Halo dear, jangan lupa tinggalkan kesan dan dukungan kalian ya. Semoga hari-hari kalian menyenangkan...
Kehadiran Resham yang sudah terkenal sebagai pengawal Alex yang paling terpecaya itu mengundang kebimbangan Cecil dan Bob, apalagi Resham memanggil Lia dengan sebutan nyonya."Apa nyonya memiliki kepentingan pada divisi ini?" Sambung Resham yang membuat Cecil serta Bob menatap satu sama lain.Lia berdehem, kemudian menjawab Resham. "Kedua orang ini memaksaku bekerja, dan mereka menudingku sebagai salah satu karyawan, serta orang asing yang masuk ke dalam gedung ini."Kedua mata Resham terbelalak, tidak menyadari dengan nada suaranya yang meninggi kepada Cecil dan Bob. "Apa kalian tidak memastikan terlebih dulu?!"Cecil menunduk. "Ma-maaf, kami hanya mengira—""Kalian sangat gegabah dan bodoh, kalau saja tuan Alexander Adarsa tahu bahwa kalian berbuat fatal pada istrinya, maka kalian bisa saja dipecat hari ini.""I-istri?" Kata Cecil dan Bob nyaris tak percaya bahwa mereka baru saja membuat masalah dengan istri dari atasan mereka. Reflek Cecil berlutut, disusul Bob yang melakukan hal s
Waktu makan siang untuk hari ini sudah berakhir sejak sejam yang lalu, dan Alex baru saja membuka kedua matanya karena begitu nyaman untuk tidur di atas sofa yang notabenenya hanya sekadar sofa di ruang kerjanya.Baru kali ini pula Alex terlelap di kantor, dan bahkan—itu kali pertamanya tidur siang selama beberapa tahun terakhir. Alex pun menegapkan tubuhnya setelah tadi bersandar. "Ah, nikmat sekali rasanya."Ketika Alex menoleh pada tempatnya bersandar tadi, dia lantas terkejut saat menemukan Lia yang ternyata menjadi tempatnya menopang kepala. "Ma-maafkan aku, Lia. Kamu pasti sangat lelah karena aku bersandar.""Tidak apa-apa, kamu pun sangat lelah sepertinya. Pasti ini kali pertamamu setelah sekian lama tidak tidur siang, bukan?" Ujar Lia santai agar Alex tidak terus-terusan merasa bersalah."Ya, aku hanya bisa tidur siang kalau tubuhku sangat membutuhkan itu. Dan mungkin, sudah dua tahun aku tak tidur siang."Kedua mata Lia membulat sempurna. "Wah, kamu bekerja lebih keras dari y
Di masa kini, tepatnya saat di mana Lia sedang menikmati pemadangan malam di balkon kediaman Alex, wanita itu terus terpaku pada kelap-kelip cahaya yang menyinari kota.Tak pernah terbersit di benak Lia, kalau dirinya akan kembali menikmati masa-masa ini usai berjuang bertahan hidup dengan kondisinya yang tak mudah. Lia melirik arlojinya, menandakan sebentar lagi pergantian tanggal.'Sebentar lagi, aku akan bertambah usia.' Batin Lia dalam kesendiriannya. 'Tak ada yang berbeda, karena aku selalu merayakan ulang tahunku sendirian.'Bila seperti ini, Lia teringat akan masa-masanya menjadi seorang super model. Kala itu, agensi yang menaungi Lia memberikan ulang tahun palsu, agar Lia bisa berlenggang dengan umur yang dikira sudah matang.Ya, Lia menjadi model di usia yang cukup muda, mengingat dia tak sempat menyelesaikan kuliahnya karena tawaran untuk menjadi model sangat penting baginya. Selain memulai karir, Lia pun dapat menghasilkan uang banyak untuk dirinya.Walau begitu, Lia meraya
Alexander Adarsa di masa mudanya merupakan pemuda dengan sebuatan sebagai Casanova sekolah, bahkan sebutan itu berlanjut di masa kuliah. Namun sebelum masuk ke dunia perkuliahan, Alex memiliki kekasih sebagai penutup masa sekolahnya.Dia adalah Erika Odeline, atau Rika, perempuan yang memiliki kasta yang setara dengan Alex. Karena Alex merasa Rika sama seperti perempuan lain yang mengandalkan wajah dan hartanya, Alex mudah bosan pada Rika.Walau tahu Alex sudah bosan dengannya, tetapi Rika tetap bersikukuh mempertahankan rasa cintanya pada Alex. Hingga rasa cinta itu berubah menjadi obsesi.Ketika Alex memasuki kampus yang berbeda dengan Rika, Alex lega dan berjanji pada dirinya untuk tidak mencari cinta pada seorang wanita lagi. Sayang, Alex tak dapat membendungnya saat bertemu dengan Lia.Saat itu Alex mengunjungi sebuah restoran cepat saji bersama kawan-kawannya, dan Lia adalah si kasir yang bertugas melayani pengunjung. Alex terkesima dengan kecantikan Natalia, serta keramahan wan
