Faisal mengambil dua gelas sampanye, lalu memberikan satu gelas kepada Annika. Dia tak kuasa memandang wajah cantik wanita itu. Malam ini, Annika mengenakan terusan hitam. Sweter hitam tipis tampak pas di badannya. Rok floor berbahan beludru juga menyatu dengan pinggang Annika. Sementara itu, rambut hitamnya terikat di belakang kepala .... Auranya sangat oriental.Faisal yang melihat penampilannya sontak memuji, "Aku sudah lama nggak bertemu dengan wanita yang begitu cantik dan menawan sepertimu!" Annika berkata sambil tersenyum, "Pak Faisal, kamu terlalu memujiku."Meskipun Faisal mempertimbangkan untuk mengembangkan bisnisnya di Kota Brata, itu bukanlah sesuatu yang dapat diselesaikan dalam semalam. Itu sebabnya, dia bertanya pada Annika, "Nona Annika, apa kamu tertarik untuk mengembangkan bisnismu di Kota Aruma? Aku bisa menyediakan dananya."Annika tertegun sejenak. Dia tidak menyangka bahwa Faisal akan bertanya de
Setelah perjamuan selesai, Melisa menyuruh sopir untuk mengantar Annika pulang. Begitu turun dari mobil, Annika melihat mobil Land Rovar hitam berhenti di depan pintu masuk gedung.Yoyok sedang bersandar di mobil sambil merokok. Saat melihat Annika, Yoyok segera menghampirinya, lalu menyerahkan sebuah dokumen dan berujar, "Sidang pengadilan untuk kasus kakakmu ditunda 2 bulan."Annika menerima berkas itu dengan tangan bergetar dan bertanya, "Kenapa bisa begitu?"Yoyok mengisap rokok, lalu menyahut, "Aku sudah mencari tahu, tapi penanggung jawab masalah ini nggak mau memberitahuku secara detail. Annika, aku sarankan kamu tanyakan kepada Pak Zakki. Mungkin dia tahu informasinya."Yoyok berjeda sejenak. Sesudah itu, dia melanjutkan, "Ada beberapa hal di luar masalah hukum yang nggak bisa aku urus. Tapi, Pak Zakki bisa menyelesaikannya dengan mudah."Annika memandang Yoyok. Di bawah cahaya lampu yang temaram, wajah Annika tampak pucat pasi. Yoyok tahu bahwa kenyataan ini sangat kejam, teta
Annika tidak mengambil dokumen itu. Zakki tertawa, lalu sengaja memprovokasi Annika, "Kenapa? Apa kamu nggak berani lihat?"Annika menyahut, "Mana mungkin aku nggak berani?" Selesai bicara, Annika mengambil dokumen itu. Namun, dia langsung tertegun setelah membaca beberapa baris tulisan.Ini adalah beberapa dokumen proyek yang ditandatangani oleh Denny sebelum Grup Chandra bangkrut. Sebagian proyek sudah dihentikan, bahkan pernah disiarkan di berita. Jika dokumen ini tersebar, Denny harus dipenjara seumur hidup. Wajah Annika pucat pasi.Zakki tahu apa yang dipikirkan Annika. Dia mengambil dokumen di tangan Annika, lalu membakarnya dengan macis.Zakki menjelaskan dengan tenang, "Waktu itu, ayahmu juga diperdaya makanya dia bisa menandatangani semua proyek itu, ayahmu itu korban. Dokumen ini nggak ada salinannya, jadi sekarang sama sekali nggak ada bukti lagi. Sekalipun sidang kakakmu ditunda 2 bulan, hasilnya juga nggak akan berubah."Annika tertegun ketika melihat Zakki sudah membakar
Zakki berucap dengan lembut, "Apa kamu tahu bermesraan itu seharusnya seperti apa?"Annika tidak tahu dan dia sama sekali tidak peduli. Annika ingin melepaskan diri dari Zakki, tetapi Zakki memeluk Annika dengan erat. Annika bisa merasakan bahwa Zakki tidak bisa menahan hasratnya lagi.Annika yang kesal menimpali, "Sudah kubilang, aku nggak seperti wanita yang bermesraan denganmu di luar."Zakki memandang Annika. Rambut Annika yang panjang tergerai di bahunya. Wajahnya tirus, matanya indah, hidungnya mancung, dan bibirnya merona. Bodi Annika langsing dan juga seksi. Tampang Annika memang sempurna.Zakki berujar, "Annika, aku hanya pernah mempermainkanmu."Annika tidak suka mendengar ucapan ini, tetapi dia juga tidak berani memukul Zakki. Akhirnya, Annika hanya duduk di kaki Zakki dengan pasrah.Zakki langsung meraih tangan Annika dan menepuk wajahnya sendiri dengan tangan Annika. Tindakan ini agak rendahan, tetapi juga terlihat mesra, seperti pasangan suami istri yang sedang bercanda.
