Mengingat semua itu, Marcella perlahan memejamkan matanya sambil menjawab, "Aku nggak pernah memikirkannya."Sebenarnya Joe ingin mengatakan lebih banyak, tetapi dia tahu bahwa kondisi Marcella masih lemah. Dia pun menggenggam tangan Marcella dengan lembut dan berkata pelan, "Sudahlah, kita nggak usah membicarakan ini sekarang. Kamu istirahat dulu .... Aku akan menjaga anak kita."Marcella tidak punya tenaga untuk mengusirnya. Apalagi, persalinan yang sulit itu membuatnya sangat kelelahan. Tak lama setelah memejamkan matanya, dia pun tertidur.Setelah Marcella tertidur, Joe tetap berjaga di samping ibu dan anak itu. Sesekali dia akan menatap bayi kecil yang baru lahir, lalu kembali melihat Marcella.Selama sembilan bulan kehamilan, tubuh Marcella tidak menjadi lebih berisi. Wajahnya bahkan terlihat lebih tirus dibandingkan saat dia melihatnya di hari bersalju.Joe menyentuh wajahnya dengan ujung jari. Saat kulitnya bersentuhan dengan kulit Marcella, barulah dia menyadari betapa dia mer
Ekspresi Joe terlihat lembut dan tampak seperti ayah yang penyayang. Joe menyukai anak yang dilahirkan Marcella untuknya.Joe berharap dirinya bisa menjaga Marcella dan putrinya. Dia ingin hidup bersama mereka. Joe tidak pernah menginginkan kehangatan keluarga seperti sekarang ini. Mungkin ini karena faktor usia.Marcella tidak menanggapi ucapan Joe. Kemudian, Joe berkata, "Marcella, aku sangat menyesal."Marcella bersandar di kepala tempat tidur. Di bawah cahaya lampu, wajahnya terlihat pucat. Marcella tersenyum dan menimpali, "Kamu menyesal karena waktu itu kamu yang mengajukan perceraian?""Joe, kalaupun kamu nggak mengajukannya, aku juga mau cerai. Waktu itu, pernikahan kita nggak bisa diselamatkan lagi. Siapa pun yang mengajukan perceraian, pernikahan kita tetap akan berakhir," lanjut Marcella.Joe melihat putrinya. Olivia sudah bangun. Bayi yang baru lahir tidak bisa melihat sesuatu yang jaraknya di luar 20 sentimeter.Namun, sepertinya Olivia sangat menyukai aroma dari tubuh Joe
Mereka berdua terdiam untuk waktu yang lama. Joe meletakkan kunci mobilnya di atas meja, lalu membersihkan bokong Olivia dan mengoles obat di bokongnya.Joe menepuk bokong Olivia dengan lembut dan berkata kepada Marcella, "Paling lama 2 jam."Marcella tidak menghentikan Joe lagi. Dia berjalan ke depan jendela dengan perlahan. Hujan makin lebat. Marcella menyentuh kaca jendela dan berbisik, "Hati-hati di jalan."Suara Marcella sangat kecil, tetapi Joe bisa mendengarnya. Joe memakai jaket hitam. Tak lama kemudian, Marcella melihat Joe berjalan ke mobilnya di lantai bawah. Dia terus mengamati Joe.Joe yang berada di lantai bawah hendak membuka pintu mobil, tetapi sepertinya dia bisa merasakan tatapan Marcella. Joe memegang gagang pintu mobil dan mendongak. Dia memandang Marcella.Hujan membasahi jaket Joe, tetapi Joe sama sekali tidak peduli. Sebenarnya, Joe tidak bisa melihat Marcella dengan jelas karena dihalangi air hujan. Namun, dia tahu Marcella menunggunya kembali.Jantung Joe berde
Joe menunduk memperhatikan diri sendiri. Jaket yang dia kenakan memang sangat basah. Dia langsung membalas Marcella, "Hujan di luar belum berhenti. Pulang pergi pasti akan basah. Nanti aku mandi air hangat saja."Joe takut anaknya akan ikut basah, jadi dia melepaskan jaket hitamnya. Dia mengenakan kemeja putih dan celana panjang. Potongan dan bahan pakaian berkualitas menonjolkan bentuk tubuh yang ramping dan kekar. Melihatnya saja membuat orang merasa puas.Joe tidak peduli dengan tatapan perawat. Dia membuka kotak karton dan mengeluarkan popok yang bersih. Setelah mencuci tangan, dia baru menggendong putri kesayangannya. Dia mulai mengganti popok Olivia dengan terampil.Olivia sedang tidur nyenyak. Suasana hatinya tidak baik karena terbangun. Dia menggeliat beberapa saat di telapak tangan Joe, lalu menangis. Sesudah itu, dia menendang dua kaki kecilnya. Dia dirawat dengan baik sehingga kedua kaki kecilnya sangat kuat.Di bawah cahaya, tatapan Joe tampak lembut. Dia tidak berhenti mem
