Suasana hati Jazli sedang buruk. Begitu melihat Vigo, dia pun merasa makin kesal. Vigo sedang minum-minum dengan ditemani seorang gadis cantik yang duduk di pangkuannya. Gadis itu terus membujuk Vigo untuk minum.Seketika, Jazli merasa sangat tidak nyaman. 'Heh! Ayah kandung anak itu bersenang-senang di sini, sedangkan Diana sibuk mengurus anak. Diana bahkan bersedia menikah dengan pria tua untuk masa depan anak itu!'Saking kesalnya, Jazli langsung main tangan. Meskipun terlihat lembut, Jazli punya tubuh yang kekar sehingga mudah saja baginya untuk mengalahkan Vigo. Dia sontak meraih kerah baju Vigo dan menahannya di dinding sambil membentak, "Enak sekali hidupmu! Wanita simpananmu mati dan meninggalkan anak, kamu malah santai di sini!"Wanita simpanan, anak .... Vigo merasa bingung. Sesaat kemudian, dia baru menyadari bahwa yang dimaksud Jazli adalah Nella. Jazli mengatakan Nella sudah mati dan meninggalkan anaknya. Namun, Nella sudah menggugurkan anak mereka waktu itu?Mata Vigo tam
Tidak salah juga. Siapa sangka Vigo yang bermartabat akan mabuk dan menggila saat tengah malam? Ketika penjaga keamanan hendak melapor polisi, terlihat seseorang yang bertubuh tinggi keluar dari kegelapan.Orang itu adalah Satya. Dia tadinya pasti sudah tertidur.Kala ini, Satya terlihat mengenakan piama hitam dan jaket hitam panjang. Udara di luar sangat dingin. Ada sebatang rokok di sela-sela jarinya yang sudah terbakar setengah.Lampu di teras sangat terang, menyorot wajah Satya yang tampan dan penampilan Vigo yang berantakan. Ketika melihat Satya, bibirnya terus bergetar dan bertanya, "Di mana Nella?"Satya mendengus dingin, lalu menyahut, "Sudah dikuburkan."Dikuburkan .... Kedua mata Vigo sontak terbelalak. Dia tidak bisa menerima hal ini, tetapi dia juga merasa sangat konyol. Jelas-jelas dia yang mau membunuh Nella. Sekarang, dia juga yang menyesal.Satya memegang rokok dan mengisapnya. Asap tipis terlihat sangat jelas di bawah cahaya lampu. Setelah asapnya menyebar, Satya melan
Vigo langsung pergi ke Kota Clasata. Dia mengendarai mobil ke sana. Malam itu, salju beterbangan di langit. Seluruh dunia seolah-olah dipenuhi dengan kalimat "aku mencintai Pak Vigo".Di luar mobil, salju berubah menjadi embun beku. Penghangat di dalam mobil tidak dinyalakan. Di malam yang sedingin itu, Vigo hanya mengenakan kemeja. Tubuhnya hampir membeku, tetapi hatinya justru seperti ada api yang berkobar.Vigo tidak tahu perasaannya terhadap Nella. Dulu, dia juga tidak pernah memikirkannya. Selama ini, dia mencintai sekaligus membenci orang-orang di sisinya. Namun kini, kalimat "aku mencintai Pak Vigo" terus terngiang di telinga Vigo untuk waktu yang lama.Lima jam kemudian, mobil Vigo terparkir di depan sebuah bangunan bergaya barat. Ada lapisan salju yang cukup tebal di depan pintu.Ternyata Kota Clasata juga turun salju. Seluruh dunia sedang turun salju, termasuk hati Vigo. Dia mengeluarkan kunci dan membuka pintu gerbang, lalu berjalan perlahan ke dalam rumah Nella.Terlihat bu
Foto itu sangat buram. Satya juga menuliskan pesan.[ Nella sedang mengandung saat dia lompat dari gedung. Ini laporan dari forensik. ]Kabar ini sontak membuat Vigo makin tertekan. Ponselnya langsung terjatuh dari tangannya. Tatapannya kosong. Dia sudah tidak bisa berpikir lagi.Tiba-tiba, Vigo mulai memukul kepalanya dan dadanya dengan keras. Akan tetapi, rasa sakit itu sama sekali tidak bisa meringankan rasa bersalah di dalam hatinya.Napasnya terengah-engah. Pada akhirnya, pria ini berteriak sekeras-kerasnya.Vigo membantingkan diri ke lantai dan berbaring. Matanya setengah terbuka. Dari sudut ini, dia bisa melihat dua ekor ikan berenang di dalam akuarium dan tulisan di papan itu.....Vigo sudah berada di rumah sakit saat dirinya bangun. Di dalam kamar pasien, tercium bau obat yang cukup menyengat. Renata berjaga di sampingnya. Ketika membuka mata, terlihat Renata yang sedang memandangnya dengan serius.Kala melihat suaminya siuman, ekspresi Renata tidak terlihat sedih atau bahagi
