Anak laki-laki? Tebersit kesedihan dalam hati Marcella. Dia tidak ingin melihat ibunya sedih, jadi hanya mengiakannya.Karena akan menginap di rumahnya, Marcella pun menelepon Joe pada pukul 4 sore. Dia memberi tahu Joe tentang rencananya dan berkata, "Hendri nggak perlu repot-repot datang kemari besok pagi. Aku akan menyuruh sopir keluargaku mengantarku."Di ruang kantor Presdir Grup Chandra, Joe memegang ponsel mendengarkan istrinya sambil memeriksa dokumen di meja. Dia merasa tidak ada masalah lagi, jadi menandatanganinya dan menyerahkannya kepada Tasya."Fotokopi dokumen ini dan bagikan kepada para staf," instruksi Joe. Tasya tidak langsung pergi. Dia bertanya dengan lirih, "Malam ini ada pesta akhir tahun di perusahaan. Apa Bu Marcella akan hadir?"Joe telah mengakhiri panggilannya. Dia menyahut sambil tersenyum tipis, "Marcella menginap di rumah keluarganya. Lain kali saja."Tasya pun tidak berbicara lagi. Dia keluar dengan membawa dokumen itu. Setelah Tasya pergi, Joe bersandar
Marcella diam-diam mengamati. Ternyata tadi malam adalah pesta akhir tahun Grup Chandra, tetapi Joe tidak menyebutkannya sama sekali di telepon .... Sepertinya Joe memang tidak berniat mengundangnya.Marcella pun teringat dengan satu dialog dari televisi .... "Ternyata aku yang nggak pantas!"Dalam hatinya, Marcella merasa sedikit tidak nyaman. Meskipun pernikahan mereka tidak didasarkan pada cinta, suaminya malah dicium oleh seorang artis wanita di depan umum.Berita tersebut bahkan sampai muncul di koran. Jelas, itu merupakan bentuk ketidakhormatan dan pengabaian terhadap istri. Jika tidak, mana mungkin berita semacam itu bisa muncul? Bagaimanapun, tim humas Grup Chandra tidak bisa diremehkan.Namun, Marcella hanya merasa sedikit tidak nyaman saja. Terhadap hubungan pernikahan ini, dia tidak berani berharap terlalu banyak. Dia hanya merasa sedikit kecewa, sungguh hanya sedikit.Marcella melipat koran itu, lalu samar-samar mendengar rekan-rekannya bergosip dengan suara kecil. Mereka s
Pasangan suami istri itu makan malam dalam keheningan yang luar biasa. Pembantu rumah mencoba mencairkan suasana dengan beberapa lelucon, tetapi pasangan muda itu tidak menunjukkan senyuman. Itu sebabnya, mereka tidak berani berbicara lebih banyak.Saat hampir selesai makan, Joe meletakkan sumpitnya. Dia menatap istrinya sambil berucap pelan, "Itu difoto sama wartawan. Tadi malam, nggak terjadi apa-apa. Artis wanita itu nggak bakal diundang lagi sama perusahaan."Marcella tahu, ini adalah penjelasan Joe. Dia percaya pada kata-kata Joe. Sebab pada posisinya, dia tidak perlu berbohong kepada istrinya. Hanya saja, penjelasan tanpa perasaan ini dilontarkan Joe untuk istrinya, bukan secara khusus kepada Marcella.Wanita itu memahami hal ini dengan jelas. Dia hanya mengangguk pelan. Marcella tidak menyebut sedikit pun tentang dirinya yang tidak diundang. Dia bersikap sangat pengertian tanpa menanyakan apa pun.Joe sangat puas dengan istrinya yang bijaksana. Baginya, masalah ini sudah berlalu
Kemesraan pun berakhir. Di kamar tidur, hanya ada secercah cahaya remang. Di udara, masih tersisa aroma samar dari hubungan pria dan wanita.Joe berbaring untuk menenangkan diri. Dadanya yang berotot penuh dengan butiran keringat. Itu menunjukkan betapa keras usahanya tadi.Setelah agak tenang, Joe berbalik untuk memandang istrinya. Dia berucap pelan tentang hal pribadi suami istri, "Sudah beberapa waktu, kenapa belum hamil juga?"Joe mengelus perut istrinya yang rata dengan lembut. Dia sangat ingin memiliki seorang anak.Marcella masih terengah-engah. Mendengar kata-kata suaminya, dia membuka matanya dan menatap langit-langit yang gelap.Marcella menahan rasa pedih di matanya, lalu menjawab, "Mungkin belum waktunya.""Mungkin," ucap Joe yang menerima penjelasan itu. Dia mengajak istrinya mandi bersama agar menghemat waktu, tetapi Marcella menolak. Dia mengatakan bahwa dia tidak terbiasa mandi bersama.Joe tidak memaksa. Mereka berdua mandi secara terpisah di kamar mandi utama dan kama
