Alaia tidak pulang, melainkan pergi ke bandara. Di kursi belakang taksi, dia memasukkan kartu baru ke dalam ponselnya.Kemudian, Alaia mengunduh ulang perangkat lunak dan memesan tiket pesawat ke Soula yang akan berangkat dalam dua jam.Usai memesan tiket, Alaia duduk menyandar, melamun dalam diam. Walau sudah membulatkan tekad untuk mengakhiri hubungannya dengan Joe, perasaan yang sudah dipupuk selama enam tahun tidak mampu dia lupakan begitu saja.Alaia tidak akan menipu dirinya sendiri. Batu halangan terbesar dalam hubungan mereka bukanlah orang lain, melainkan Joe sendiri.Joe selalu merasa bahwa Alaia tidak cocok berada di sisinya. Menurutnya, Alaia hanya pantas menunggu di Kota Aruma.Joe sendiri tidak sadar bahwa hubungan mereka tidak seperti orang berpacaran ataupun tunangan, tetapi lebih mirip seperti pasangan selingkuh.Alaia seperti seekor burung yang dipelihara Joe. Dia selalu meminta Alaia menunggu. Menunggu hingga keluarga mereka setuju, menunggu hingga kariernya sukses.
Joe memeriksa ponselnya. Ternyata itu telepon dari Tasya. Dia segera menjawab dan bertanya, "Apa Alaia ada di rumah? Dia sudah makan malam atau belum?""Pak Joe, Bu Alaia nggak pulang," ucap Tasya dengan suara bergetar.Ekspresi Joe seketika menjadi muram. Dia memutus panggilan, lalu segera memutar nomor telepon rumah di Kota Aruma.Joe menelepon beberapa kali, tetapi tidak ada yang menjawab. Ketika Alaia pergi, dia telah meliburkan semua pelayan. Beberapa orang menghampiri Joe untuk bersulang dengannya. Joe menaruh gelasnya, lalu bergegas keluar dari ruang pesta. Sekelompok orang yang ditinggalkan saling memandang dengan heran."Pak Joe kenapa?""Nggak tahu."....Malam itu juga, Joe pergi ke Kota Aruma. Hingga saat ini, dia masih mengira Alaia hanya merajuk.Pikir Joe, Alaia kesal karena kata-katanya sedikit kasar. Jadi, Alaia tidak mau bertemu dengannya dan memilih pulang ke Kota Aruma.Meski lelah, Joe tetap ingin pergi membujuk Alaia. Setelah itu, mereka bisa kembali untuk meraya
Joe memperlambat langkahnya. Dia memperhatikan Alaia dengan cermat. Tatapannya begitu dalam sampai tidak bisa berpaling.Joe tahu dirinya telah kehilangan kendali. Lantas mengapa jika dia kehilangan kendali pada saat pertemuan kembali dengan Alaia? Wanita ini sudah pergi selama empat tahun!Dalam empat tahun, mereka sama sekali tidak saling mengirimkan pesan, tidak saling menelepon, dan tidak pernah mendengar suara satu sama lain. Mereka seperti berada di dunia paralel yang tidak ada titik temu.Ekspresi Joe tampak tegang. Setelah beberapa saat, dia bertanya dengan dingin, "Sudah pulang?""Iya," jawab Alaia dengan suara yang sedikit samar. Dia memandang pasangan yang serasi di hadapannya.Empat tahun sudah berlalu. Mereka memang sudah lama tidak memiliki hubungan, tetapi mereka pernah saling mencintai. Mustahil jika tidak ada yang Alaia rasakan saat ini. Dadanya terasa sangat sakit seolah-olah ditusuk ribuan jarum.Lucy menggandeng lengan Joe. Dia menatap Alaia sembari tersenyum, lalu
Vila Keluarga Chandra sangat ramai. Clara memegang tangan Alaia dan tercekat untuk waktu yang lama. Pada akhirnya, dia bertutur dengan berlinang air mata, "Baguslah kamu sudah pulang."Clara sangat senang sekaligus sedih. Dia memalingkan wajahnya cukup lama untuk menenangkan diri.Alaia memahami perasaan Clara. Dia bersandar di bahu Clara dan berujar dengan suara serak, "Ibu, aku sudah kembali. Selama ini, aku hidup dengan sangat baik di luar. Aku melihat dunia yang berbeda dan mengunjungi banyak tempat."Alaia yang sekarang tidak seperti burung di dalam sangkar lagi. Dia sudah menjadi diri sendiri. Menurutnya, ini sangat baik."Baguslah," balas Clara seraya mengangguk.Clara tidak mengungkit tentang Joe dan Lucy karena khawatir Alaia akan sedih. Namun, Alaia justru tersenyum sembari berkata, "Aku baru saja bertemu Kak Joe dan Kakak Ipar di depan.""Kakak," panggil Vloryne berlari ke pelukan Alaia. Kini, usianya sudah 20 tahun.Alaia membawakan hadiah untuk Vloryne, yaitu satu set orna