Di ujung koridor sangat terang. Wajah Renata terlihat jelas penuh air mata. Dia memandang matahari di luar jendela sembari tersenyum getir.Tidak ada yang menang dalam tragedi ini.....Dua hari kemudian, kondisi Vigo sudah membaik.Ketika langit mulai gelap, Vigo mengemudikan mobilnya ke pemakaman terpencil. Tak butuh waktu lama untuk menemukan makam Nella. Di atas batu nisan putih itu terukir tulisan berwarna hitam.[ Makam Nella. Putri, Amari ]Amari. Ternyata anak mereka bernama Amari. Di mana Amari?Vigo menggila. Dia menyingkirkan batu nisan dan mengeluarkan sebuah kotak hitam. Nella sudah berubah menjadi kotak abu dingin yang sedang berbaring di pelukannya. Hanya saja, wanita itu sudah tidak bisa mengatakan "aku mencintai Pak Vigo."Vigo tidak tahu bahwa dirinya sedang terobsesi. Dia hanya tahu dirinya ingin menebus kesalahannya. Dia tidak ingin Nella tinggal sendirian di kuburan yang dingin, jadi dia membawa Nella pulang ke rumah mereka.Penghangat di dalam mobil dinyalakan. Vi
Keluarga Sadali?Diana memandang Clara seraya berucap, "Orang itu pasti Vigo." Dia memeluk Amari dengan sedih.Clara berpikir sejenak, lalu bertutur, "Kalau kamu nggak mau bertemu dengannya, biar aku yang sampaikan."Diana menolak, "Aku nggak akan bisa menghindarinya terus. Dia sudah tahu anaknya ada bersamaku. Dia pasti akan sering datang kalau belum bertemu anaknya. Sebaiknya aku temui saja hari ini."Diana memerintahkan pelayannya untuk mempersilakan Vigo ke aula bunga. Pelayan itu pun melakukan tugasnya.Diana mengganti pakaian. Dia juga membantu Amari mengganti pakaian baru. Ini adalah pertama kalinya Amari bertemu dengan ayah kandungnya yang tidak beradab itu.Diana berkata kepada Clara, "Kamu bersembunyi saja. Aku tahu kamu nggak mau bertemu dengannya."Clara tersenyum tipis.Di halaman lantai pertama, Vigo sedang duduk di dalam mobil. Pelayan menghampirinya dan menyampaikan, "Tuan, Nyonya Diana mempersilakanmu ke aula bunga di lantai 2. Silakan ikut denganku."Ketika Vigo turun
Pada malam tahun baru.Rumah Keluarga Chandra dihiasi dengan lampu dan dekorasi. Mereka sudah siap untuk menyambut tahun baru.Ada beberapa bocah di rumah, jadi suasananya sangat ramai.Sore hari, Satya pulang lebih awal dari pesta akhir tahun perusahaan. Dia sempat minum sehingga ingin tidur sebentar. Namun begitu membuka pintu kamar tidur, dia melihat Clara sedang menyusui anak bungsu mereka di sofa.Dengan pemanas ruangan yang menyala, Clara hanya mengenakan pakaian tipis. Tubuhnya tampak bercahaya dan lembut.Satya merasa kantuknya hilang seketika. Dia menatap pemandangan itu cukup lama sebelum akhirnya menutup pintu perlahan, lalu berjalan mendekati istrinya. Dia duduk di samping Clara dan menyentuh kepala anak bungsu mereka.Satya bertanya, "Anak ini, sehari makan berapa kali?"Anak mereka yang baru berusia setengah tahun ini tumbuh dengan sehat dan kuat.Clara merasa sedikit malu karena Satya menyaksikan dari samping. Dia berucap pelan, "Bukannya kamu habis minum? Tidurlah dulu
Satya tidak membiarkannya berbicara.Setelah melakukannya lagi dengan kasar, Satya bersandar pada leher Clara yang basah oleh keringat. Pria itu berbicara dengan suara serak, "Kamu masih berani memanggilnya dengan begitu akrab. Jangan sampai nanti kamu nggak bisa turun dari ranjang."Clara terengah-engah dengan halus. Tangannya melingkari pinggang suaminya yang ramping dan kuat. Wajah kecilnya juga menempel pada Satya.Wanita itu berbisik lembut, "Pak Satya, kamu ini sudah lebih dari 40 tahun. Kamu harus jaga kesehatan, bukan lagi pemuda berusia 20 tahunan."Satya menggeser wajahnya. Hidungnya menggesek hidung istrinya, lalu dia menggigitnya dengan lembut."Bahkan pada usia 70 tahun, aku masih bisa membuatmu berteriak," ucap Satya.Clara menantang, "Oh ya?"....Mereka beradu mulut dengan mesra sejenak.Clara yang mengingat urusan penting pun mendorong Satya dan bangun.Sambil merapikan rambut hitamnya yang sedikit terurai, dia memberi tahu suaminya, "Tidurlah sebentar. Aku bakal men