Marcella menjawab tanpa menengadah, "Aku nggak punya nafsu makan.""Kamu tetap harus makan sedikit." Joe berjalan menghampiri Marcella. Dia mengambil buku dari tangan istrinya, lalu bertutur dengan sangat lembut, "Aku minta pembantu untuk antarkan makanan ke kamar. Setidaknya makan sedikit."Marcella bertanya kepada Joe apakah dia sudah makan.Joe melepaskan jasnya, lalu duduk berhadapan dengan Marcella. Dia tidak menceritakan dirinya sudah makan di luar, apalagi mengenai dirinya menemui pengacara.Kala ini, Joe ingin lebih sering menemani istrinya. Meskipun pernikahannya telah berada di ambang kehancuran, dia masih ingin berjuang untuk mempertahankannya.Namun, Joe tahu jelas bahwa penebusan ini tidak ada hubungannya dengan cinta. Dia hanya merasa bersalah pada istrinya. Mereka berdua tidak keberatan.Joe turun sebentar. Ketika dia kembali ke kamar utama lantai dua, Marcella masih membaca buku. Kali ini dia tidak mengambil buku dari tangan istrinya, melainkan berucap, "Kalau kamu mau
Marcella tidak menuruti permintaan Joe. Pernikahan mereka sudah mencapai titik akhir. Perasaan Marcella pada Joe telah lama pudar.'Jangan takut, aku akan selalu ada untukmu!' Joe mengatakan ini saat di telepon. Ucapan ini hanya sebuah harapan palsu. Kenyataannya, semua hanya angan-angan Marcella. Joe sama sekali tidak pernah mencintainya!Marcella tetap pada keputusannya untuk tidur di kamar tamu. Dia meninggalkan Joe di kamar utama. Suasana hati mereka berdua sedang tidak baik. Tidak ada yang tidur sepanjang malam.Keesokan harinya, Joe dan Marcella menikmati sarapan bersama untuk terakhir kali. Pagi ini sama seperti biasanya. Joe duduk di kursi utama dengan pakaian rapi. Gerakannya menunjukkan pesona seorang pria berwibawa. Sementara itu, Marcella terlihat memakai riasan tipis.Setelah hening beberapa saat, Joe memandang Marcella seraya bertutur, "Butuh waktu agar perusahaan tahu. Kita tinggal terpisah selama sebulan dulu. Mengenai kompensasi perceraian ...."Marcella menyela, "Aku
Marcella memiliki sifat introvert. Dia tidak pernah mengungkapkan perasaan dan kekecewaannya. Namun, Joe ingat betapa menawannya Marcella saat merasa jatuh cinta.Joe bertanya pada diri sendiri. Apakah dirinya tidak pernah jatuh cinta selama pernikahan ini?Pembantu mengetuk pintu sambil bertanya, "Tuan, sudah mau makan?"Joe menyahut dengan datar, "Sajikan semangkuk mi polos saja."Pembantu tahu bahwa suasana hati Joe sedang buruk karena akan bercerai, jadi dia tidak berani mengganggu. Ketika pembantu berbalik dan hendak pergi, Joe memanggilnya, "Apa istriku mengatakan sesuatu sebelum pergi?"Pembantu berpikir sejenak, lalu menggelengkan kepala seraya menjawab, "Nyonya nggak mengatakan apa-apa."Joe memberi isyarat kepada pembantu untuk pergi. Begitu pintu kamar tertutup, dia terbaring lemas di tempat tidur. Seprai telah diganti karena hubungan intim yang dilakukan kemarin malam. Tercium aroma detergen yang harum, tidak ada aroma Marcella yang tertinggal.Joe memalingkan wajahnya. Dia
Di kantor CEO Grup Chandra. Ketika Marcella masuk, Joe sedang berbicara dengan dua pengacara. Dia duduk di sofa dengan berwibawa. Ekspresinya memancarkan aura seorang profesional di dunia bisnis. Sementara itu, dua pengacara yang usianya lebih tua berbicara dengan hormat.Tasya mengingatkan dengan pelan, "Pak Joe, istrimu datang."Joe seketika menengadah dan bertemu pandang dengan Marcella. Mungkin karena sudah sebulan tidak bertemu, jadi dia melihatnya beberapa kali.Joe merasa istrinya jauh lebih kurus dan terlihat lelah. Dia bertanya dengan nada lembut, "Kamu kurang tidur akhir-akhir ini?""Lumayan cukup," jawab Marcella dengan suara rendah. Dia memandang meja di hadapan Joe. Ada setumpuk dokumen, sepertinya itu surat cerai mereka berdua.Joe masih menatap Marcella. Setelah beberapa saat, dia mengisyaratkan sekretarisnya menyeduhkan kopi untuk Marcella. Dia juga secara khusus meminta Kopi Mandailing.Marcella buru-buru menolak, "Nggak perlu." Dia sedang mengandung, tidak boleh minum
