Joe mencium sudut bibir Marcella. Tubuh Marcella perlahan-lahan melemas. Pada akhirnya, Joe memeluknya dan berciuman intens dengannya. Dia tidak peduli pada penolakan Marcella dan ingin menguji seberapa patuh wanita ini.Setelah waktu yang lama, Joe akhirnya melepaskannya. Marcella menyeka bibirnya. Dulu dia selalu berdebar-debar saat mereka berciuman, tetapi sekarang tidak lagi.Joe mengelus wajah Marcella dan berkata, "Aku pergi mandi dulu."Marcella pun duduk di samping, memandang suaminya masuk ke kamar mandi. Sosok belakangnya tampak sempurna. Dia tahu banyak wanita yang terpana dengan Joe dan ingin menikah dengannya. Namun, tidak ada yang tahu bahwa hati Joe sudah mati sejak dulu.Marcella tersenyum. Sekitar 10 menit kemudian, Joe keluar dan Marcella sudah berbaring di ranjang. Di bawah sinar lampu yang redup, lekukan tubuh wanita itu tampak seksi. Hanya saja, mereka tidak boleh berhubungan badan karena Marcella baru mengalami keguguran.Masalahnya, Joe sudah lama tidak melakukan
Mana mungkin Nanda tidak memahami penolakan ini. Dia tidak ingin menyulitkan wanita yang sudah berkeluarga, apalagi melibatkannya dalam rumor. Jadi, Nanda tidak mengatakan apa-apa lagi dan hanya menatap Marcella berjalan pergi.Nanda berpikir, wanita sebaik Marcella seharusnya mendapat kebahagiaan. Dia pun tidak bisa menahan diri untuk memberinya perhatian.Melly membawakan sup untuk Marcella setiap hari. Faktanya, Melly tidak punya uang sebanyak itu untuk dihamburkan. Semua perut ikan itu dibeli oleh Nanda. Nanda menyuruh Melly memasaknya, lalu memberikannya kepada Marcella.Tentunya, Marcella tidak tahu dan diam-diam membayar Melly. Waktu terus berlalu. Nanda selalu menggunakan caranya sendiri untuk memberi Marcella perhatian.Kadang, Nanda akan mengobrol sebentar dengan Marcella saat keduanya bertemu. Marcella tentu menjaga jarak karena dirinya sudah punya suami. Namun, ketika seorang pria jatuh cinta, tatapan mereka tidak akan bisa berbohong. Itu sebabnya, seluruh sekolah tahu tent
Joe menunduk sambil menyentuh bungkusan pakaian bermerek itu. Sesaat kemudian, dia baru melepaskannya dan mengakhiri panggilan.Joe tahu dirinya dan Marcella jarang berkencan. Meskipun pernikahan mereka didasari keuntungan, Joe tidak membenci Marcella. Wanita ini memiliki pesona yang membuatnya merasa nyaman.Setelah Marcella mengalami keguguran, Joe bahkan meluangkan waktu untuk menemaninya. Hanya saja, Marcella tidak peduli pada usahanya ini.Setiap kali berciuman di ranjang, Marcella bahkan bersikap seperti tidak tertarik padanya. Joe pun curiga Marcella bisa ketiduran jika mereka berhubungan badan. Pernikahan seperti ini akan terlalu membosankan.....Pukul 6 malam, Joe pulang. Rolls Rayce hitam berhenti di halaman rumah. Joe turun dari mobil dan berjalan masuk.Pelayan segera mengambil jasnya dan melapor, "Tadi Tuan Gibson datang untuk mencari Nyonya. Aku memberitahunya Nyonya nggak ada di rumah."Joe bisa menebak bahwa Gibson datang untuk meminta bantuan. Dia bertanya, "Di mana M
Joe berdiri di bawah langit malam. Tidak terlihat jelas emosinya. Kemudian, dia merangkul lengan Marcella dan berpamitan dengan Nanda.Meskipun Nanda menyukai Marcella, wanita itu sudah berkeluarga. Dia tidak berani menunjukkan emosi yang berlebihan di depan Joe, jadi berkata dengan agak getir, "Bu Marcella, hati-hati di jalan."Marcella pun membalas, "Pak Nanda juga hati-hati di jalan."Setelah masuk ke mobil, Joe memasang sabuk pengaman sambil bertanya dengan santai, "Kenapa? Kamu nggak senang karena dia dipindahkan?"Marcella yang duduk di samping kursi pengemudi tampak memandang langit malam dengan wajah datar. Dia bertanya, "Apa maksudmu, Joe? Kamu sengaja memindahkannya?""Ya." Joe tidak membantah. "Memang aku yang membuatnya pindah. Ini karena dia menyukai istriku. Sebagai pria, terutama yang berada di posisi tinggi sepertiku, nggak ada yang bisa menerima istrinya disukai oleh pria lain.""Aku nggak pernah punya hubungan istimewa dengannya," gumam Marcella dengan mata memerah.J
