"Kalau nggak mencintainya, kenapa kamu menipunya? Kamu memang berengsek!" maki Selvy dengan mata memerah.Joe hanya menatapnya. Dia berbalik menghadap jendela, lalu mengeluarkan sebatang rokok dari sakunya dan menyalakannya sambil menyahut, "Bukannya kebanyakan suami istri di kalangan kita memang begitu? Selvy, kamu juga tidur dengan Jose demi keuntungan, 'kan?"Joe terkekeh-kekeh dan menambahkan, "Jadi, kita semua sama busuknya. Nggak ada yang lebih bijaksana di sini."Selvy sungguh murka. Dia berkata, "Ini jelas nggak sama. Aku dan Jose nggak punya perjanjian nikah. Kami melakukannya atas dasar suka sama suka."Joe mengisap rokoknya, lalu berbalik menatap Selvy sambil bertanya dengan tidak acuh, "Terus, gimana aku dan Marcella bisa punya perjanjian nikah?""Selain karena aku memang membutuhkan seorang istri, kamu juga serakah, 'kan? Marcella nggak peduli pada harta Keluarga Orlando. Dia punya pekerjaan dan bisa menghidupi diri sendiri.""Selain itu, dengan kemampuanmu, kamu bisa meng
Joe seketika mematung. Ekspresinya terlihat masam. Tangannya masih memegang jubah mandi. Sesaat kemudian, dia baru keluar dari ruang ganti dan menatap istrinya.Marcella duduk di ranjang. Keduanya bertatapan. Dia mengulangi perkataannya, "Joe, kita bercerai saja.""Kenapa?" tanya Joe sambil menatap istrinya lekat-lekat. Wajah tampannya terlihat agak lelah. "Apa karena masalah hari itu? Aku akui aku agak kasar. Aku bersalah padamu dan anak kita. Tapi, aku bisa menebus kesalahanku."Marcella menggeleng dan menyahut, "Aku nggak butuh kompensasi apa pun. Aku sudah yakin pada keputusanku ini. Aku nggak menginginkan pernikahan seperti ini. Kamu nggak bersalah kok. Kamu nggak mencintaiku dan yang kuinginkan terlalu banyak ...."Apa benar-benar terlalu banyak? Marcella menerima pernikahan tanpa cinta ini, tetapi dia tetap membutuhkan perhatian suaminya, bukan panggilan telepon yang menyuruhnya untuk bersikap dewasa.Marcella tidak berani membayangkan seperti apa kehidupannya bersama Joe di mas
Joe mencium sudut bibir Marcella. Tubuh Marcella perlahan-lahan melemas. Pada akhirnya, Joe memeluknya dan berciuman intens dengannya. Dia tidak peduli pada penolakan Marcella dan ingin menguji seberapa patuh wanita ini.Setelah waktu yang lama, Joe akhirnya melepaskannya. Marcella menyeka bibirnya. Dulu dia selalu berdebar-debar saat mereka berciuman, tetapi sekarang tidak lagi.Joe mengelus wajah Marcella dan berkata, "Aku pergi mandi dulu."Marcella pun duduk di samping, memandang suaminya masuk ke kamar mandi. Sosok belakangnya tampak sempurna. Dia tahu banyak wanita yang terpana dengan Joe dan ingin menikah dengannya. Namun, tidak ada yang tahu bahwa hati Joe sudah mati sejak dulu.Marcella tersenyum. Sekitar 10 menit kemudian, Joe keluar dan Marcella sudah berbaring di ranjang. Di bawah sinar lampu yang redup, lekukan tubuh wanita itu tampak seksi. Hanya saja, mereka tidak boleh berhubungan badan karena Marcella baru mengalami keguguran.Masalahnya, Joe sudah lama tidak melakukan
Mana mungkin Nanda tidak memahami penolakan ini. Dia tidak ingin menyulitkan wanita yang sudah berkeluarga, apalagi melibatkannya dalam rumor. Jadi, Nanda tidak mengatakan apa-apa lagi dan hanya menatap Marcella berjalan pergi.Nanda berpikir, wanita sebaik Marcella seharusnya mendapat kebahagiaan. Dia pun tidak bisa menahan diri untuk memberinya perhatian.Melly membawakan sup untuk Marcella setiap hari. Faktanya, Melly tidak punya uang sebanyak itu untuk dihamburkan. Semua perut ikan itu dibeli oleh Nanda. Nanda menyuruh Melly memasaknya, lalu memberikannya kepada Marcella.Tentunya, Marcella tidak tahu dan diam-diam membayar Melly. Waktu terus berlalu. Nanda selalu menggunakan caranya sendiri untuk memberi Marcella perhatian.Kadang, Nanda akan mengobrol sebentar dengan Marcella saat keduanya bertemu. Marcella tentu menjaga jarak karena dirinya sudah punya suami. Namun, ketika seorang pria jatuh cinta, tatapan mereka tidak akan bisa berbohong. Itu sebabnya, seluruh sekolah tahu tent
