Joe tidak membahas tentang insiden hari itu. Dia juga tidak berbasa-basi dengan Marcella. Dia menyuruh Marcella mandi dan sarapan karena mereka akan pergi ke rumah Keluarga Chandra nanti. Selain itu, mereka akan pergi membeli hadiah bersama.Marcella teringat bahwa hari ini adalah hari Alaia pulang ke rumahnya setelah menikah. Dia pun termangu. Namun, dia tidak akan bersaing dengan Alaia.Marcella hanya tersenyum dan pergi mandi. Ketika turun, Joe sudah menunggunya di ruang makan. Dia memegang segelas kopi sambil membaca koran.Mantel berwarna gelap digantung di atas kursi. Joe mengenakan kemeja putih. Penampilannya ini sungguh enak dipandang.Ketika Marcella mendekat, Joe melipat koran dan meliriknya. Dia melihat Marcella mengenakan gaun Chonel yang sama dengan hari pertemuan mereka. Sepertinya, pakaian bermereknya memang tidak banyak.Sorot mata Joe tampak mendalam. Dia berujar, "Sekarang masih pagi. Aku akan menemanimu jalan-jalan nanti."Mungkin karena kegagalan hubungannya dengan
Anak? Marcella tertegun. Dia teringat mereka tidak memakai kondom saat berhubungan badan. Jelas sekali, Joe memang menginginkan anak.Ketika membayar, Joe berkata dengan perlahan, "Kalau bisa, aku mau 2 anak. Yang pertama laki-laki, yang kedua perempuan."Marcella terdiam. Sesaat kemudian, Joe berbalik dan menatap Marcella sambil bertanya, "Kenapa? Apa ada masalah?"Marcella menunduk. Setelah memberanikan diri, dia baru mendongak dan bertanya balik, "Gimana kalau aku nggak bisa melahirkan anak laki-laki?"Ibu Marcella tidak punya anak laki-laki, bahkan mengalami distosia saat melahirkannya. Setelah itu, ibunya tidak bisa melahirkan lagi dan harus melewati kehidupan yang menyedihkan. Marcella tentu khawatir dirinya mengalami hal yang sama. Dia khawatir Joe membencinya.Joe menatapnya sambil tersenyum tipis, lalu menyahut, "Anak perempuan juga bagus. Lagian, masih ada Ivander yang bisa memberi Keluarga Chandra keturunan."Marcella merasa lega. Saat ini, staf toko Chonel mengeluarkan bebe
Air berhenti mengalir. Joe membuka pintu kamar mandi dan menghampiri Marcella. Jubah mandi Joe terbuka sedikit. Rambutnya agak basah. Bahkan, terlihat tetesan air yang menetes dari dagunya dan mengalir ke dadanya yang kekar.Joe menyeka rambutnya sambil menatap istrinya lekat-lekat. Marcella tidak terbiasa melakukannya di tempat yang terang. Itu sebabnya, Joe hanya menyalakan lampu yang redup. Cahaya lembut yang mengenai kulit putih Marcella membuatnya terlihat sangat memikat.Dinilai dari sudut pandang pria, kehidupan pernikahan mereka sebenarnya sangat harmonis. Meskipun istrinya bukan yang tercantik, Marcella memiliki tubuh yang seksi. Joe sangat menyukai reaksi dan ekspresinya saat bercinta. Itu sebabnya, pernikahan ini tidak termasuk membosankan.Selain itu, Marcella adalah wanita yang lembut, penurut, dan disiplin. Bisa dibilang, dia adalah sosok yang sempurna.Joe menyeka rambutnya hingga kering. Setelah melempar handuknya, dia menghampiri ranjang dan menindih istrinya. Dunia se
Anak laki-laki? Tebersit kesedihan dalam hati Marcella. Dia tidak ingin melihat ibunya sedih, jadi hanya mengiakannya.Karena akan menginap di rumahnya, Marcella pun menelepon Joe pada pukul 4 sore. Dia memberi tahu Joe tentang rencananya dan berkata, "Hendri nggak perlu repot-repot datang kemari besok pagi. Aku akan menyuruh sopir keluargaku mengantarku."Di ruang kantor Presdir Grup Chandra, Joe memegang ponsel mendengarkan istrinya sambil memeriksa dokumen di meja. Dia merasa tidak ada masalah lagi, jadi menandatanganinya dan menyerahkannya kepada Tasya."Fotokopi dokumen ini dan bagikan kepada para staf," instruksi Joe. Tasya tidak langsung pergi. Dia bertanya dengan lirih, "Malam ini ada pesta akhir tahun di perusahaan. Apa Bu Marcella akan hadir?"Joe telah mengakhiri panggilannya. Dia menyahut sambil tersenyum tipis, "Marcella menginap di rumah keluarganya. Lain kali saja."Tasya pun tidak berbicara lagi. Dia keluar dengan membawa dokumen itu. Setelah Tasya pergi, Joe bersandar