Pada makan malam kali ini, Alex menemukan Lia yang murung dan seperti diterpa gelisah. Sesekali wanita itu tak sengaja menjatuhkan sendoknya di atas piring, bak orang yang sedang dihantui sesuatu.Mengingat masih ada beberapa asisten yang berada di sekitar mereka, Alex membiarkan Lia selesai terlebih dulu dengan makanannya. Barulah setelah itu, Alex mengatakan sesuatu. "Lia."Yang terpanggil mendongak, menatap Alex sedikit terkejut yang membuat Alex semakin yakin bahwa Lia tampaknya sedang memikirkan hal penting."Mari kita membicarakan sesuatu di dalam kamarku."Awalnya Lia gugup bercampur ragu, namun Lia akhirnya mengangguk. "Baiklah."Mereka akhirnya beranjak menuju dari ruang makan menuju kamar pribadi Alex. Sebelum masuk ke dalam kamarnya, Alex seolah menemukan keganjalan. Alex berhenti di depan Haris, salah satu pengawalnya yang lain."Ke mana Resham?" Tanya Alex pada Haris."Hari ini pak Resham sedang ada keperluan penting dengan keluarganya, tuan.""Ah, ya. Aku lupa tentang it
Setelah penemuan beberapa alat sadap di rumahnya, Alex memperketat penjagaan bahkan meminta semua pihak berwajib untuk menyusuri perkara ini. Sayang, tak ada jejak seperti sidik jari pada semua alat penyadap.Dalam benaknya, mau tidak mau, Alex mencurigai para asisten rumah tangga dan para pengawal. Terlebih merekalah yang memiliki akses untuk memasuki kediaman Alex.Pagi ini, begitu Alex telah bersiap untuk menuju kantor agensi, dia menghampiri bibi Anna yang berada di ruang tengah bersama Alesia. "Bi, sudah siap?"Bibi mengangguk. "Ya, Alex. Apa kamu sudah memberi kabar pada tuan Andreas?""Tentu, bi. Bahkan ayahku sendiri yang meminta untuk Alesia di datangkan ke rumahnya, sedangkan Lia akan ikut ke kantorku."Lia pun muncul, lantas berdiri di sebelah Alex pertanda telah siap."Rumah ini akan kembali menjalani pemeriksaan, asisten serta pengawal pun juga akan diperiksa lebih lanjut." Jelas Alex. "Maka dari itu, kita tak perlu khawatir."Ekspresi bibi tampak setuju dengan keputusan
Masih pada kilas balik saat di Aquarium City, kala itu kakek Erik berkunjung dengan kursi rodanya bersama anak perempuannya yang sudah terlihat berumur."Ayah, lihat pemandangan itu. Sangat cantik bukan? Syukurlah kamu sudah lebih baik dan tidak separah saat mengobati penyakitmu. Kita hanya perlu hingga kamu pulih."Kakek Erik tersenyum tipis. "Ya, aku ingin sembuh karena aku ingin ke tempat ini. Aku merindukan cucuku.""Dia sudah tenang di sana ayah."Kakek Erik menunduk, sang anak lantas meraih saku celananya karena menerima sebuah panggilan. "Ayah, tunggu sebentar. Aku akan mengangkat telepon dari kantor.""Jangan pergi jauh, Sita."Sita, nama anak kakek Erik, mengangguk setuju dan menjawab panggilan yang ditujukan untuknya. Sita begitu serius membahas pekerjaannya, hingga Sita tak sadar bahwa kakek Erik semakin jauh darinya.Tentu kakek Erik bingung dan cemas, melihat ke sana ke mari dan tidak menemukan sosok Sita. Hingga tak lama berselang, seorang wanita datang padanya. Ya, wani
