Zakki menyentuh meja rias dengan jari-jarinya yang gemetar .... Annika telah membawa pergi buku hariannya.Tiba-tiba, aroma hangus samar-samar tercium dari arah teras. Itu adalah bau dari sesuatu yang terbakar .... Tubuh Zakki bergetar karena menyadari sesuatu. Dia pun berjalan cepat menuju teras. Kemudian, dia mendapati Annika yang sedang membakar foto pernikahan mereka. Dia juga melihat buku harian tersebut tengah dibakar oleh istrinya.Annika duduk di sana dan melihat semua ini dengan tenang, seolah-olah dia sedang membakar sesuatu yang tidak penting."Kamu sudah gila!" marah Zakki.Pria itu tidak berpikir panjang dan langsung mendekat untuk menyelamatkan buku harian itu, bahkan tanpa perlindungan apa pun .... Zakki tidak punya waktu untuk berpikir alasan dia melakukannya. Padahal, itu hanya sebuah buku harian.Apinya telah dipadamkan, tetapi buku harian itu hanya tinggal setengah. Zakki sama sekali tidak peduli dengan luka bakar di telapak tangannya. Dia segera membuka buku harian
"Aku rasa, ketika kamu memelukku dan melihat aku takluk, pasti kamu merasa bangga, 'kan? Kamu pasti berpikir, aku begitu murahan dan berhasil dibohongimu hanya dengan rayuan. Zakki, aku memang pernah menyukaimu, tapi nggak akan lagi ke depannya!" tegas Annika.....Saat melontarkan kata-kata itu, Annika merasa agak linglung dan hatinya juga terasa sakit.Zakki merasa sangat lelah. Dia juga bukan pria yang bertemperamen baik. Zakki telah bersikap ramah, tetapi Annika sama sekali tidak menghargainya.Itu sebabnya, Zakki pun mengucek sudut matanya sambil bertanya, "Jadi, apa yang kamu inginkan? Saling menghormati atau bercerai denganku? Annika, jangan lupa bahwa kakakmu masih mengharapkan bantuan Yoyok untuk menangani kasus hukumnya. Apa kamu bisa meninggalkanku?"Annika masih membenamkan wajahnya dalam bantal. Dia terdiam selama beberapa saat. Zakki kurang lebih mampu menebak isi hatinya. Wanita ini ingin bercerai dan meninggalkannya, bahkan tidak ingin berurusan lagi dengannya.Annika b
Sebuah tamparan mendarat di wajah Zakki. Pria itu pun berhenti. Dia menunduk untuk melihat wanita yang tergeletak di bawahnya. Jantung Annika berdebar sangat kencang. Piama berbahan sutranya meluncur ke bawah bahu dan memperlihatkan bahunya yang tipis dan bulat, bahkan melebihi itu. Seluruh sosok Annika tampak cantik dan halus, dengan kecantikan yang rapuh.Setelah sekian lama, Zakki bertanya, "Kamu sudah bisa memukulku sekarang?"Sorot mata pria itu memancarkan emosi yang sulit dipahami, tetapi nada bicaranya sangat lembut. Zakki menahan tangan istrinya dan menekannya di atas bantal dengan kuat .... Akan tetapi, dia tidak melakukan apa pun dalam sesaat.Hidung Annika tampak memerah. Dia mendongak untuk melihat suaminya, lalu berkata dengan suara pecah, "Zakki, sekarang kamu ingin memerkosaku atau apa? Kalau nggak mau, lepaskan aku!"Namun, Zakki tidak melepaskannya. Dia menatap Annika yang lemah. Tak lama kemudian, dia baru berkata dengan suara serak, "Aku benar-benar serius ketika me
Annika berkata dengan suara serak, "Siapkan saja sendiri. Zakki, mulai sekarang, aku nggak akan membantu mengurus semua urusan pribadimu lagi. Kamu bisa mempekerjakan seseorang untuk mengurus pakaian dan aksesorimu. Kalau nggak mau, kamu bisa menyuruh Sekretaris Dania ke rumah dan membayarnya dengan gaji tinggi untuk melakukannya."Zakki mengernyit sambil berkata dengan kesal, "Aku nggak suka orang lain mencampuri urusan pribadiku!"Suasana di kamar tidur menjadi hening. Setelah beberapa saat, Annika berkata dengan suara serak, "Kalau begitu, silakan saja nggak suka. Aku nggak akan melakukannya .... Kalau kamu merasa menghidupiku hanya membuang-buang uang, kamu bisa menceraikanku. Zakki, aku nggak harus menjadi Nyonya Ruslan!"Zakki hanya berdiri diam. Dia sepertinya telah memahami maksud Annika. Dia akan tetap tinggal sebagai Nyonya Ruslan, tetapi tidak akan melayaninya lagi. Wanita itu bahkan tidak keberatan jika Dania ikut campur dalam hidup mereka ....Annika benar-benar tidak meng
