Annika sudah lumayan mabuk. Pada pukul 23.00, dia hendak membayar sebelum pergi. Saat ini, Zakki tampak masuk ke bar.Di malam musim dingin, pria itu mengenakan mantel tipis berwarna hitam. Akan tetapi, kemeja biru bergaris halus di dalamnya memberikan sentuhan yang segar dan justru membuat Zakki terlihat gagah. Mungkin karena gerimis di luar, mantelnya terkena beberapa tetesan air. Ditambah dengan tatapan yang dalam, Zakki pun terlihat seperti datang dari tengah badaiMusik di bar masih saja memekakkan telinga. Mereka saling menatap di antara kerumunan. Zakki menatapnya dalam-dalam, sementara tatapan Annika terlihat dingin.Wanita itu mengenakan blus sutra tipis, dengan rok panjang hitam yang mirip dengan warna mantel Zakki. Hal ini menambahkan sedikit godaan pada penampilan Annika yang biasanya anggun .... Tatapan Zakki pun makin dalam. Setelah beberapa saat, dia berjalan menuju istrinya. Zakki mengambil mantel dari tangan wanita itu dan meletakkannya di pundaknya. Kemudian, pria it
Zakki menggendong Annika ke ranjang. Pakaian, sepatu, dan stoking berserakan di lantai. Annika mabuk sehingga dia merasa agak pusing, dia pun merangkul bahu Zakki. Tiba-tiba, ponsel Annika yang terletak di meja dekat tempat tidur berdering.Annika hendak mengambil ponselnya, tetapi direbut oleh Zakki. Zakki mengira Jony yang mengirim pesan kepada Annika, ternyata Zakki melihat foto profil orang asing. Kelihatannya, orang itu masih muda. Zakki membaca pesan di layar ponsel Annika.[ Kak, apa boleh aku bertemu kamu lagi? ]Ekspresi Zakki sangat muram. Dia menatap Annika sembari bertanya, "Kamu mengenalnya di bar dan meminta nomor teleponnya?"Sebenarnya, Sania yang meminta nomor telepon pemuda itu. Namun, Annika tidak berbicara jujur ataupun menjelaskan.Annika malah merangkul leher Zakki seraya berkata dengan sinis, "Iya, pria muda itu ganteng sekali. Zakki, kamu saja boleh bermesraan dengan Shilla, kenapa aku nggak boleh mencari pria muda ... untuk bersenang-senang? Zakki, kalau kamu n
Zakki masuk ke Rumah Sakit Ruslan saat tengah malam. Dia kehabisan banyak darah. Meskipun sudah menutupinya, dokter bisa menebak bahwa Zakki pasti berhubungan intim sebelum datang ke rumah sakit. Apalagi, Zakki tampak memakai baju dan celananya dengan asal.Dokter tidak bisa berkata-kata. Saat menjahit luka, dokter berdeham dan menjelaskan, "Tuan Zakki, kalau lain kali ada kejadian seperti ini lagi, sebaiknya hentikan dulu aktivitas yang terlalu berat. Kalau lukanya nggak langsung ditangani, nanti bisa bermasalah.""Nggak bisa berhenti," sahut Zakki yang bersandar di sofa. Dia melirik Annika sekilas. Annika malah bersedia menemani Zakki ke rumah sakit, dia pasti berniat mentertawakan Zakki.Annika mengabaikan Zakki, dia melihat pesan di ponselnya. Zakki menebak Annika pasti diam-diam mengobrol dengan pemuda itu.Annika bisa menebak pemikiran Zakki, dia berkomentar, "Nggak semua orang sekotor kamu."Zakki mencibir dan menimpali, "Meskipun aku kotor, kamu juga menikmatinya."Dokter meras
Zakki sedang termenung, dia memikirkan ucapan Annika tadi. Ketika pintu dibuka, Zakki mengira Annika kembali. Jadi, dia langsung bertanya, "Annika, apa di mimpimu ada aku?"Wajah Shilla pucat pasi. Dia tidak percaya dengan apa yang didengarnya, Zakki seperti mengungkapkan isi hatinya kepada Annika. Nada bicara Zakki juga sangat lembut. Zakki tidak pernah berbicara seperti itu dengan Shilla.Zakki mendongak karena tidak ada yang menanggapi perkataannya. Dia melihat Shilla. Zakki tampak lelah, lalu dia bersandar dan berujar dengan datar, "Kenapa kamu yang datang? Sekarang sudah malam, cepat kembali ke kamarmu."Shilla merasa sangat sedih. Dia baru memberanikan diri untuk bertanya setelah memandang Zakki untuk beberapa saat, "Apa kamu sangat menyukai Annika?"Zakki tidak menjawab pertanyaan Shilla. Sementara itu, Shilla hampir menangis, tetapi dia berusaha tegar saat berbicara, "Nggak apa-apa, Tuan Zakki. Aku juga merasa senang, tapi alangkah baiknya kalau Nyonya Ruslan juga mencintaimu."
