“Bocah itu! Siapa tadi namanya? Yo, Yo, Iyo, Dio, Vio, ah, aku tidak peduli siapa namanya,” geram Daren, menatap punggung Zoya dan seorang pria yang sudah berjalan menjauhinya sambil bergumam, “apa yang dia lakukan pada gadis bodohku?” sambung Daren dengan rahang yang mengeras, pertanda jika dirinya sedang merasa kesal pada seseorang yang saat ini tengah merangkul Zoya dengan begitu mesranya, karena Daren melihatnya dari arah belakang. Jika saja Daren melihat ekspresi wajah Zoya dari arah depan. Daren akan melihat jika saat ini, Zoya sedang bermuka masam dan merasa tidak suka dengan apa yang Gio lakukan padanya saat ini.
“Apa aku tidak salah dengar? ‘gadis bodohku?’ sejak kapan Tuan memanggil Zoya dengan sebutan ‘gadis bodohku' itu.” Seulas senyuman menghiasi bibir indah El, kala bergumam tentang kata 'gadis bodohku' yang diucapkan oleh Daren.
“Apakah ini pertanda? Jika Tuan sudah m
Matahari mulai meninggi. Waktu istirahat sudah berakhir. Zoya dan yang lainnya sudah bersiap di hadapan para guru pembina perkemahan dengan posisi yang berjejer rapi.“Selamat siang semuanya?” sapa salah satu dari kakak pembina perkemahan.“Selamat siang kak!” jawaban serempak dari siswa siswi SMP dan SMA peserta perkemahan.Kedua sekolah berbeda pangkat itu menyelenggarakan kegiatan yang sama. Yaitu berkemah.“Ok girls and boys. Hari ini, kita semua kedatangan tamu istimewa yang mensponsori terselenggaranya acara ini.” Senyum kakak pembina itu yang merasa sangat bangga saat hendak memperkenalkan seseorang yang mensponsori terselenggaranya acara. Dan kasak kusuk mulai terdengar dari mulut para anggota.“Ada yang mensponsori?” tanya seorang siswa heran. Ia bertanya, tapi tak ada satu pun dari mereka yang mau menjawab. Sem
“Perkenalkan girls,” Daren maju selangkah ke depan, memperlihatkan wajah yang semakin tampan dan mempesona saat berada dalam jarak sedekat itu dengan para siswi SMA dan SMP, “ini adalah Tuan Danendra, pemilik Atmaja Group, dia jugalah yang sudah mensponsori terselenggaranya acara yang sedang kita lakukan saat ini.” Tepuk tangan meriah meramaikan suasana yang sedari tadi memang riuh karena kasak-kusuk para siswi yang terpesona akan ketampanan seorang Danendra. “Tuan, apa Anda sudah mempunyai pasangan?” tanya seorang gadis yang berada tepat di belakang Zoya. Gadis itu bertanya seraya tersenyum manis, berharap jika yang sedang ia tanyai mengerti maksud di balik ucapannya itu. 'Dasar! Apa dia tidak tahu, pria aneh itu 'kan membenci semua wanita. Dan kamu adalah seorang wanita, kamu pasti akan ditelan bulat-bulat olehnya, karena sudah berani bertanya hal seperti itu padanya!’ gumam Zoya dalam hati. Dadanya terasa bergemuruh saat mendeng
'Apakah dia akan mencari pasangan? Itu sebabnya statusnya akan berubah nanti malam!’ gumam seorang gadis yang tadi sempat bertanya pada Daren. 'Apakah aku sudah sangat cantik? Ah, kenapa aku harus bertanya lagi, tentu saja aku sangat cantik. Aku gadis tercantik di perkemahan ini, dan aku harus mendapatkan Tuan Danendra!’ kata Mayra sang gadis cantik nan mempesona, yang level percaya dirinya jauh di atas rata-rata. Mayra bertekad, ia akan mendapatkan seorang Danendra, bagaimanapun caranya. 'Ya Tuhan, apakah ini sebuah kode? Tuan Danendra akan mencari pasangan di tempat ini?’ salah satu gadis lainnya ikut bergumam dalam hati, dengan wajah yang tidak bisa disembunyikan, jika ia sedang senang saat membayangkan nanti malam, dirinyalah yang akan menjadi pasangan dari seorang Danendra. ‘Cih, apa-apaan mereka semua? Lihat wajah mereka. Apa mereka sedang membayangkan jika dirinya nanti malam akan menjadi pasa