Joe tak kuasa berpikir, jika Marcelle tidak setuju setelah dia mengajukan perceraian, apakah dia akan tetap bersikeras? Dia sendiri tidak tahu.Di tengah keheningan, ponsel di atas meja kerjanya berbunyi. Joe berjalan ke arah meja dan mengambil ponsel. Begitu melihat itu adalah panggilan dari ayahnya, dia segera mengangkatnya.Suara Satya yang murka langsung terdengar. "Joe, dasar berengsek! Kamu bisa-bisanya menyuruh istrimu menandatangani surat cerai? Apa kamu sudah nggak waras?""Kamu pikir setelah cerai, kamu bisa menemukan wanita yang lebih baik dari Marcella? Padahal dulu, kamu sendiri yang bilang dia penurut dan baik," ujar Satya.....Joe menggenggam ponsel sambil memandang matahari terbenam di luar jendela. Butuh waktu lama sebelum dia akhirnya menjawab dengan suara serak, "Ayah, aku dan Marcella sudah nggak cocok."Joe menjelaskan, "Kalaupun sekarang nggak cerai, lalu baru cerai setelah kami punya anak, itu cuma akan menambah luka. Jadi, kenapa harus begitu?"Satya mendengus
Marcella segera menyadari apa yang terjadi .... Joe melihat Nanda dan jelas telah salah paham.Marcella berdiri di sana, sementara lampu jalan satu per satu mulai menyala di atasnya. Lampu-lampu itu menerangi wajah Marcella yang sudah pucat hingga kelihatan makin putih.Dengan jemari yang ramping, Marcella menggenggam ponselnya erat-erat dan menjawab, "Ya, bersama dia rasanya sangat baik."Marcella menarik napas dalam-dalam sebelum melanjutkan, "Setelah cerai, aku akan mencoba menjalin hubungan dengannya."Malam sudah makin larut ....Di dalam mobil yang terparkir di seberang jalan, mata Joe terlihat membeku seperti es. Dia menatap istrinya dengan tajam sambil mendengarkan bagaimana dia memuji pria lain.Joe mentertawakan dirinya sendiri .... Pernikahan mereka jelas sudah berakhir. Dia juga jelas-jelas tidak menyukai Marcella.Jadi, kenapa Joe masih peduli tentang Marcella akan menjalin hubungan dengan siapa setelah bercerai? Kenapa Joe peduli siapa yang ada di hatinya? Dia benar-benar
Sehari kemudian, Gracia yang bekerja untuk Satya datang menemui Marcella secara langsung. Dia mengatakan bahwa Satya telah mengatur jamuan makan khusus untuknya.Marcella merasa mertuanya selalu memperlakukannya dengan baik. Mereka juga pernah membantu ibunya, jadi dia merasa sudah seharusnya memenuhi undangan ini.Pada bulan Oktober yang berangin musim gugur, Marcella mengikuti Gracia keluar dari vila. Di depan vila, sebuah mobil berwarna hitam sudah menunggu.Gracia membukakan pintu belakang mobil untuknya dengan sopan, lalu berujar sambil tersenyum, "Silakan naik, Nyonya Chandra."Marcella masuk ke dalam mobil dan meminta agar Gracia tidak lagi memanggilnya dengan sebutan itu. Sebab, dia dan Joe sudah menandatangani perjanjian cerai.Namun, Gracia hanya tersenyum tanpa mengubah panggilannya. Mobil mereka melaju perlahan dan berhenti setengah jam kemudian di depan sebuah restoran ....Marcella terkejut. Restoran ini adalah tempat pertama kali dia bertemu dengan Joe untuk kencan buta.
Sebelum datang ke jamuan makan, Joe sudah menduga tujuan dari makan siang ini tetapi dia masih datang.Sebenarnya Joe sendiri tidak mengerti kenapa dia harus datang. Dia dan Marcella sudah menandatangani perjanjian cerai. Tidak peduli seberapa keras ayahnya mencoba, itu tidak akan mengubah kenyataan.Terlebih lagi, Marcella sudah mengakui bahwa dia berencana untuk menjalin hubungan dengan Nanda. Mereka berdua bekerja di bidang pendidikan sehingga memiliki banyak kesamaan. Kemungkinan besar mereka akan cocok satu sama lain.Joe berpikir, melepaskan Marcella adalah keputusan yang tepat demi kebaikan masing-masing. Kini, dia diam-diam mengamati Marcella.Setelah itu, Joe duduk dengan tenang dan memesan beberapa hidangan kepada manajer restoran. Entah apakah karena kebiasaan, dia bahkan memesan hidangan yang biasanya disukai oleh Marcella.Saat makanan dihidangkan, Satya meledek sambil tersenyum, "Kamu sama sekali nggak sungkan ya." Joe hanya tersenyum tanpa menjawab ayahnya.Tak lama kemu