Marcella tidak bisa menjawab.Joe tidak mempersulit Marcella. Dia hanya menemani Marcella dan Olivia dengan tenang. Setelah Marcella selesai menyusui Olivia, Joe membantu Marcella mengaitkan kancing baju dengan perhatian.Joe juga membantu Olivia mengganti popok. Sesudah itu, Joe meletakkan Olivia di ranjangnya dan menidurkannya. Ketika menidurkan Olivia, Joe menatap wajah kecil putrinya sembari berujar pada Marcella, "Aku nggak tenang kalau orang lain yang menjaganya."Sebuah kalimat sederhana, tetapi mengandung makna yang dalam. Ada rasa kedekatan yang sulit dijelaskan.Marcella tidak bisa mengusir Joe. Setelah keluar dari rumah sakit, Joe tidak mungkin terus tinggal di rumah Marcella. Marcella hanya perlu bertahan sebentar lagi ....Malam makin hening. Lampu berangsur padam dan hanya menyisakan satu lampu kecil berwarna kuning. Pada malam yang sunyi, napas mereka berdua terdengar jelas. Ketika Marcella hendak tidur, dia mendengar Joe menghela napas."Aku sangat senang saat kamu menu
Tubuh Marcella menegang. Beberapa saat kemudian, dia sadar dan berusaha melepaskan diri seraya memanggil, "Joe?"Joe sama sekali tidak peduli dengan kepanikan Marcella. Wajah tampannya bersandar di bahu Marcella. Selendang wol berkualitas itu membuat Joe merasa nyaman. Dia mengencangkan lengannya dan memeluk Marcella lebih erat.Joe berucap dengan suara serak dan maskulin, "Ikut aku kembali ke Kota Brata dan hidup di sana. Kota Brata memiliki pengobatan dan pendidikan terbaik. Itu tempat terbaik bagi Olivia untuk tumbuh .... Oke?" Selesai berbicara, Joe menatap Marcella lekat-lekat.Marcella menunduk sembari membalas, "Lepaskan aku dulu."Namun, bagaimana mungkin Joe mau melepaskan Marcella begitu saja setelah memeluknya dengan susah payah?Joe tidak melepaskan pelukan Marcella, sebaliknya justru memeluknya lebih erat. Kedua tubuh mereka menempel satu sama lain, begitu dekat seperti saat mereka menjadi sepasang suami istri.Marcella tidak berdaya. Dia hanya bisa mengabaikan pengaruh ya
Marcella yang baru menjadi ibu muda tidak rela untuk tidur. Dia ingin terus mengawasi putrinya.Lampu di kamar telah diredupkan. Joe menghampiri sofa dan berbaring di sana. Sambil memejamkan matanya, dia bergumam, "Tidurlah, aku akan gendong Olivia ke tempat tidurmu malam nanti."Sebelum Marcella bisa menolak, Joe tampaknya sudah tertidur. Di tengah keremangan, Marcella melihatnya berbaring dengan tenang di sofa.Seperti biasa, satu tangan Joe dijulurkan untuk menggoyang tempat tidur Olivia dengan lembut. Sikap pria itu membuat perasaan Marcella campur aduk.Hati manusia tidak terbuat dari batu. Marcella tentu saja merasakan kasih sayang Joe pada Olivia dan perhatian pria itu padanya.Namun, segala selalu sudah terlambat untuk mereka. Hubungan yang dijalin kembali demi anak tidak akan kokoh.Marcella tidak ingin mempertaruhkan masa depannya sendiri. Dia harus mencari cara untuk bicara baik-baik dengan Joe. Harus ada batasan yang jelas di antara mereka.Misalnya, Joe bisa bertemu Olivia
Marcella harus akui, dia sedikit terharu. Bagaimanapun juga, Joe bersedia mengesampingkan segalanya demi menemaninya bersalin dan melewati masa nifas.Joe menjaga Olivia siang dan malam. Berkat pria itu, Marcella segera pulih dalam dua minggu terakhir dan tubuhnya juga menjadi lebih bugar.Jika harus jujur, para wanita tidak akan mampu menolak kelembutan seorang pria seperti ini. Begitu pula dengan Marcella.Dengan wajah mereka yang begitu dekat, tubuhnya yang dipeluk dan diselimuti kehangatan, serta mendengar kata-kata manis Joe, bagaimana mungkin Marcella tidak tergerak?Namun, sisi rasional Marcella masih bekerja. Dia mendorongnya Joe dengan lembut dan berkata, "Aku nggak menyukaimu lagi."Marcella ingin bangun, tetapi Joe tidak mau melepaskannya. Ketika pria itu hendak menciumnya lagi, kali ini Marcella tidak mengizinkannya.Marcella menutupi bibir ranumnya dengan telapak tangannya yang mulus dan berujar, "Joe, kalau kamu bersikap seperti ini lagi, aku terpaksa harus pindah ke temp