Suasana makin sunyi saat malam hari.Meskipun ini adalah kelab, mereka sepertinya melupakan semua nafsu duniawi. Waktu seolah-olah berhenti saat Jazli menatap punggung Diana. Diana menoleh ke belakang.Di luar jendela, bulan mulai terbenam, persis hubungan mereka yang telah berakhir.Dia merasa sedih. Bibirnya bergerak seolah-olah ingin mengatakan sesuatu. Namun, pada akhirnya dia tidak mengatakan sepatah kata pun. Dia perlahan-lahan berjalan ke depan meninggalkan Jazli."Diana," panggil Jazli. Dia bergegas menyusul Diana dan meraih pergelangan tangannya dengan erat. Pria ini tidak mau melepaskan Diana, apalagi membiarkannya pergi bersama pria lain.Kala ini, rasa sakit menyelimuti hati Jazli. Rasa ini baru bisa mereda jika Diana menoleh menatapnya. Sayangnya, Diana tidak menoleh.Diana menunduk memandang pergelangan tangannya yang diraih oleh Jazli. Dia berusaha untuk melepaskan genggamannya, tetapi tidak berhasil. Genggaman Jazli terlalu erat.Beberapa saat kemudian, Diana berucap de
Begitu sadar, Diana bertanya dengan tidak percaya, "Jazli! Apa kamu sudah gila?""Mungkin iya!" sahut Jazli.Diana meraih gagang pintu mobil. Wanita ini hendak membuka pintu dan lompat keluar, tetapi pintu sudah terkunci. Dia menoleh menatap pria yang menculiknya sembari bertanya, "Jazli, sebenarnya apa yang mau kamu lakukan?"Suasana di mobil agak gelap. Jazli tampak begitu mencolok karena mengenakan kemeja putih. Jazli memandang Diana dengan tenang. Ekspresinya memiliki sebuah ketegasan pria yang khas, begitu menawan."Apa yang mau aku lakukan?" timpal Jazli. Dia melepaskan kancing manset, lalu menggulung kedua lengan kemejanya sampai ke siku. Terlihat otot lengan bawahnya yang kekar.Setelah itu, pembatas muncul di antara kursi depan dan kursi belakang, menciptakan sebuah ruang pribadi. Tiba-tiba, Diana ditarik ke dalam pelukan Jazli. Jazli sepertinya sengaja ingin mempermalukan Diana. Pria ini menyalakan lampu sehingga terlihat terang.Diana jatuh ke dalam pelukan mantan suaminya d
Keadaan di mobil sangat berantakan. Wajah Diana penuh dengan keringat. Rambut hitamnya sampai menempel di dahi. Dia memejamkan matanya karena tidak mau melihat Jazli.Bagaimana mungkin Diana mau melihatnya? Dia sudah bersusah payah menuju kehidupan yang baru, tetapi malah ditarik kembali oleh Jazli.Jika Diana adalah gadis muda, dia pasti akan menuntut Jazli. Dia bisa melupakan kejadian ini dan memulai hidup baru bersama Ryder. Sayangnya, dia bukan gadis lagi.Diana pernah menikah dengan Jazli. Orang-orang pasti akan berpikir bahwa mereka masih berhubungan. Apalagi, identitas Jazli melibatkan terlalu banyak orang. Satya pasti orang pertama yang tidak setuju.Pilihan tersulit orang dewasa adalah pengorbanan. Diana sangat memahami hal ini. Dia duduk perlahan dan memegangi pakaiannya sambil menangis. Dia tidak menangis histeris, melainkan hanya menitikkan air mata dalam diam.Jazli duduk di sebelahnya. Dia sudah menaikkan ritsleting celana, tetapi kemejanya tidak dikancingkan. Ekspresi ya
"Jazli, aku manusia. Bukan kucing atau anjing. Aku punya perasaan. Aku juga bisa mencintai orang lain," ucap Diana.Suasana hening sejenak.Diana benar-benar sangat sedih. Dia menambahkan dengan ekspresi putus asa, "Kamu sudah melenyapkan cinta dan kebahagiaanku. Kamu sudah menghancurkanku. Kamu pasti sangat puas, 'kan?""Kalaupun aku berpisah dari Ryder, aku juga nggak akan memilihmu," pungkas Diana.Diana berusaha beranjak dari kasur. Dia memberi tahu diri sendiri, sekalipun harus mati, dia tidak akan bersedia mati di sisi Jazli.Jazli menahan Diana. Mereka berdua berada di atas kasur. Dia membelai wajah Diana dengan satu tangan seraya berucap, "Kalau kamu nggak suka, aku akan hapus fotonya.""Diana, aku nggak pernah berpikir untuk menunjukkan foto ini kepada Ryder. Bagaimana mungkin aku rela membiarkan orang lain melihat ekspresimu yang sedang bernafsu?" sambung Jazli.Ketika mengatakan ini, Jazli tiba-tiba teringat bahwa Diana pernah menjadi milik orang lain. Meskipun merasa kebera
