Annika berkata dengan suara serak, "Siapkan saja sendiri. Zakki, mulai sekarang, aku nggak akan membantu mengurus semua urusan pribadimu lagi. Kamu bisa mempekerjakan seseorang untuk mengurus pakaian dan aksesorimu. Kalau nggak mau, kamu bisa menyuruh Sekretaris Dania ke rumah dan membayarnya dengan gaji tinggi untuk melakukannya."Zakki mengernyit sambil berkata dengan kesal, "Aku nggak suka orang lain mencampuri urusan pribadiku!"Suasana di kamar tidur menjadi hening. Setelah beberapa saat, Annika berkata dengan suara serak, "Kalau begitu, silakan saja nggak suka. Aku nggak akan melakukannya .... Kalau kamu merasa menghidupiku hanya membuang-buang uang, kamu bisa menceraikanku. Zakki, aku nggak harus menjadi Nyonya Ruslan!"Zakki hanya berdiri diam. Dia sepertinya telah memahami maksud Annika. Dia akan tetap tinggal sebagai Nyonya Ruslan, tetapi tidak akan melayaninya lagi. Wanita itu bahkan tidak keberatan jika Dania ikut campur dalam hidup mereka ....Annika benar-benar tidak meng
Saat Zakki kembali ke vila, sudah hampir pukul 23.00. Ketika memasuki vila, seorang pembantu menyambutnya dengan suara rendah, "Tuan sudah pulang. Apakah aku perlu menyiapkan camilan malam?"Zakki melepaskan mantelnya dan membuka dua kancing kemejanya, lalu berkata dengan pelan, "Tolong buatkan bakmi. Di mana Nyonya? Apakah dia sudah tidur?"Pembantu itu mengambil mantelnya sambil menjawab dengan nada lembut, "Nyonya turun untuk makan sedikit malam tadi, lalu berlatih biola sebentar dan nggak turun lagi."Zakki hanya menjawab, "Oke."Setelah pembantu pergi, dia duduk di meja makan dan membuka pintu jendela. Zakki menyalakan sebatang rokok dan menikmatinya perlahan-lahan ....Di dalam kepulan asap yang ringan, Zakki teringat bagaimana Annika selalu menunggunya di rumah sebelumnya. Istrinya itu selalu menyiapkan hidangan atau camilan, lalu berharap dia akan mencicipinya. Meskipun Zakki hanya mencicipi sedikit, itu sudah bisa membuatnya bahagia sepanjang hari.Di masa lalu, meja makan sel
Di masa lalu, Annika jarang pergi ke tempat-tempat itu karena Zakki tidak menyukainya. Kini, dia sudah tidak peduli lagi apakah pria itu menyukainya atau tidak. Annika pun pergi bersama Sania.Musik di bar menggelegar. Sania sangat menikmati suasana di sana hingga menggoyangkan tubuh. Lantaran masa kecilnya yang pahit, Sania selalu menyukai gaya hidup penuh kesenangan seperti ini. Dia bahkan memesan sebotol anggur merah untuk Annika, lalu berkata, "Anggur ini enak dan nggak akan membuatmu mabuk!"Annika menariknya untuk duduk dan bertanya dengan suara pelan, "Kenapa kamu memilih tempat ini?"Annika khawatir tentang Sania. Tidak ada yang tahu bahwa Sania telah kehilangan pendengaran kirinya. Itu adalah ulah orang yang menagih utang kepada orang tuanya ketika dia masih kecil. Meskipun setelah itu, Annika telah memaksa kakaknya mengeluarkan uang untuk mengobati Sania di rumah sakit dengan dokter THT terbaik di seluruh Kota Brata, telinganya tetap tidak dapat disembuhkan.Sania tertegun s
Annika sudah lumayan mabuk. Pada pukul 23.00, dia hendak membayar sebelum pergi. Saat ini, Zakki tampak masuk ke bar.Di malam musim dingin, pria itu mengenakan mantel tipis berwarna hitam. Akan tetapi, kemeja biru bergaris halus di dalamnya memberikan sentuhan yang segar dan justru membuat Zakki terlihat gagah. Mungkin karena gerimis di luar, mantelnya terkena beberapa tetesan air. Ditambah dengan tatapan yang dalam, Zakki pun terlihat seperti datang dari tengah badaiMusik di bar masih saja memekakkan telinga. Mereka saling menatap di antara kerumunan. Zakki menatapnya dalam-dalam, sementara tatapan Annika terlihat dingin.Wanita itu mengenakan blus sutra tipis, dengan rok panjang hitam yang mirip dengan warna mantel Zakki. Hal ini menambahkan sedikit godaan pada penampilan Annika yang biasanya anggun .... Tatapan Zakki pun makin dalam. Setelah beberapa saat, dia berjalan menuju istrinya. Zakki mengambil mantel dari tangan wanita itu dan meletakkannya di pundaknya. Kemudian, pria it