Pintu kamar pasien diketuk, lalu dibuka. Orang yang datang adalah Dian. Meskipun sudah tengah malam, Dian tetap berdandan dengan mewah.Zakki hanya memandang Dian sambil memegang foto itu. Dian yang berdiri di depan pintu melihat foto di tangan Zakki. Zakki adalah putranya, Dian tentu tahu apa yang dipikirkan Zakki saat ini.Dian berkata kepada pelayan, "Kamu tunggu di luar saja."Pelayan merasa ada yang tidak beres, jadi dia langsung keluar dari kamar. Setelah pintu ditutup, Dian duduk di sofa. Dian berasal dari keluarga kaya, suaminya berselingkuh saat dia masih muda. Jadi, Dian selalu bersikap dingin.Di bawah cahaya lampu, ekspresi Dian tampak sangat tegas. Dian memandang Zakki seraya berucap, "Pelayan di rumah bilang, Annika pergi minum-minum di bar dan bertengkar denganmu sampai kamu masuk rumah sakit. Zakki, dia itu istri dari presdir Grup Ruslan, apa pantas dia bersikap seperti ini? Aku nggak bisa menerimanya.Tatapan Zakki sangat muram. Setelah Dian selesai mengeluh, Zakki ber
Di dalam kamar VIP, Zakki tampak frustrasi. Dia membuka album foto di ponselnya dan melihat foto Annika yang sedang berbaring di tempat tidur.Ucapan Dian terngiang-ngiang di benak Zakki. "Zakki, coba kamu ingat kembali. Saat bulan pertama pernikahan kalian, bukannya kamu selalu pulang setiap malam? Apa kamu berani bilang kamu nggak ketagihan?"Zakki tidak bisa menyangkalnya. Foto ini adalah bukti Zakki ketagihan meniduri Annika. Dalam pernikahannya dengan Annika selama 3 tahun, Zakki membenci Annika. Namun, dia terobsesi dengan tubuh Annika.Zakki yang telah menyiksa Annika selama 3 tahun. Di luar masih hujan, Zakki mulai memakai bajunya.....Di tengah hujan, sebuah mobil Rolls-Royce hitam masuk ke halaman vila. Wiper mobil terus bergerak, patung wanita berwarna emas di depan mobil tampak seperti sedang menangis saat dibasahi hujan. Zakki duduk di kursi pengemudi. Semua pelayan di vila sudah tidur sehingga tidak ada yang keluar untuk menyambut kepulangan Zakki. Kemudian, Zakki melih
Zakki hanya tidur 3 jam. Saat bangun, dia masih memeluk Annika dengan erat. Baju tidur sutra yang dikenakan Annika agak berantakan sehingga bahunya yang mulus terlihat.Ternyata, Annika tetap membiarkan Zakki memeluknya. Zakki menempelkan wajahnya di leher Annika. Rasanya sangat hangat dan nyaman. Setelah beberapa saat, Zakki pun bangun.Zakki harus pergi ke kantor karena ada rapat tender yang penting di pagi hari. Zakki mandi, lalu mengganti baju. Saat memakai dasi, Zakki berjalan kembali ke kamar tidur.Annika sudah bangun, dia sedang duduk di tempat tidur sambil melamun. Ketika mendengar suara langkah kaki, Annika mendongak dan bertatapan dengan Zakki. Kemudian, Annika teringat masalah semalam.Annika berucap dengan datar, "Zakki, sebenarnya kebenaran nggak terlalu penting lagi. Kejadiannya sudah berlalu begitu lama, aku juga nggak peduli lagi. Hidup terus berjalan."Annika melanjutkan ucapannya dengan tenang, "Kamu pertimbangkan baik-baik omonganku semalam."Zakki tidak menanggapi
Sekarang, rasanya sangat konyol jika dipikirkan kembali. Annika masih mengkhawatirkan Sania sehingga dia mengajak Sania bertemu di kafe. Sania sampai terlebih dahulu, dia duduk di dekat jendela.Melihat Annika yang menyetir sendiri, Sania bertanya setelah Annika masuk, "Kenapa kamu menyetir sendiri? Bukannya istri orang kaya seperti kalian punya sopir pribadi?"Annika duduk dan tersenyum, lalu menjawab, "Kelak aku ingin menyetir sendiri."Begitu mendengar ucapan Annika, Sania tahu Annika sudah membuat keputusan. Sania bertanya lagi, "Apa kamu benar-benar ingin bercerai? Aku lihat belakangan ini Zakki sangat lengket denganmu."Annika tidak ingin membicarakan masalah itu. Dia bertanya kepada Sania dengan serius, "Bagaimana dengan kamu dan Jeremy? Apa rencanamu?"Sania agak malu, dia merapikan rambutnya dan berusaha menutupi, "Kami berdua nggak ada hubungan spesial, hanya pernah tidur bersama. Tapi, kami sama sekali nggak terikat dengan satu sama lain."Annika tidak menanggapi ucapan Sani