Marcella mengelus perutnya yang masih rata. Di dalam sana mungkin sedang mengandung darah daging Joe. Ini adalah hal yang paling dinanti-nantikan oleh pria itu. Joe pasti akan senang sekali jika mengetahuinya.Setelah anak ini dilahirkan, apakah hubungan mereka akan lebih mesra? Marcella tidak ingin anaknya mengalami hal yang sama dengan dirinya. Dia berharap anaknya ini memiliki kasih sayang yang utuh dari orang tuanya dan memiliki masa kanak-kanak yang bahagia.Tidak ada pertengkaran yang tiada habisnya, apalagi dihantui rasa takut.Meski Joe tidak mencintainya, Marcella merasa Joe pasti akan menjadi seorang ayah yang baik.Mengingat bahwa dirinya kemungkinan sedang hamil, Marcella jadi lebih berhati-hati. Biasanya dia suka memakai pakaian yang feminin seperti gaun, stoking, dan sepatu hak tinggi. Namun demi berjaga-jaga, Marcella memilih untuk mengenakan sepatu datar. Bahkan jaketnya juga diganti dengan yang lebih longgar dan nyaman.Setelah berganti pakaian, dia turun untuk sarapan
"Nggak enak badan?" Ariel dengan refleks membawakan tas di tangan Marcella, lalu membaliknya untuk membaca sekilas. Setelah itu, dia turut merasa bahagia untuk pasangan pengantin baru ini, "Kamu hamil? Kenapa Joe nggak menemanimu datang? Keterlaluan sekali."Marcella buru-buru menjawab, "Pagi ini baru terasa reaksinya, dia belum tahu."Ariel tersenyum tipis, lalu menimpali, "Kalau begitu cepat beri tahu kabar baik ini padanya. Joe pasti akan sangat senang."Marcella merasa agak malu.Ini adalah kabar gembira, jadi Ariel tidak ingin ikut campur. Dia berpikir seharusnya Marcella yang memberi tahu Joe secara langsung. Kebetulan, Ariel juga masih ada urusan lain yang harus diselesaikannya, jadi dia segera berpamitan dengan Marcella.Setelah memastikan dirinya hamil, Marcella menjadi lebih hati-hati dalam segala tindakannya. Setelah masuk ke mobil, dia berkata kepada Hendri, "Pergi ke Grup Chandra."Hendri memutar setirnya sembari bercanda, "Akhir-akhir ini hubungan Nyonya dan Tuan mesra se
Dengan suara gemetaran, Marcella berkata, "Aku keguguran."Namun, suara hujan dan petir yang bergemuruh membuat suaranya tidak kedengaran sama sekali. Joe memegang ponselnya sambil berdiri di koridor kaca sebuah klub bisnis.Di balik kaca jendela, hujan badai dan petir terus menyambar. Sementara itu, semua lampu di dalam klub telah padam. Semua orang sedang berusaha untuk menghidupkan lampu dengan daya cadangan. Selain itu, Joe baru saja bertemu dengan Selvy.Manajer humas yang baru tampaknya tidak menyadari batasan yang diinginkan Joe. Dia malah membawa aktris yang pernah mencoba mencium Joe ke acara tersebut. Aktris itu mungkin ingin memperbaiki hubungannya dengan orang-orang berpengaruh, sehingga dia benar-benar datang untuk menemani para bos untuk minum.Joe tidak bisa banyak berkomentar. Namun tak disangka, Selvy kebetulan melihat mereka sedang dalam perjamuan bisnis.Saat Marcella menelepon, tentu saja Joe berpikir bahwa istrinya sedang memeriksa keberadaannya dan merasa kesal ka
"Mana Joe?" teriak Satya terhadap Tasya di ujung telepon."Di mana dia sekarang? Negosiasi? Istrinya sudah keguguran, untuk apa lagi dia negosiasi? Apa uang bisa dibawa mati? Ponselnya dimatikan, kamu cepat telepon sekretaris keduanya.""Kalau sekretarisnya juga matikan ponsel, kamu segera ke klub bisnis untuk cari dia. Bilang sama Joe, istrinya sedang keguguran, bukan flu biasa!"Tasya terkejut mendengar hal itu. Dia buru-buru menghubungi sekretaris kedua Joe dan untungnya berhasil. Kebetulan saat itu negosiasi Joe telah selesai dan hasilnya sangat memuaskan. Saat menjawab telepon Tasya, nada bicaranya terdengar santai, "Ada apa Tasya?"Tasya membuka mulutnya perlahan. Butuh beberapa saat sebelum Tasya akhirnya berkata dengan suara gemetar, "Pak Joe, terjadi masalah gawat. Bu Marcella ... keguguran."....Ponsel Joe terjatuh dari tangannya. Di hadapan semua orang, dia kehilangan kendali ....Setelah beberapa saat kemudian, Joe memungut kembali ponselnya dengan mata berkaca-kaca dan s