Seminggu berlalu, tepatnya hari di mana peresmian Alexander Adarsa sebagai seorang CEO Agensi Star Music akan digelar. Gedung agensi tampak lebih ramai dari biasanya, mengingat tuan Andreas Adarsa akan mewariskan tahtanya pada Alex. Walau begitu, Lia tak dapat menghadiri acara penting itu secara langsung. Lia masih bertahan dengan privasinya, namun Lia akan selalu memantau acara peresmian jabatan Alex yang ditayangkan secara langsung di TV. Dengan rasa bangganya, Lia menatap wajah Alex yang begitu berseri di layar kaca. Banyak pertanyaan yang bermunculan, sekaligus datangnya ucapan selamat yang bertubi-tubi. "Bagaimana perasaan anda berhasil membuktikan bahwa diri anda layak menyandang posisi baru anda, tuan Alex?" Tanya seorang wartawan. Alex pun menjawab. "Tentu aku begitu senang dan bangga atas pencapaian ini, tapi di sisi lain—aku sangat berterima kasih pada kehadiran istriku." Melihat itu, Lia begitu tersentuh. Walau mungkin Alex mengatakannya hanya sebatas sandiwara, tetapi
Sebulan sejak tragedi-tragedi mengerikan terjadi, kini Alex dan Lia mulai bangkit dan terus mendukung satu sama lain. Lia menepati janjinya untuk menjadi rumah bagi Alex, membuatnya terlihat seperti istri yang sempurna.Alex pun bertindak seperti dia ingin membalas kebaikan dan ketulusan Lia di luar kesepakatan mereka. Walau disibukkan dengan jabatan barunya sebagai CEO bahkan harus menghadiri tugas ke luar negri, Alex selalu menyempatkan waktu untuk memastikan Lia dan Alesia, serta memberikan yang terbaik untuk mereka.Pagi ini, Lia yang baru saja bangun dan merapikan ranjangnya mendengar suara ketukan pada pintu kamarnya. Lia lantas mengatakan, "ya."Alex menyembulkan kepalanya dari balik pintu kamar Lia. "Apa aku boleh masuk?""Tentu."Alex tersenyum tipis. "Apa kamu akan melakukan sesuatu untuk hari ini?""Hm, sepertinya tidak ada. Apa kamu membutuhkan bantuanku?""Aku ingin mengunjungi makam bibi Anna, makanya aku ingin mengajakmu. Beberapa hari lalu, kamu berkata ingin mengunjun
Derita Natalia Nawasena akan kejahatan yang direncanakan oleh Rika dan Jacob akhirnya memiliki ujung yang sudah lama dinantikan.Pihak berwajib telah menetapkan mereka termasuk Haris sebagai tersangka atas kasus penculikan, penyerangan, percobaan pembunuhan, dan pembunuhan berujung korban jiwa.Tak ada penangguhan penahanan, Alex berupaya agar ketiganya dihukum semaksimal mungkin. Alex tak ingin sampai ketiganya bebas karena pengaruh uang maupun Rika yang berasal dari keluarga terpandang.Hari ini, Alex sedang menikmati hari istirahatnya di rumah. Dan seperti biasa, bila Alex telah berolahraga ringan dan membersihkan tubuhnya, maka Alex akan menengok kondisi Lia di dalam kamar wanita itu.Dari celah pintu yang dibukanya, Alex menemukan Lia telah bangun dari tidurnya. Namun Lia masih saja diam, dan saat ini sedang melamun di samping jendela kamarnya.Kian hari, Lia kian diam sejak kematian bibi Anna. Lia tak seperti dulu yang akan menjawab pertanyaan dengan baik, pun sekadar menanyakan
Kilas balik pada saat Alex dan Lia baru saja melangsungkan pernikahan mereka, para pengawal ditugaskan untuk menjaga area yang telah dirundingkan bagi masing-masing anggota.Haris yang baru saja mengantar Alex dan Lia keluar menuju kendaraan mewah lantas berbalik, hendak menghampiri Resham sebagai kepala pengawal yang akan memberi tugas pada semua bawahannya.Resham yang melihat Haris lantas memanggilnya. "Ris, kemarilah.""Baik, pak. Apa saya harus berjaga bersama bapak?" Tanya Haris."Tidak perlu. Sebaiknya kamu berjaga di kediaman tuan Alex karena di sana masih ada Alesia, anak tuan dan nyonya, bersama pengasuhnya. Beri kabar secepat mungkin bila terjadi sesuatu."Haris menunduk ringan. "Baik, pak"Lantas Haris beranjak, kini hendak menuju sebuah mobil yang akan dia gunakan untuk kembali ke kediaman Alex di Zeus Residence. Begitu masuk, Haris terkejut karena ada orang asing yang muncul di kursi penumpang."Si-siapa kamu?!" Tanya Haris dengan begitu panik."Ssst, kamu tidak perlu ce