Saat Zakki kembali ke vila, sudah hampir pukul 23.00. Ketika memasuki vila, seorang pembantu menyambutnya dengan suara rendah, "Tuan sudah pulang. Apakah aku perlu menyiapkan camilan malam?"Zakki melepaskan mantelnya dan membuka dua kancing kemejanya, lalu berkata dengan pelan, "Tolong buatkan bakmi. Di mana Nyonya? Apakah dia sudah tidur?"Pembantu itu mengambil mantelnya sambil menjawab dengan nada lembut, "Nyonya turun untuk makan sedikit malam tadi, lalu berlatih biola sebentar dan nggak turun lagi."Zakki hanya menjawab, "Oke."Setelah pembantu pergi, dia duduk di meja makan dan membuka pintu jendela. Zakki menyalakan sebatang rokok dan menikmatinya perlahan-lahan ....Di dalam kepulan asap yang ringan, Zakki teringat bagaimana Annika selalu menunggunya di rumah sebelumnya. Istrinya itu selalu menyiapkan hidangan atau camilan, lalu berharap dia akan mencicipinya. Meskipun Zakki hanya mencicipi sedikit, itu sudah bisa membuatnya bahagia sepanjang hari.Di masa lalu, meja makan sel
Di masa lalu, Annika jarang pergi ke tempat-tempat itu karena Zakki tidak menyukainya. Kini, dia sudah tidak peduli lagi apakah pria itu menyukainya atau tidak. Annika pun pergi bersama Sania.Musik di bar menggelegar. Sania sangat menikmati suasana di sana hingga menggoyangkan tubuh. Lantaran masa kecilnya yang pahit, Sania selalu menyukai gaya hidup penuh kesenangan seperti ini. Dia bahkan memesan sebotol anggur merah untuk Annika, lalu berkata, "Anggur ini enak dan nggak akan membuatmu mabuk!"Annika menariknya untuk duduk dan bertanya dengan suara pelan, "Kenapa kamu memilih tempat ini?"Annika khawatir tentang Sania. Tidak ada yang tahu bahwa Sania telah kehilangan pendengaran kirinya. Itu adalah ulah orang yang menagih utang kepada orang tuanya ketika dia masih kecil. Meskipun setelah itu, Annika telah memaksa kakaknya mengeluarkan uang untuk mengobati Sania di rumah sakit dengan dokter THT terbaik di seluruh Kota Brata, telinganya tetap tidak dapat disembuhkan.Sania tertegun s
Annika sudah lumayan mabuk. Pada pukul 23.00, dia hendak membayar sebelum pergi. Saat ini, Zakki tampak masuk ke bar.Di malam musim dingin, pria itu mengenakan mantel tipis berwarna hitam. Akan tetapi, kemeja biru bergaris halus di dalamnya memberikan sentuhan yang segar dan justru membuat Zakki terlihat gagah. Mungkin karena gerimis di luar, mantelnya terkena beberapa tetesan air. Ditambah dengan tatapan yang dalam, Zakki pun terlihat seperti datang dari tengah badaiMusik di bar masih saja memekakkan telinga. Mereka saling menatap di antara kerumunan. Zakki menatapnya dalam-dalam, sementara tatapan Annika terlihat dingin.Wanita itu mengenakan blus sutra tipis, dengan rok panjang hitam yang mirip dengan warna mantel Zakki. Hal ini menambahkan sedikit godaan pada penampilan Annika yang biasanya anggun .... Tatapan Zakki pun makin dalam. Setelah beberapa saat, dia berjalan menuju istrinya. Zakki mengambil mantel dari tangan wanita itu dan meletakkannya di pundaknya. Kemudian, pria it
Zakki menggendong Annika ke ranjang. Pakaian, sepatu, dan stoking berserakan di lantai. Annika mabuk sehingga dia merasa agak pusing, dia pun merangkul bahu Zakki. Tiba-tiba, ponsel Annika yang terletak di meja dekat tempat tidur berdering.Annika hendak mengambil ponselnya, tetapi direbut oleh Zakki. Zakki mengira Jony yang mengirim pesan kepada Annika, ternyata Zakki melihat foto profil orang asing. Kelihatannya, orang itu masih muda. Zakki membaca pesan di layar ponsel Annika.[ Kak, apa boleh aku bertemu kamu lagi? ]Ekspresi Zakki sangat muram. Dia menatap Annika sembari bertanya, "Kamu mengenalnya di bar dan meminta nomor teleponnya?"Sebenarnya, Sania yang meminta nomor telepon pemuda itu. Namun, Annika tidak berbicara jujur ataupun menjelaskan.Annika malah merangkul leher Zakki seraya berkata dengan sinis, "Iya, pria muda itu ganteng sekali. Zakki, kamu saja boleh bermesraan dengan Shilla, kenapa aku nggak boleh mencari pria muda ... untuk bersenang-senang? Zakki, kalau kamu n