Tubuh Annika gemetaran. Dia tidak ingin memercayai ucapan Zakki, dia tidak percaya bahwa kenyataan ini begitu kejam. Namun, Annika tahu Zakki tidak mungkin membohonginya.Annika memandang Zakki sembari berujar dengan lembut, "Zakki ...."Zakki bisa menebak maksud Annika, sekarang Annika berniat memohon kepada Zakki untuk membantu Sania. Zakki membuang abu rokok, lalu tersenyum datar dan berkata, "Ini bukan masalah sepele, aku nggak mungkin menyinggung Keluarga Wongso dan Lutaha hanya demi Sania. Annika, lagi pula, aku bukan berbuat amal, 'kan?"Zakki melontarkan kata-kata terakhir dengan lembut sambil menatap Annika lekat-lekat. Annika tahu maksud Zakki. Asalkan Annika bersedia tunduk dan menurunkan harga dirinya untuk kembali ke sisi Zakki, Zakki bisa melindungi Sania dan Sania bisa melahirkan anak itu dengan aman.Annika mengepalkan tangannya, dia sama sekali tidak berbicara. Zakki terus memperhatikan Annika. Dari ekspresi Annika, Zakki bisa menebak bahwa Annika tidak bersedia.Zakki
Malam ini, Annika menginap di rumah Sania. Setelah mandi, Annika mengenakan baju tidur Sania. Kemudian, mereka berdua berbaring di tempat tidur sambil mengobrol.Sania berkata dengan lembut, "Sebenarnya aku nggak peduli dengan Jeremy lagi, dia akan menikah dan aku akan hidup dengan anakku. Annika, aku sudah merencanakannya, setengah bulan lagi aku akan meninggalkan Kota Brata. Aku akan pergi ke kota kecil, lalu membeli rumah dan membuka toko bunga. Aku akan membesarkan anakku di sana."Sania melanjutkan, "Hanya saja, aku akan merindukanmu karena jauh darimu. Apa kamu akan mencariku?"Annika yang sedih menyahut, "Tentu saja, setidaknya aku akan mencarimu beberapa kali setiap tahun. Aku juga akan memberimu saham 10 persen dari tokoku dan membantumu membesarkan anakmu. Setelah dewasa, anakmu pasti punya tampang yang menawan, nggak peduli laki-laki atau perempuan."Annika merangkul Sania sembari berujar, "Aku nggak rela berpisah denganmu."Sania juga merasa sedih. Mereka berdua tidak berbi
Sania hanya ingin memiliki keluarga dekat. Dia akhirnya berbicara dengan terisak, "Annika, kenapa begitu sulit? Kenapa nasibku seperti ini? Kenapa setiap keinginanku nggak pernah terwujud? Aku benar-benar menyayangi anak ini. Aku bahkan sudah memikirkan namanya ... Stefan Lindarto! Aku ingin dia bahagia dan tersenyum begitu lahir. Aku juga berharap dia selalu beruntung."Ketika melontarkan kalimat terakhir, suaranya terdengar serak. Darahnya terus mengalir dan berceceran kemana-mana ....Annika memeluk Sania sambil memekik dengan suara bergetar, "Omong kosong! Jangan asal bicara! Aku akan membawamu ke rumah sakit! Sania, bertahanlah! Begitu aku mengantarmu ke rumah sakit, semuanya akan baik-baik saja! Apa kamu dengar? Ambulans! Ambulans!"....Di parkiran bawah tanah, terdengar suara jeritan histeris Annika. Gambar di baliho sekelilingnya tiba-tiba berubah. Satu per satu foto pernikahan Jeremy dan Evania terpampang. Ternyata, hari ini tanggal 2, hari pernikahan Jeremy dan Evania.Panda