Marcella diam-diam mengamati. Ternyata tadi malam adalah pesta akhir tahun Grup Chandra, tetapi Joe tidak menyebutkannya sama sekali di telepon .... Sepertinya Joe memang tidak berniat mengundangnya.Marcella pun teringat dengan satu dialog dari televisi .... "Ternyata aku yang nggak pantas!"Dalam hatinya, Marcella merasa sedikit tidak nyaman. Meskipun pernikahan mereka tidak didasarkan pada cinta, suaminya malah dicium oleh seorang artis wanita di depan umum.Berita tersebut bahkan sampai muncul di koran. Jelas, itu merupakan bentuk ketidakhormatan dan pengabaian terhadap istri. Jika tidak, mana mungkin berita semacam itu bisa muncul? Bagaimanapun, tim humas Grup Chandra tidak bisa diremehkan.Namun, Marcella hanya merasa sedikit tidak nyaman saja. Terhadap hubungan pernikahan ini, dia tidak berani berharap terlalu banyak. Dia hanya merasa sedikit kecewa, sungguh hanya sedikit.Marcella melipat koran itu, lalu samar-samar mendengar rekan-rekannya bergosip dengan suara kecil. Mereka s
Pasangan suami istri itu makan malam dalam keheningan yang luar biasa. Pembantu rumah mencoba mencairkan suasana dengan beberapa lelucon, tetapi pasangan muda itu tidak menunjukkan senyuman. Itu sebabnya, mereka tidak berani berbicara lebih banyak.Saat hampir selesai makan, Joe meletakkan sumpitnya. Dia menatap istrinya sambil berucap pelan, "Itu difoto sama wartawan. Tadi malam, nggak terjadi apa-apa. Artis wanita itu nggak bakal diundang lagi sama perusahaan."Marcella tahu, ini adalah penjelasan Joe. Dia percaya pada kata-kata Joe. Sebab pada posisinya, dia tidak perlu berbohong kepada istrinya. Hanya saja, penjelasan tanpa perasaan ini dilontarkan Joe untuk istrinya, bukan secara khusus kepada Marcella.Wanita itu memahami hal ini dengan jelas. Dia hanya mengangguk pelan. Marcella tidak menyebut sedikit pun tentang dirinya yang tidak diundang. Dia bersikap sangat pengertian tanpa menanyakan apa pun.Joe sangat puas dengan istrinya yang bijaksana. Baginya, masalah ini sudah berlalu
Kemesraan pun berakhir. Di kamar tidur, hanya ada secercah cahaya remang. Di udara, masih tersisa aroma samar dari hubungan pria dan wanita.Joe berbaring untuk menenangkan diri. Dadanya yang berotot penuh dengan butiran keringat. Itu menunjukkan betapa keras usahanya tadi.Setelah agak tenang, Joe berbalik untuk memandang istrinya. Dia berucap pelan tentang hal pribadi suami istri, "Sudah beberapa waktu, kenapa belum hamil juga?"Joe mengelus perut istrinya yang rata dengan lembut. Dia sangat ingin memiliki seorang anak.Marcella masih terengah-engah. Mendengar kata-kata suaminya, dia membuka matanya dan menatap langit-langit yang gelap.Marcella menahan rasa pedih di matanya, lalu menjawab, "Mungkin belum waktunya.""Mungkin," ucap Joe yang menerima penjelasan itu. Dia mengajak istrinya mandi bersama agar menghemat waktu, tetapi Marcella menolak. Dia mengatakan bahwa dia tidak terbiasa mandi bersama.Joe tidak memaksa. Mereka berdua mandi secara terpisah di kamar mandi utama dan kama
Joe memicingkan matanya sedikit. Dia melihat istrinya sedang berbicara dengan seorang pria tampan di bawah pohon beringin. Ekspresinya tampak sangat santai, berbeda dengan saat dia berinteraksi dengan suaminya.Pria itu tampak sangat lembut dan kelihatannya bukan guru biasa. Selain itu, tatapannya terhadap Marcella juga terlihat penuh makna. Sorot matanya memancarkan kekaguman yang tidak bisa disembunyikan.Sesama pria memang lebih mengerti isi hati satu sama lain. Orang yang rela berbincang dengan wanita lain di cuaca sedingin ini di luar ruangan, sudah pasti menyimpan maksud tertentu. Joe tidak bisa menoleransi hal tersebut. Tanpa berniat memberi mereka waktu untuk berinteraksi lebih lama lagi, dia pun berjalan dengan langkah besar ke arah kedua orang itu."Marcella," panggilnya setelah berada di dekat mereka.Marcella menoleh dan melihat Joe dengan tertegun. Jelas sekali, dia tidak menyangka bahwa Joe akan datang untuk menjemputnya pulang kerja. Setelah beberapa saat kemudian, Joe m