Diana bukan gadis lagi. Setelah menangis sebentar, perasaannya akan kembali normal. Namun, Jazli tidak membiarkan dia pergi. Dia terpaksa tinggal di vila itu.Jazli mengutus orang untuk menjemput Amari ke vila.Tengah malam, terdengar suara mesin mobil dan seorang wanita yang berbicara dari pekarangan lantai 1.Sesudah mandi, Diana mengenakan piama sutra berwarna putih. Dia bersandar di sofa dekat jendela, lalu menuangkan segelas anggur dan meminumnya sendirian.Terdengar suara pintu terbuka. Jazli berjalan masuk. Pria ini juga sudah mandi. Dia mengenakan satu set pakaian baru. Mungkin karena hasratnya sudah terpuaskan sehingga dia terlihat berseri-seri.Jazli menghampiri Diana. Dia menyentuh bahu wanita ini dengan lembut sembari bertutur dengan penuh kasih sayang, "Kamu belum makan, kenapa malah minum anggur? Kamu bisa gampang sakit kalau seperti ini."Diana mendengus dingin. Dia menempelkan wajahnya ke sofa dengan lembut, lalu menimpali, "Kamu nggak merasa konyol? Kamu memperlakukank
Jazli dan Diana saling mendukung untuk mencapai kejayaan, tetapi Jazli tidak berterima kasih kepada Diana. Jazli bersenang-senang dengan wanita lain di luar karena dia yakin Diana pasti tidak rela melepaskan status sebagai istrinya.Sebenarnya Jazli tahu Diana mencintainya. Hanya saja, Jazli malah menyia-nyiakan ketulusan hati Diana.Jazli yang berjuang untuk mendapatkan status tinggi seperti saat ini telah kehilangan ketulusan hatinya. Perasaan cinta hanya pantas dimiliki oleh orang-orang yang bermartabat. Jazli tidak punya keberuntungan untuk memiliki perasaan cinta.Sekarang, Jazli mencintai Diana. Ini adalah pertama kalinya Jazli rela melepaskan kesenangannya demi seorang wanita. Bahkan, dia rela menerima anak orang lain dan membesarkannya seperti darah daging sendiri.Namun, Diana menolak Jazli. Kemudian, Jazli turun ke lantai bawah. Dua pengasuh yang menjaga Amari tampak cemas. Saat melihat Jazli, mereka bertanya, "Tuan Jazli, di mana Nyonya Diana?"Jazli tidak menjawab pertanyaa
Jazli tidak bisa mengalihkan pandangannya. Dia tidak bisa melupakan air mata Diana. Dalam kehidupan Jazli selanjutnya, dia tidak menikahi wanita mana pun dan kesepian selamanya.....Setelah saling bertatapan sejenak, Diana angkat bicara, "Aku mau gendong Amari."Jazli merasa sedih, tetapi dia tetap menyerahkan Amari kepada Diana. Jazli berkata dengan lembut, "Amari sangat menggemaskan. Diana, kita bisa memulai lembaran baru dan membesarkan Amari bersama.""Amari pasti punya masa depan yang cerah kalau jadi putriku. Bukannya kamu juga berharap seperti itu? Sekarang aku bersedia memberimu segalanya, asalkan kamu mau beri aku kesempatan," lanjut Jazli.Jazli terdengar sangat tulus. Diana berpikir kalau dia tidak pernah menikah dengan Jazli, mungkin dia akan tersentuh. Diana akan ditaklukkan oleh pesona Jazli.Namun, mereka sudah menikah selama bertahun-tahun. Diana sangat memahami sifat buruk Jazli. Bagi Jazli, Diana hanya pelengkap. Jazli tidak pernah menghormati Diana.Mana mungkin Jaz
Diana tetap bergeming. Bahunya sedikit bergetar. Tubuh Diana yang dibasahi keringat benar-benar menggoda.Jazli tidak bisa mengendalikan hasratnya, tetapi masalah proyek sangat penting. Setelah merenungkannya, Jazli melepaskan Diana.Namun, Jazli masih merasa tidak rela berpisah dengan Diana. Sesudah merapikan pakaiannya, Jazli membantu Diana memakai jubah tidur.Jazli berpesan dengan lembut, "Aku harus urus kerjaan. Kamu dan Amari tinggal di sini dulu. Setelah urusanku selesai, kita akan berkumpul lagi."Diana yang sudah menenangkan dirinya bersandar di kursi dan memejamkan matanya sambil menimpali, "Jazli, aku di sini karena kamu memaksaku. Kita bukan keluarga yang harmonis. Apa kamu mau mengurungku supaya aku bisa melayanimu setiap saat?"Diana meneruskan ucapannya, "Apa aku juga nggak boleh kerja agar bisa mendukungmu sepenuhnya? Jadi, di duniaku hanya ada kamu."Diana perlahan membuka matanya, lalu melanjutkan dengan tenang seraya menatap Jazli, "Aku nggak mau. Jangankan sekarang,