Ryder mendongak dan melihat Diana.Wanita itu mengenakan gaun panjang berwarna ungu muda. Dia berdiri di teras dengan rambut hitam yang digulung di belakang.Angin sore berembus, membuatnya tampak seperti mawar yang berayun di tengah angin. Diana begitu cantik dan tak terjangkau.Ryder menatapnya sejenak, lalu membungkuk untuk mengambil buket mawar putih dari mobil. Namun, dia merasa bahwa mawar itu tidak seindah Diana …Mereka telah berpacaran selama beberapa bulan, tetapi Ryder makin terpesona olehnya.Pasangan yang sedang jatuh cinta biasanya sangat mesra. Ryder adalah seorang kekasih yang penuh gairah. Diana juga memberikan respons yang baik.Seiring berjalannya waktu, mereka tidak lagi merasakan perbedaan usia 10 tahun. Hubungan mereka malah menjadi sangat harmonis. Kedua orang itu sama-sama sangat menghargai hubungan ini.Pada malam ini, Diana memberikan hal yang paling diinginkannya yaitu mengumumkan hubungan mereka secara terbuka.....Hotel Grenta.Satya sedang berada di punca
Clara bersandar di bahu Satya sambil memandang ke luar jendela. Langit malam dihiasi kembang api yang indah. Clara merasa sedih, tetapi Satya menemaninya.Satya mengatakan tahun depan bunga akan bermekaran. Dia juga akan menemani Clara melewati hari-hari spesial dan merayakan ulang tahun anak-anak setiap tahun. Satya berkata mereka akan bahagia selamanya.Clara dan Satya saling berpelukan seraya menyaksikan kembang api. Pertunjukannya sangat singkat, tetapi indah.Setelah beberapa saat, terdengar suara Gracia yang melapor, "Pak Satya, acara sudah bisa dimulai. Tinggal tunggu kamu dan Bu Clara bawa Ivander ketemu para tamu."Satya menunduk. Clara masih berlinang air mata, Satya berucap, "Kamu siap-siap dulu. Aku yang gendong Ivander."Clara mengangguk. Satya menggendong Ivander dan berjalan ke depan pintu. Setelah Clara menenangkan dirinya, Satya menggendong anaknya dan menggandeng tangan istrinya. Mereka berjalan ke aula yang mewah.....Para tamu memenuhi aula. Diana dan Jazli beserta
Sebenarnya, Jazli dan Julia tidak bertemu selama beberapa bulan. Mereka sudah lama tidak berhubungan intim. Namun, Jazli tidak merasa antusias saat menghadapi tunangannya yang seksi.Jazli terus memikirkan Diana yang bersandar di bahu Ryder. Bahkan, Jazli membayangkan sekarang Diana dan Ryder sedang bercinta. Jazli merasa kesal.Julia yang memakai jubah mandi berjalan keluar dari kamar mandi. Setelah merenungkannya, Julia mengurungkan niat untuk bertengkar dengan Jazli. Firasatnya mengatakan bahwa Jazli masih peduli dengan Diana.Julia harus menahan amarahnya jika ingin menjadi istri Jazli. Dia tahu Jazli punya nafsu yang tinggi, jadi dia sengaja mandi. Kemudian, dia menghampiri Jazli dan bersandar di pelukannya. Julia merangkul leher Jazli dan berciuman dengannya.Hasrat Jazli terbangkitkan. Dia mematikan rokoknya dan membuka jubah mandi Julia. Suasana makin intens.Wajah Julia memerah. Dia terus memanggil, "Jazli ... Jazli ...."Jazli sangat bergairah, matanya memerah. Dia merangkul
Setelah mengirim surat itu, yang dilakukan Jazli setiap hari hanya menunggu balasan. Dia bahkan tidak nafsu makan.Dicky pergi selama dua hari dan berhasil membuat janji temu dengan Diana. Mereka bertemu di taman kecil yang indah.Saat itu sudah akhir musim panas. Diana baru bangun dari tidur siang. Dia mengenakan pakaian kasual dan wajahnya tampak lesu. Namun, terlihat jelas bahwa hari-harinya berjalan baik.Dicky bisa merasakan bahwa dia datang sia-sia. Namun, dia tetap menyemangati diri sendiri dan melaksanakan misi dari Jazli.Diana membuka kotak hadiah yang dibawa Dicky. Ada sehelai daun maple segar dan satu set perhiasan batu rubi di dalamnya.Dilihat dari warnanya saja, siapa pun tahu perhiasan itu sangat mahal. Dibutuhkan setidaknya beberapa puluh miliar untuk membelinya.Diana tersenyum tipis dan bertanya dengan kepala tertunduk, "Untuk apa Jazli memberiku barang-barang ini? Apa dia nggak perlu berhemat untuk menikah?"Dicky menjawab dengan jujur, "Menurutku, Pak Jazli dan Jul