Marcella tidak bergerak. Joe menoleh menatapnya, lalu mencondongkan tubuh untuk membantu membuka pintu. Dia berujar, "Turun."Marcella melepaskan sabuk pengamannya. Dia turun dan berjalan masuk dengan perlahan. Joe pun mengisap rokok sambil memandang sosok belakang istrinya.Punggung Marcella tampak tegak, tetapi memancarkan aura kesepian. Segera, tatapan Joe menjadi mendalam. Dia tidak tahu harus melakukan apa pada Marcella.Sepertinya tidak pernah ada cinta di antara mereka. Jika bercerai, Joe tidak menginginkannya. Joe hampir tidak pernah dilema seperti ini.Setelah mengisap 2 atau 3 batang rokok, Joe baru turun dari mobil. Akan tetapi, dia tidak melihat Marcella di ruang tamu. Pelayan juga sedang merapikan meja makan.Ketika melihat Joe, pelayan pun melapor dengan lirih, "Sepertinya Nyonya lagi nggak senang. Soalnya dia cuma makan beberapa suap."Joe mendongak memandang lantai 2. Sesaat kemudian, dia naik dan mendorong pintu kamar. Tidak ada sosok Marcella, tetapi terdengar suara a
Satya menelepon Joe. Joe meletakkan satu tangan di samping tubuh Marcella, lalu memegang ponsel dengan tangan yang satu lagi. Tatapannya masih tertuju pada Marcella.Terdengar suara Satya yang panik dari ujung telepon. Satya menyuruh mereka pulang karena terjadi sesuatu pada Vloryne. Dia tidak bisa menjelaskan di telepon karena masalahnya terlalu rumit.Joe mengakhiri panggilan, lalu berbaring di samping Marcella dan mengembuskan napas panjang. Kemudian, dia berkata, "Kita harus pulang."Marcella merasa lega. Dia tidak ingin berhubungan badan dengan Joe, juga tidak ingin disentuhnya. Dia memandang langit-langit dengan tenang dan mengiakan.Joe menoleh menatapnya dengan tatapan mendalam.....Setengah jam kemudian, Joe dan Marcella tiba di rumah lama. Meskipun sudah larut malam, seisi rumah masih terang benderang. Begitu masuk, keduanya langsung mendengar teriakan Satya. "Aku mau kalian pisah!"Ekspresi Joe menjadi masam. Dia melirik sekilas istrinya, lalu bergegas menuju ke ruang tamu.
Kamar tidur paling timur di lantai 3 adalah kamar Joe. Marcella sedang menghibur Vloryne. Joe berdiri di balkon sambil merokok dan memandang ORV yang terparkir di depan halaman.Seorang pria turun dari mobil itu. Dari sosoknya, pria itu seharusnya adalah Devon. Devon berdiri di tengah-tengah hujan. Setelah berdiri sekitar 10 menit, dia menyeka wajahnya dan mengeluarkan ponselnya untuk menjawab panggilan.Joe memandangnya dengan tenang. Dia melihat Devon mengakhiri panggilan, lalu naik ke mobilnya dan pergi. Seharusnya ada urusan mendesak yang mengharuskannya pergi.Devon adalah seorang guru. Hal ini membuat Joe teringat pada Nanda, pria yang menyukai istrinya. Joe memegang rokok sambil mengisapnya dengan pelan. Tidak terlihat ekspresi apa pun pada wajah tampannya. Setelah mobil Devon pergi, dia baru berbalik menatap istri dan adiknya.Vloryne mungkin tahu dirinya akan dikirim ke Italeo. Dengan mata berkaca-kaca, dia berkata kepada Marcella, "Kak, aku benar-benar menyukainya. Wanita itu
Saat ini, Clara masuk dan membawa Vloryne keluar. Hanya tersisa Joe dan Marcella di kamar yang begitu luas.Marcella masih berdiri di tempat yang sama. Joe pun pergi mandi. Ketika dia keluar, Marcella sudah berbaring di ranjang. Mungkin untuk menghindari Joe, wanita itu sampai membelakanginya dan meringkuk di dalam selimut.Joe menjulurkan tangan untuk menutup lampu. Seketika, kamar menjadi gelap gulita. Marcella bisa merasakan napas panas suaminya di belakang lehernya.Sesaat kemudian, terdengar suara Joe. "Apa pendapatmu tentang masalah Vloryne? Apa kita harus merestui mereka kalau mereka memang saling mencintai?"Setelah hening sejenak, Marcella bertanya balik, "Sebenarnya apa yang ingin kamu tanyakan? Terus terang saja."Joe tidak merespons. Marcella pun tidak merasakan napas panas di belakangnya lagi. Joe berbaring sambil memandang langit-langit. Pikirannya dipenuhi adegan saat Marcella dan Nanda berjalan berdampingan.Joe bertanya apakah Marcella pernah menyukai Nanda atau tidak,