"Sekarang, aku nggak tahu siapa di antara mereka ... yang meninggalkan dan yang ditinggalkan," tambah Satya. Pria ini mengatakan cukup banyak.Hati Aida juga terasa sedih, tetapi ekspresinya terlihat kuat. Dia memarahi Satya karena minum terlalu banyak anggur dan memintanya naik untuk tidur. Setelah tidur, Satya tidak akan cerewet lagi.Satya mengusap hidungnya seraya naik ke ruang kerja di lantai dua. Lampu bersinar terang. Dia duduk di belakang meja kayu berwarna gelap, lalu membuka laci kecil dengan perlahan. Ada beberapa dokumen yang tertata rapi di dalam.Satya mengeluarkan semuanya dan membukanya satu per satu. Ini adalah dokumen pengalihan kepemilikan saham Grup Chandra. Totalnya ada empat dokumen.Joe memegang saham Grup Chandra sebesar 35%, Alaia memegang sebesar 20%, Ivander dan Vloryne masing-masing memegang sebesar 10%. Satya mempunyai alasan membaginya seperti ini.Ketika Alaia pergi, Satya masih yakin bahwa kedua anaknya akan bersama suatu hari nanti. Jadi, saham Joe dan
"Apa hubungannya denganmu?" balas Alaia. Dia menunduk dan tidak mau menatap Joe.Suaranya terdengar lebih feminin dibandingkan dulu. Dia melanjutkan dengan sangat tenang, "Joe, bukankah kamu orang yang habis manis sepah dibuang? Kamu yang menyerah karena merasa nggak baik?""Kalau diibaratkan sebagai kain lap, kain lap itu adalah aku ... bukan kamu. Benar, aku yang pergi duluan, tapi kenapa aku pergi?" tanya Alaia. Joe yang mengabaikannya dan tidak peduli padanya.Ketika mereka masih berusia 20-an, Joe mengatakan bahwa dia akan membawa Alaia ke mana pun dia pergi. Mereka tidak akan pernah berpisah. Setelah bersama selama enam tahun, Joe malah mengatakan Alaia harus menunggunya di Kota Aruma.Dalam hidup Joe, karier dan menjadi ahli waris lebih penting dibandingkan Alaia. Alaia yang awalnya menjadi prioritas utama di dalam hati Joe menjadi urutan terakhir.Cinta sejati bukan seperti ini. Tidak ada seorang pun yang akan sibuk seharian. Jika sebuah pesan baru bisa dibalas dua hari kemudia
Pagi hari, satu keluarga duduk di meja dan makan. Satya merasa bahagia.Satya menuangkan segelas susu untuk Alaia, lalu berkata, "Ibumu bangun pagi untuk menyiapkan sarapan. Dia sudah bertahun-tahun nggak masak di dapur. Sekarang kamu sudah pulang. Ke depannya, Ayah yang akan buatkan sarapan untukmu setiap hari."Alaia membalas dengan lembut, "Aku mau tinggal di luar. Aku akan pulang untuk makan saat akhir pekan."Suasana di ruang makan seketika menjadi hening. Di depan Alaia, Joe sedang menuangkan secangkir kopi hitam. Tatapannya sangat dalam. Bibir tipisnya yang indah tertutup rapat. Pria ini tidak mengatakan apa-apa.Satya adalah orang pertama yang tidak setuju. Katanya, "Kamu sudah lama pergi dan baru kembali. Kenapa kamu mau tinggal di luar? Bahaya kalau anak gadis tinggal di luar. Kamu masih kecil.""Ayah, umurku sudah 29 tahun," sahut Alaia.Satya tetap tidak setuju. Dia mempunyai utang pada Alaia. Dia selalu merasa harus menjaga Alaia di sisinya. Seorang ayah selalu ingin melin
Setelah meninggalkan rumah Keluarga Chandra, Alaia akhirnya merasa lega.Morgan yang memegang setir mobil, menatap lurus ke depan dengan penuh konsentrasi. Dia bertanya dengan santai, "Dia mantanmu? Apa Pak Xavier tahu tentang keberadaannya?"Alaia terdiam sejenak, lalu bergumam pelan, "Xavier nggak perlu tahu. Suatu hari nanti, kami pasti akan bercerai. Apalagi ... Joe cuma masa laluku."....Morgan membalas seraya tersenyum, "Kurasa Pak Xavier bakal keberatan. Oh ya, minggu ini dia akan kembali untuk membahas proyek penting. Mungkin nantinya kamu perlu hadir di beberapa acara sosial.""Oke," jawab Alaia yang bersandar di kursi. Ekspresinya tampak agak kebingungan ....Alaia memang sudah menikah. Dua tahun yang lalu, dia menghadapi bahaya mendadak saat berwisata di negara terbelakang. Selain dirinya, ada dua anak perempuan berusia 4 tahun di dalam mobil.Ketika peluru nyasar datang, Alaia melindungi kedua anak yang kehilangan orang tua tersebut. Alhasil punggungnya terluka parah, lalu