Jazli dan Diana saling mendukung untuk mencapai kejayaan, tetapi Jazli tidak berterima kasih kepada Diana. Jazli bersenang-senang dengan wanita lain di luar karena dia yakin Diana pasti tidak rela melepaskan status sebagai istrinya.Sebenarnya Jazli tahu Diana mencintainya. Hanya saja, Jazli malah menyia-nyiakan ketulusan hati Diana.Jazli yang berjuang untuk mendapatkan status tinggi seperti saat ini telah kehilangan ketulusan hatinya. Perasaan cinta hanya pantas dimiliki oleh orang-orang yang bermartabat. Jazli tidak punya keberuntungan untuk memiliki perasaan cinta.Sekarang, Jazli mencintai Diana. Ini adalah pertama kalinya Jazli rela melepaskan kesenangannya demi seorang wanita. Bahkan, dia rela menerima anak orang lain dan membesarkannya seperti darah daging sendiri.Namun, Diana menolak Jazli. Kemudian, Jazli turun ke lantai bawah. Dua pengasuh yang menjaga Amari tampak cemas. Saat melihat Jazli, mereka bertanya, "Tuan Jazli, di mana Nyonya Diana?"Jazli tidak menjawab pertanyaa
Jazli tidak bisa mengalihkan pandangannya. Dia tidak bisa melupakan air mata Diana. Dalam kehidupan Jazli selanjutnya, dia tidak menikahi wanita mana pun dan kesepian selamanya.....Setelah saling bertatapan sejenak, Diana angkat bicara, "Aku mau gendong Amari."Jazli merasa sedih, tetapi dia tetap menyerahkan Amari kepada Diana. Jazli berkata dengan lembut, "Amari sangat menggemaskan. Diana, kita bisa memulai lembaran baru dan membesarkan Amari bersama.""Amari pasti punya masa depan yang cerah kalau jadi putriku. Bukannya kamu juga berharap seperti itu? Sekarang aku bersedia memberimu segalanya, asalkan kamu mau beri aku kesempatan," lanjut Jazli.Jazli terdengar sangat tulus. Diana berpikir kalau dia tidak pernah menikah dengan Jazli, mungkin dia akan tersentuh. Diana akan ditaklukkan oleh pesona Jazli.Namun, mereka sudah menikah selama bertahun-tahun. Diana sangat memahami sifat buruk Jazli. Bagi Jazli, Diana hanya pelengkap. Jazli tidak pernah menghormati Diana.Mana mungkin Jaz
Diana tetap bergeming. Bahunya sedikit bergetar. Tubuh Diana yang dibasahi keringat benar-benar menggoda.Jazli tidak bisa mengendalikan hasratnya, tetapi masalah proyek sangat penting. Setelah merenungkannya, Jazli melepaskan Diana.Namun, Jazli masih merasa tidak rela berpisah dengan Diana. Sesudah merapikan pakaiannya, Jazli membantu Diana memakai jubah tidur.Jazli berpesan dengan lembut, "Aku harus urus kerjaan. Kamu dan Amari tinggal di sini dulu. Setelah urusanku selesai, kita akan berkumpul lagi."Diana yang sudah menenangkan dirinya bersandar di kursi dan memejamkan matanya sambil menimpali, "Jazli, aku di sini karena kamu memaksaku. Kita bukan keluarga yang harmonis. Apa kamu mau mengurungku supaya aku bisa melayanimu setiap saat?"Diana meneruskan ucapannya, "Apa aku juga nggak boleh kerja agar bisa mendukungmu sepenuhnya? Jadi, di duniaku hanya ada kamu."Diana perlahan membuka matanya, lalu melanjutkan dengan tenang seraya menatap Jazli, "Aku nggak mau. Jangankan sekarang,
Jazli berujar dengan ekspresi kesal, "Amari belum selesai makan."Diana menimpali, "Nanti dia baru makan lagi setelah pulang."Jazli tertegun. Sesudah beberapa saat, dia tersenyum dan menanggapi, "Iya. Dia bisa makan setelah pulang."Jazli merasa tidak rela. Dia tidak memberikan Diana apa pun, tetapi dia memberikan vila ini kepada Amari sebagai harta sesannya. Jazli mengatakan dia ingin mengunjungi Amari saat datang ke Kota Brata.Diana tidak menyetujuinya. Ketika berpisah, Jazli yang mengantar mereka pulang. Satu jam kemudian, mobil Jazli berhenti di depan rumah Diana.Diana yang duduk di mobil memandang ke luar. Sebuah mobil hitam berhenti di tepi jalan. Ryder yang mengenakan pakaian hitam bersandar di mobil sambil merokok.Ryder tampak lelah, sepertinya dia tidak tidur selama beberapa hari. Ketika mobil Jazli berhenti, Ryder melihat ke dalam mobil.Amari melambaikan tangan seraya memanggil, "Paman."Diana berlinang air mata. Jazli memandang ke depan dan bertanya, "Apa perlu aku jela