Julia bisa menebak jalan pikiran Jazli dari sikapnya. Pria itu pasti ingin memutuskan hubungan mereka dan rujuk dengan Diana.Julia berkata, "Kamu begitu memikirkannya, tapi dia sudah bahagia dengan pemuda itu. Kalaupun kamu ingin rujuk dengannya, memangnya dia mau?""Dia nggak mungkin mau meninggalkan pemuda itu demi pria paruh baya sepertimu. Memangnya apa yang bisa kamu tawarkan untuknya?" cibir Julia lagi.Jazli menatap Julia dengan ekspresi yang sangat muram. Saat ini keduanya tidak lagi terlihat seperti pasangan harmonis.Beberapa saat kemudian, Jazli berujar pelan sambil memandang lampu, "Julia, aku akan jujur padamu, aku mau mengakhiri hubungan kita. Kalaupun Diana nggak ada, kita memang nggak cocok. Tenang saja, aku akan memberimu kompensasi. Kamu bisa memilih rumah atau uang."Julia melempar bantal ke tubuh Jazli. Dia menangis dan meraung, melupakan sikap elegannya sebagai artis terkenal."Bajingan kamu Jazli! Kamu lupa apa yang kamu katakan waktu melamarku? Kamu bilang sudah
Jazli mulai berolahraga dengan giat. Selain itu, dia tidak lagi berhubungan dengan wanita lain, seakan-akan sedang menerapkan gaya hidup selibat. Dua bulan berikutnya, Jazli terlihat kian tampan dan jauh lebih muda.Di bulan Oktober, Jazli melakukan perjalanan bisnis ke Kota Brata. Setelah pekerjaannya selesai, dia masih memiliki jatah cuti tiga hari.Jazli ingin menemui Diana, tetapi wanita itu bahkan tidak menjawab panggilannya, apalagi mengizinkannya datang ke rumahnya. Tidak tahu harus berbuat apa lagi, Jazli akhirnya mencari informasi tentang agenda Diana.Pada Jumat malam, Diana menghadiri pesta penting yang akan menentukan nasib proyek besar Grup Chandra. Jika proyek itu berhasil dimenangkan, perusahaan bisa untung puluhan triliun. Diana juga berkesempatan untuk naik pangkat, jadi dia berusaha melakukan yang terbaik.Meskipun ditemani dua orang sekretaris, mitra bisnis itu bersikeras untuk minum bersama Diana. Diana sudah setengah mabuk, tetapi mitra bisnis bernama Rudi itu masi
Suasana makin sunyi saat malam hari.Meskipun ini adalah kelab, mereka sepertinya melupakan semua nafsu duniawi. Waktu seolah-olah berhenti saat Jazli menatap punggung Diana. Diana menoleh ke belakang.Di luar jendela, bulan mulai terbenam, persis hubungan mereka yang telah berakhir.Dia merasa sedih. Bibirnya bergerak seolah-olah ingin mengatakan sesuatu. Namun, pada akhirnya dia tidak mengatakan sepatah kata pun. Dia perlahan-lahan berjalan ke depan meninggalkan Jazli."Diana," panggil Jazli. Dia bergegas menyusul Diana dan meraih pergelangan tangannya dengan erat. Pria ini tidak mau melepaskan Diana, apalagi membiarkannya pergi bersama pria lain.Kala ini, rasa sakit menyelimuti hati Jazli. Rasa ini baru bisa mereda jika Diana menoleh menatapnya. Sayangnya, Diana tidak menoleh.Diana menunduk memandang pergelangan tangannya yang diraih oleh Jazli. Dia berusaha untuk melepaskan genggamannya, tetapi tidak berhasil. Genggaman Jazli terlalu erat.Beberapa saat kemudian, Diana berucap de
Begitu sadar, Diana bertanya dengan tidak percaya, "Jazli! Apa kamu sudah gila?""Mungkin iya!" sahut Jazli.Diana meraih gagang pintu mobil. Wanita ini hendak membuka pintu dan lompat keluar, tetapi pintu sudah terkunci. Dia menoleh menatap pria yang menculiknya sembari bertanya, "Jazli, sebenarnya apa yang mau kamu lakukan?"Suasana di mobil agak gelap. Jazli tampak begitu mencolok karena mengenakan kemeja putih. Jazli memandang Diana dengan tenang. Ekspresinya memiliki sebuah ketegasan pria yang khas, begitu menawan."Apa yang mau aku lakukan?" timpal Jazli. Dia melepaskan kancing manset, lalu menggulung kedua lengan kemejanya sampai ke siku. Terlihat otot lengan bawahnya yang kekar.Setelah itu, pembatas muncul di antara kursi depan dan kursi belakang, menciptakan sebuah ruang pribadi. Tiba-tiba, Diana ditarik ke dalam pelukan Jazli. Jazli sepertinya sengaja ingin mempermalukan Diana. Pria ini menyalakan lampu sehingga terlihat terang.Diana jatuh ke dalam pelukan mantan suaminya d