Zakki menggendong Annika ke ranjang. Pakaian, sepatu, dan stoking berserakan di lantai. Annika mabuk sehingga dia merasa agak pusing, dia pun merangkul bahu Zakki. Tiba-tiba, ponsel Annika yang terletak di meja dekat tempat tidur berdering.Annika hendak mengambil ponselnya, tetapi direbut oleh Zakki. Zakki mengira Jony yang mengirim pesan kepada Annika, ternyata Zakki melihat foto profil orang asing. Kelihatannya, orang itu masih muda. Zakki membaca pesan di layar ponsel Annika.[ Kak, apa boleh aku bertemu kamu lagi? ]Ekspresi Zakki sangat muram. Dia menatap Annika sembari bertanya, "Kamu mengenalnya di bar dan meminta nomor teleponnya?"Sebenarnya, Sania yang meminta nomor telepon pemuda itu. Namun, Annika tidak berbicara jujur ataupun menjelaskan.Annika malah merangkul leher Zakki seraya berkata dengan sinis, "Iya, pria muda itu ganteng sekali. Zakki, kamu saja boleh bermesraan dengan Shilla, kenapa aku nggak boleh mencari pria muda ... untuk bersenang-senang? Zakki, kalau kamu n
Zakki masuk ke Rumah Sakit Ruslan saat tengah malam. Dia kehabisan banyak darah. Meskipun sudah menutupinya, dokter bisa menebak bahwa Zakki pasti berhubungan intim sebelum datang ke rumah sakit. Apalagi, Zakki tampak memakai baju dan celananya dengan asal.Dokter tidak bisa berkata-kata. Saat menjahit luka, dokter berdeham dan menjelaskan, "Tuan Zakki, kalau lain kali ada kejadian seperti ini lagi, sebaiknya hentikan dulu aktivitas yang terlalu berat. Kalau lukanya nggak langsung ditangani, nanti bisa bermasalah.""Nggak bisa berhenti," sahut Zakki yang bersandar di sofa. Dia melirik Annika sekilas. Annika malah bersedia menemani Zakki ke rumah sakit, dia pasti berniat mentertawakan Zakki.Annika mengabaikan Zakki, dia melihat pesan di ponselnya. Zakki menebak Annika pasti diam-diam mengobrol dengan pemuda itu.Annika bisa menebak pemikiran Zakki, dia berkomentar, "Nggak semua orang sekotor kamu."Zakki mencibir dan menimpali, "Meskipun aku kotor, kamu juga menikmatinya."Dokter meras
Zakki sedang termenung, dia memikirkan ucapan Annika tadi. Ketika pintu dibuka, Zakki mengira Annika kembali. Jadi, dia langsung bertanya, "Annika, apa di mimpimu ada aku?"Wajah Shilla pucat pasi. Dia tidak percaya dengan apa yang didengarnya, Zakki seperti mengungkapkan isi hatinya kepada Annika. Nada bicara Zakki juga sangat lembut. Zakki tidak pernah berbicara seperti itu dengan Shilla.Zakki mendongak karena tidak ada yang menanggapi perkataannya. Dia melihat Shilla. Zakki tampak lelah, lalu dia bersandar dan berujar dengan datar, "Kenapa kamu yang datang? Sekarang sudah malam, cepat kembali ke kamarmu."Shilla merasa sangat sedih. Dia baru memberanikan diri untuk bertanya setelah memandang Zakki untuk beberapa saat, "Apa kamu sangat menyukai Annika?"Zakki tidak menjawab pertanyaan Shilla. Sementara itu, Shilla hampir menangis, tetapi dia berusaha tegar saat berbicara, "Nggak apa-apa, Tuan Zakki. Aku juga merasa senang, tapi alangkah baiknya kalau Nyonya Ruslan juga mencintaimu."
Pintu kamar pasien diketuk, lalu dibuka. Orang yang datang adalah Dian. Meskipun sudah tengah malam, Dian tetap berdandan dengan mewah.Zakki hanya memandang Dian sambil memegang foto itu. Dian yang berdiri di depan pintu melihat foto di tangan Zakki. Zakki adalah putranya, Dian tentu tahu apa yang dipikirkan Zakki saat ini.Dian berkata kepada pelayan, "Kamu tunggu di luar saja."Pelayan merasa ada yang tidak beres, jadi dia langsung keluar dari kamar. Setelah pintu ditutup, Dian duduk di sofa. Dian berasal dari keluarga kaya, suaminya berselingkuh saat dia masih muda. Jadi, Dian selalu bersikap dingin.Di bawah cahaya lampu, ekspresi Dian tampak sangat tegas. Dian memandang Zakki seraya berucap, "Pelayan di rumah bilang, Annika pergi minum-minum di bar dan bertengkar denganmu sampai kamu masuk rumah sakit. Zakki, dia itu istri dari presdir Grup Ruslan, apa pantas dia bersikap seperti ini? Aku nggak bisa menerimanya.Tatapan Zakki sangat muram. Setelah Dian selesai mengeluh, Zakki ber