Jazli memberikan tisu kepada Diana, lalu tersenyum getir dan berucap, "Maaf, Diana. Aku nggak tahu orang-orang seusia kita masih bisa menemukan cinta sejati."Jazli tidak mengatakan hal lain lagi. Ketika Diana turun dari mobil, Jazli memandangi sosok Diana sembari termenung.Jazli berpikir dia tidak pernah mengorbankan diri sendiri demi seseorang seumur hidupnya. Diana memang mencintai pria lain, tetapi bagi Jazli Diana tetap merupakan istrinya. Dia ingin Diana bahagia.....Jazli kembali ke Kota Handa. Dia menghabiskan waktu setengah bulan untuk menyelesaikan masalah proyek dengan sempurna. Orang-orang di Kota Brata mengatakan Jazli punya masa depan yang cerah.Namun, Jazli malah mengundurkan diri pada saat-saat seperti ini. Dia bahkan mengadakan konferensi pers.Para awak media memenuhi aula kantor wali kota. Jazli yang berpakaian rapi berdiri di podium. Di depannya ada sekitar 8 mikrofon. Jadi, suaranya terdengar sangat jelas.Jazli berkata, "Mulai hari ini, aku akan mengundurkan di
Dua tahun kemudian.Di vila Keluarga Chandra, Kota Brata.Clara melahirkan anak ketiganya yang diberi nama Vloryne. Itu adalah gadis kecil yang selalu didambakan oleh Satya.Tahun ini, Clara berusia 34 tahun.Ketika salju mencair, cuacanya sangat dingin. Namun di dalam vila, selalu terasa hangat seperti musim semi.Ivander yang berusia 4 tahun sedang dalam masa eksplorasi. Celah-celah ubin di vila pun sudah diselidiki olehnya. Satya mengatakan, bahkan anjing pun tidak akan suka dengannya.Setelah mengeluhkan putra bungsunya, Satya pergi menggendong putri kecilnya.Malam hari telah tiba.Suasana di kamar tidur utama lantai dua cukup sunyi.Bayi kecil yang sudah kenyang, tidur dengan perut yang terbuka. Wajah putih bersihnya tampak tenang dan cantik.Satya membuka pintu dan masuk dengan langkah ringan, bahkan tidak berani bernapas terlalu keras karena takut akan mengganggu bayi kecil kesayangannya.Sebagai seorang ayah, Satya tampak sangat lembut. Dia mengelus lengan dan kaki kecil putri
Satya terkejut dan spontan bereaksi. Dia menggertakkan giginya dengan keras, lalu berseru, "Ivander, kamu masih mau punya adik lagi atau nggak?"Ivander mengedipkan matanya dan kabur dengan cepat.Satya berguling ke samping. Dia menarik Clara ke dalam pelukannya, lalu menciumnya.Pria itu berbisik, "Cepat atau lambat, anak nakal ini akan membuatku gila. Entah dia itu mirip siapa, selalu saja begitu ceroboh. Joe dan Alaia jauh lebih tenang, punya lebih banyak anak seperti mereka nggak akan masalah."Clara berbaring di atasnya sambil terengah-engah pelan. Wajahnya menempel di leher suaminya. Dia berbicara dengan suara serak, "Walau sering mengeluh, kamu sangat menyayangi Ivander."Satya tersenyum lembut. Dia menatap istrinya sambil berucap, "Ivander juga anak yang kamu kandung selama 10 bulan. Mana mungkin aku nggak menyayanginya? Aku menyayangi semua anak kita, nggak membedakan satu sama lain."Meski Satya berkata begitu, Clara tahu bahwa Vloryne berbeda. Kadang kala ketika Clara terba
Vila Keluarga Chandra, Kota Brata.Satya menutup telepon dengan ekspresi kesal, bahkan bersungut-sungut.Clara berada di ruang ganti.Wanita itu menyesuaikan anting-anting mutiaranya, lalu berbicara dengan lembut, "Tadi, kamu menelepon dengan penuh semangat. Kenapa kamu begitu kesal sekarang? Marah karena Joe lagi?"Begitu mendengar suara istrinya, amarah Satya langsung berkurang sebagian. Dia berjalan masuk ke ruang ganti. Kedua tangannya melingkari pinggang istrinya, lalu wajahnya diletakkan di bahu istrinya seperti peliharaan yang sedang manja.Satya mengeluh, "Siapa lagi? Anak nakal itu baru saja bilang dia tertarik pada temannya. Jelas dia sengaja membuatku marah!"Clara tampak tersenyum. Dia menunduk dan memegang tangan suaminya, lalu berucap, "Dua tahun yang lalu, kamu bilang dia masih muda. Kamu minta dia fokus pada karier, jadi mengirimnya ke Kota Aruma untuk belajar."Clara melanjutkan, "Sekarang Joe sudah berhasil dalam kariernya, kamu malah mengeluh dia belum menikah dan pu