Zoya menatap dua gadis muda yang berada tepat di depannya. Tatapan serta ekspresi wajah Zoya berubah-ubah, kadang senang, kadang kesal, kadang aneh, kadang serius, dan kadang juga seperti seorang yang sedang bingung."Lia, kemari?" panggil Delina pada saudara kembarnya dengan wajah yang nampak sangat antusias.‘Eh, ada apa?’ karena penasaran, bukan hanya Delia yang datang menghampiri Delia, Zoya pun ikut serta menghampiri Delina dengan mengernyitkan keningnya.“Cepat Lia, lama sekali!” Delina sudah melambai-lambaikan tangannya dengan tidak sabar pada Delia yang berjalan gontai mendekati.‘Dasar tidak sabaran! Memangnya ada apa sih?’ gumam Zoya begitu menyelidik. Jiwa ingin tahunya meronta-ronta.“Ya Tuhan, Lina! Apa ini? Aaa...,” jerit Delia yang sudah berada di
“Harusnya aku tidak menertawakan pria aneh itu! Peduli amat dengan dia yang takut pada hewan kaki seribu itu atau tidak!” gerutu Zoya.“Karena kau sudah berani-beraninya menertawakanku, maka kau harus aku hukum!" kata Daren dengan seringainya."Hukum?" kaget Zoya yang masih menganga."Ya, kau harus aku hukum!" jawab Daren, matanya mendelik kesal, "El, kira-kira..., Hukuman apa yang pantas untuk gadis bodoh yang sudah berani menertawakanku ini?" lanjut Daren seraya bertanya pada El."Saya tidak tahu Tuan!" jawab El enteng."Bodoh! Dasar payah! Kau sama bodohnya seperti bocah itu!"'Kenapa hanya aku yang di hukum? Bukan hanya aku yang menertawakannya 'kan? El juga menertawakanku!' batin Zoya yang merasa tidak adil."Ah, aku menemukan
Bermenit-menit berlalu, Daren dan El masih terus menyusuri setiap jalanan licin dan berbatu untuk menyusul Zoya yang sudah setengah jam pergi. Namun, tak kunjung kembali juga.“Anda bisa Tuan?” tanya El. Raut wajahnya sedikit khawatir saat melihat sang Tuan yang nampak kesulitan menapakkan kakinya dengan baik dan benar.Plakk!“Apa aku selemah itu?” ketus Daren. Sebenarnya ini bukanlah sebuah jawaban, melainkan sebuah pertanyaan balik yang menyudutkan.“Maafkan saya Tuan!” kata El seperti biasa. Meminta maaf, walaupun entah apa kesalahannya.“Pantas saja bocah itu lama. Jalanannya kenapa licin sekali!” keluh Daren dan, “aw,” pekik Daren, ia tergelincir, pakaiannya kotor semua, apalagi dengan tubuhnya. Dan yang paling menyita perhatian El adalah, wajah Daren yang tertutup lu
“Aku akan menghukummu saat kita sudah berada di rumah nanti El.” uhar Daren dengan kata ancaman yang di dengan senyum tipis.Kedua pria tampan itu benar-benar melakukan apa yang ada dalam pikiran mereka untuk terbebas dari jeratan tanah licin yang membuat mereka berdua tidak bisa berdiri. Yaitu dengan cara merangkak seperti bayi.‘Saya akan menerimanya dengan senang hati Tuan!’ balas El dalam hati. Tidak mengambil pusing apa yang Daren ucapkan padanya barusan. Karena menurut El, ucapan Daren barusan adalah sebuah gertakan yang tak akan pernah menjadi sebuah kenyataan. Karena Daren berujar seraya tersenyum tipis. Hanya untuk menutupi perasaan senangnya saja saat ini.“Di mana bocah itu?” gumam Daren pada dirinya sendiri. Khawatir dan kesal bercampur menjadi satu.“Di sebelah sana Tuan!” El menunjuk
Byurrr! Suara air akibat sesuatu yang jatuh begitu jelas dan keras terdengar. Bahkan, cipratan airnya sampai mengenai Daren dan El yang masih berada di pinggiran sungai. “Aaa...,” Teriak Zoya saat kakinya terpeleset dan jatuh ke sungai. “Zoya!” Teriak Daren dan El nyaris bersamaan. Daren berlari menghampiri Zoya yang sudah berada di dalam sungai dan- - Byurrr!Daren menceburkan dirinya sendiri ke sungai untuk menyelamatkan Zoya yang sudah jatuh tenggelam. “Tuan! Zoya!” Teriak El yang hendak menceburkan diri juga. Namun, belum sempat El menceburkan diri, Daren sudah berhasil membawa Zoya ke atas batu berukuran besar yang berada di pinggiran sungai. “Dasar bocah menyebalkan! Selalu saja cerobo