Marcella memalingkan wajahnya. Dia tidak ingin melihat ataupun mendengar suara Joe sekarang. Dalam hatinya sebenarnya sangat paham bahwa anak ini mungkin tetap tidak akan bisa diselamatkan, meski tidak terjadi kecelakaan seperti ini. Namun, ucapan Joe telah menyakiti hatinya dan pernikahan tanpa cinta ini.Ya, pernikahan ini memang tidak didasari dengan perasaan cinta.Dulu saat Joe memberinya kalung itu dan mengucapkan kata-kata manis, Marcella benar-benar percaya bahwa masih ada perasaan cinta di antara mereka. Marcella merasa dirinya terlalu naif saat itu.Joe pernah menjalani hubungan selama enam tahun dengan kekasih masa kecilnya. Pernikahan mereka hanyalah untuk kepentingan bisnis. Namun, Marcella malah berharap masih ada perasaan cinta dalam hubungan mereka. Sekarang, Marcella baru menyadari betapa naif dan serakahnya dirinya.Dia tidak akan pernah lagi berpikir seperti itu!Joe berjongkok di samping Marcella sambil memegang telapak tangannya. Berhubung baru saja keguguran, tela
"Kalau nggak mencintainya, kenapa kamu menipunya? Kamu memang berengsek!" maki Selvy dengan mata memerah.Joe hanya menatapnya. Dia berbalik menghadap jendela, lalu mengeluarkan sebatang rokok dari sakunya dan menyalakannya sambil menyahut, "Bukannya kebanyakan suami istri di kalangan kita memang begitu? Selvy, kamu juga tidur dengan Jose demi keuntungan, 'kan?"Joe terkekeh-kekeh dan menambahkan, "Jadi, kita semua sama busuknya. Nggak ada yang lebih bijaksana di sini."Selvy sungguh murka. Dia berkata, "Ini jelas nggak sama. Aku dan Jose nggak punya perjanjian nikah. Kami melakukannya atas dasar suka sama suka."Joe mengisap rokoknya, lalu berbalik menatap Selvy sambil bertanya dengan tidak acuh, "Terus, gimana aku dan Marcella bisa punya perjanjian nikah?""Selain karena aku memang membutuhkan seorang istri, kamu juga serakah, 'kan? Marcella nggak peduli pada harta Keluarga Orlando. Dia punya pekerjaan dan bisa menghidupi diri sendiri.""Selain itu, dengan kemampuanmu, kamu bisa meng
Joe seketika mematung. Ekspresinya terlihat masam. Tangannya masih memegang jubah mandi. Sesaat kemudian, dia baru keluar dari ruang ganti dan menatap istrinya.Marcella duduk di ranjang. Keduanya bertatapan. Dia mengulangi perkataannya, "Joe, kita bercerai saja.""Kenapa?" tanya Joe sambil menatap istrinya lekat-lekat. Wajah tampannya terlihat agak lelah. "Apa karena masalah hari itu? Aku akui aku agak kasar. Aku bersalah padamu dan anak kita. Tapi, aku bisa menebus kesalahanku."Marcella menggeleng dan menyahut, "Aku nggak butuh kompensasi apa pun. Aku sudah yakin pada keputusanku ini. Aku nggak menginginkan pernikahan seperti ini. Kamu nggak bersalah kok. Kamu nggak mencintaiku dan yang kuinginkan terlalu banyak ...."Apa benar-benar terlalu banyak? Marcella menerima pernikahan tanpa cinta ini, tetapi dia tetap membutuhkan perhatian suaminya, bukan panggilan telepon yang menyuruhnya untuk bersikap dewasa.Marcella tidak berani membayangkan seperti apa kehidupannya bersama Joe di mas
Joe mencium sudut bibir Marcella. Tubuh Marcella perlahan-lahan melemas. Pada akhirnya, Joe memeluknya dan berciuman intens dengannya. Dia tidak peduli pada penolakan Marcella dan ingin menguji seberapa patuh wanita ini.Setelah waktu yang lama, Joe akhirnya melepaskannya. Marcella menyeka bibirnya. Dulu dia selalu berdebar-debar saat mereka berciuman, tetapi sekarang tidak lagi.Joe mengelus wajah Marcella dan berkata, "Aku pergi mandi dulu."Marcella pun duduk di samping, memandang suaminya masuk ke kamar mandi. Sosok belakangnya tampak sempurna. Dia tahu banyak wanita yang terpana dengan Joe dan ingin menikah dengannya. Namun, tidak ada yang tahu bahwa hati Joe sudah mati sejak dulu.Marcella tersenyum. Sekitar 10 menit kemudian, Joe keluar dan Marcella sudah berbaring di ranjang. Di bawah sinar lampu yang redup, lekukan tubuh wanita itu tampak seksi. Hanya saja, mereka tidak boleh berhubungan badan karena Marcella baru mengalami keguguran.Masalahnya, Joe sudah lama tidak melakukan