Joe menunduk sambil menyentuh bungkusan pakaian bermerek itu. Sesaat kemudian, dia baru melepaskannya dan mengakhiri panggilan.Joe tahu dirinya dan Marcella jarang berkencan. Meskipun pernikahan mereka didasari keuntungan, Joe tidak membenci Marcella. Wanita ini memiliki pesona yang membuatnya merasa nyaman.Setelah Marcella mengalami keguguran, Joe bahkan meluangkan waktu untuk menemaninya. Hanya saja, Marcella tidak peduli pada usahanya ini.Setiap kali berciuman di ranjang, Marcella bahkan bersikap seperti tidak tertarik padanya. Joe pun curiga Marcella bisa ketiduran jika mereka berhubungan badan. Pernikahan seperti ini akan terlalu membosankan.....Pukul 6 malam, Joe pulang. Rolls Rayce hitam berhenti di halaman rumah. Joe turun dari mobil dan berjalan masuk.Pelayan segera mengambil jasnya dan melapor, "Tadi Tuan Gibson datang untuk mencari Nyonya. Aku memberitahunya Nyonya nggak ada di rumah."Joe bisa menebak bahwa Gibson datang untuk meminta bantuan. Dia bertanya, "Di mana M
Joe berdiri di bawah langit malam. Tidak terlihat jelas emosinya. Kemudian, dia merangkul lengan Marcella dan berpamitan dengan Nanda.Meskipun Nanda menyukai Marcella, wanita itu sudah berkeluarga. Dia tidak berani menunjukkan emosi yang berlebihan di depan Joe, jadi berkata dengan agak getir, "Bu Marcella, hati-hati di jalan."Marcella pun membalas, "Pak Nanda juga hati-hati di jalan."Setelah masuk ke mobil, Joe memasang sabuk pengaman sambil bertanya dengan santai, "Kenapa? Kamu nggak senang karena dia dipindahkan?"Marcella yang duduk di samping kursi pengemudi tampak memandang langit malam dengan wajah datar. Dia bertanya, "Apa maksudmu, Joe? Kamu sengaja memindahkannya?""Ya." Joe tidak membantah. "Memang aku yang membuatnya pindah. Ini karena dia menyukai istriku. Sebagai pria, terutama yang berada di posisi tinggi sepertiku, nggak ada yang bisa menerima istrinya disukai oleh pria lain.""Aku nggak pernah punya hubungan istimewa dengannya," gumam Marcella dengan mata memerah.J
Marcella tidak bergerak. Joe menoleh menatapnya, lalu mencondongkan tubuh untuk membantu membuka pintu. Dia berujar, "Turun."Marcella melepaskan sabuk pengamannya. Dia turun dan berjalan masuk dengan perlahan. Joe pun mengisap rokok sambil memandang sosok belakang istrinya.Punggung Marcella tampak tegak, tetapi memancarkan aura kesepian. Segera, tatapan Joe menjadi mendalam. Dia tidak tahu harus melakukan apa pada Marcella.Sepertinya tidak pernah ada cinta di antara mereka. Jika bercerai, Joe tidak menginginkannya. Joe hampir tidak pernah dilema seperti ini.Setelah mengisap 2 atau 3 batang rokok, Joe baru turun dari mobil. Akan tetapi, dia tidak melihat Marcella di ruang tamu. Pelayan juga sedang merapikan meja makan.Ketika melihat Joe, pelayan pun melapor dengan lirih, "Sepertinya Nyonya lagi nggak senang. Soalnya dia cuma makan beberapa suap."Joe mendongak memandang lantai 2. Sesaat kemudian, dia naik dan mendorong pintu kamar. Tidak ada sosok Marcella, tetapi terdengar suara a
Satya menelepon Joe. Joe meletakkan satu tangan di samping tubuh Marcella, lalu memegang ponsel dengan tangan yang satu lagi. Tatapannya masih tertuju pada Marcella.Terdengar suara Satya yang panik dari ujung telepon. Satya menyuruh mereka pulang karena terjadi sesuatu pada Vloryne. Dia tidak bisa menjelaskan di telepon karena masalahnya terlalu rumit.Joe mengakhiri panggilan, lalu berbaring di samping Marcella dan mengembuskan napas panjang. Kemudian, dia berkata, "Kita harus pulang."Marcella merasa lega. Dia tidak ingin berhubungan badan dengan Joe, juga tidak ingin disentuhnya. Dia memandang langit-langit dengan tenang dan mengiakan.Joe menoleh menatapnya dengan tatapan mendalam.....Setengah jam kemudian, Joe dan Marcella tiba di rumah lama. Meskipun sudah larut malam, seisi rumah masih terang benderang. Begitu masuk, keduanya langsung mendengar teriakan Satya. "Aku mau kalian pisah!"Ekspresi Joe menjadi masam. Dia melirik sekilas istrinya, lalu bergegas menuju ke ruang tamu.