Joe memicingkan matanya sedikit. Dia melihat istrinya sedang berbicara dengan seorang pria tampan di bawah pohon beringin. Ekspresinya tampak sangat santai, berbeda dengan saat dia berinteraksi dengan suaminya.Pria itu tampak sangat lembut dan kelihatannya bukan guru biasa. Selain itu, tatapannya terhadap Marcella juga terlihat penuh makna. Sorot matanya memancarkan kekaguman yang tidak bisa disembunyikan.Sesama pria memang lebih mengerti isi hati satu sama lain. Orang yang rela berbincang dengan wanita lain di cuaca sedingin ini di luar ruangan, sudah pasti menyimpan maksud tertentu. Joe tidak bisa menoleransi hal tersebut. Tanpa berniat memberi mereka waktu untuk berinteraksi lebih lama lagi, dia pun berjalan dengan langkah besar ke arah kedua orang itu."Marcella," panggilnya setelah berada di dekat mereka.Marcella menoleh dan melihat Joe dengan tertegun. Jelas sekali, dia tidak menyangka bahwa Joe akan datang untuk menjemputnya pulang kerja. Setelah beberapa saat kemudian, Joe m
"Lebih baik apa?" tanya Joe.Joe mengelus setirnya dengan pelan. Reaksinya terlihat santai dan wajah tampannya tidak menunjukkan emosi apa pun. Dia hanya menatap istrinya dengan tenang dan meneruskan pertanyaannya, "Lebih baik cerai? Supaya kamu bisa sama Nanda itu?"Ucapannya memang cukup membuat sakit hati.Marcella membuka pintu mobil dan hendak turun, tetapi pergelangan tangannya ditahan oleh seseorang. Dia menoleh pada Joe dengan mata berkaca-kaca. Dibandingkan dengan Marcella, reaksi Joe tampak jauh lebih tenang."Kamu marah?" tanya Joe. Jarang sekali dia berbicara seperti ini pada istrinya.Selama ini, mereka selalu saling menghormati satu sama lain. Namun, seorang artis, seorang wakil kepala sekolah, dan sekotak pil kecil berhasil menghancurkan hubungan mereka yang harmonis. Ternyata mereka bisa bertengkar, marah, dan cemburu seperti pasangan biasa pada umumnya. Meski semua itu lebih dominan karena alasan status mereka.Marcella adalah Nyonya Chandra. Joe tidak akan mengizinkan
Joe menerima tas yang berisi pesanannya, lalu mengangguk tanpa ekspresi dan membawa Marcella menuju lift. Di belakang mereka, beberapa karyawan Grup Chandra saling berbisik."Kukira dia bawa artis itu.""Sama.""Kalau dipikir-pikir, benar juga! Pak Joe baru menikah, wajar saja kalau masih mesra. Tapi siapa tahu ke depannya gimana?"....Tentu saja, obrolan yang tidak pantas ini tidak terdengar oleh Joe dan Marcella.Di dalam lift khusus presidential suite.Kantong tas yang berisikan kondom ukuran XXL terjatuh di lantai ....Punggung Marcella menempel pada dinding lift dengan Joe yang berdiri di hadapannya. Tubuh Joe yang tinggi, menjulang menutupi dirinya. Marcella hanya perlu mengangkat kepala sedikit untuk menyentuh dagu Joe.Joe memandangnya dari atas dengan tatapan yang dalam dan penuh hasrat. Marcella ingin mengalihkan pandangannya karena tidak tahan ditatap seperti itu oleh Joe. Namun, pria itu tidak mengizinkannya. Joe memegang dagu Marcella dengan pelan, kemudian menjatuhkan bi
Bagi pria seperti Joe, mengetahui bahwa istrinya menyukainya adalah hal yang sangat menggembirakan. Ini berarti dia tidak perlu mengeluarkan terlalu banyak usaha dalam pernikahan ini. Sebab, hati istrinya sudah ada padanya. Dengan begitu, dia tidak perlu khawatir tentang perselingkuhan atau masalah keturunan.Sesekali, dia akan meluangkan waktu untuk menghibur Marcella. Setelah Marcella melahirkan dua anak sebagai pewarisnya, Joe berencana untuk kembali fokus sepenuhnya pada pekerjaan.Pada saat itu, istrinya juga telah mendekati usia 30. Kepribadiannya juga pasti sudah lebih matang dan realistis. Pernikahan mereka pun akan menjadi lebih stabil. Joe merasa rencananya ini adalah rencana yang sempurna.Joe kembali menindih tubuh istrinya dan melakukannya sekali lagi.Mungkin karena telah menemukan cara berinteraksi yang cocok, dalam beberapa waktu ke depan, hubungan mereka berjalan dengan sangat baik. Hubungan mereka di ranjang juga terasa sangat harmonis.Setiap kali berhubungan intim,