Seminggu setelah kematian mendiang bibi Anna dan penangkapan Rika serta Jacob, Lia seperti mengurung diri di dalam kamarnya. Bukan karena Lia ketakutan, namun kepergian bibi seolah meninggalkan luka di dalam benaknya.Alex yang juga masih merasakan duka tak mampu berbuat banyak, apalagi hal tempo hari tentu akan menambah trauma dalam diri Lia.Yang biasanya mereka akan menemukan kehadiran bibi Anna sedang menjaga Alesia, kini tiba-tiba dihadapkan dengan takdir di mana sosok beliau tak akan pernah kembali dalam hidup mereka.Walau begitu, setidaknya Alex dapat menghela nafas cukup lega, mengingat Rika dan Jacob yang sudah diproses oleh kepolisian.Saat ini, usai menghadiri rapat penting, Alex meminta supir untuk pergi ke gedung tahanan di mana Rika dan Jacob sedang dibui. Di dalamnya, Alex dapat menemukan Rika yang menggunakan baju tahanan dan menatapnya murka.Ketika dirinya dipertemukan dengan saling berhadapan, Rika mengolok Alex karena begitu jengkel. "Jadi ini balasanmu atas apa y
Para tamu duka datang dengan pakaian serba hitam, memberi penghormatan terakhir pada orang yang sangat berjasa pada hidup Alexander Adarsa. Keluarga mendiang bibi Anna begitu tak kuasa menahan tangis mereka.Faktanya, bibi Anna memiliki seorang suami dan anak angkat yang begitu dirindukan olehnya. Dan karena insiden kemarin hari, mereka tak sempat mengucapkan kata perpisahan dengan baik pada bibi Anna.Alex dan Lia hanya bisa terdiam, menemukan duka yang tak akan pernah mereka lupakan. Lelah tak menjadi faktor mereka untuk meninggalkan rumah duka, dan mereka hanya bisa merenung dalam pemikiran masing-masing."Tuan Alex." Panggil anak angkat bibi dengan wajah sembabnya. "Aku anak dari mendiang ibu Anna, namaku Tya."Alex hanya bisa menunduk, masih tak tega menemukan keterpurukan di wajah keluarga mendiang bibi. "Aku telah banyak mendengar tentangmu, karena ibu selalu menceritakan tentangmu dan nyonya Lia. Terima kasih karena memberikan kesempatan pada ibu untuk kembali bekerja, untuk
Keesokan hari setelah insiden penabrakan bibi Anna, Alex dan Lia kembali terlihat mendampingi beliau yang masih menjalani perawatan intensif pada ruang ICU.Alex yang baru saja mengerjapkan matanya dan tak sengaja tidur dalam posisi duduknya di atas sofa menoleh, menemukan Lia yang juga terlelap di sebelahnya.Kursi ruang tunggu di hadapan ICU memang tidak nyaman, namun setidaknya Alex bisa beristirahat sejenak. Alex lebih tak tega menemukan Lia yang menolak pulang dan ingin menunggu bibi Anna.Lambat laun, beberapa orang kembali berlalu-lalang. Resah masih menyelimuti Alex dan Lia, mengingat sudah sejak kemarin tak ada perkembangan dari bibi.Dua jam berlalu sejak Alex terbangun, Lia ikut melakukan hal yang sama. Matanya mengerjap, lalu menyadari jika dirinya dan Alex masih berada di depan ruang ICU."Apa kamu baik-baik saja tidur seperti tadi?" Tanya Alex."Ya, setidaknya aku bisa tidur sedikit." Balas Lia seraya menepuk-nepuk tengkuknya yang sedikit kaku.Tak lama berselang, muncul
Kini, Alex dan Lia harus kembali menginjak lantai koridor rumah sakit, bergegas mendampingi bibi Anna yang menjadi korban tabrak lari oleh orang tak dikenal.Dengan nafas yang terengah serta Alesia yang terus menangis di dalam dekapannya, Lia berusaha menenangkan diri walau rasanya mustahil karena Lia tak pernah menduga hal ini akan terjadi."Mohon maaf, batas untuk keluarga pasien hanya sampai di sini." Ujar seorang perawat medis untuk mencegat Alex dan Lia.Bibi Anna sepertinya berada dalam kondisi kritis, mengingat tabrakan yang dialaminya sangatlah keras. Dengan mulut yang bergetar, Lia bergumam. "Bibi—bagaimana ini?"Alex mendengar risau dari mulut wanita Nawasena tersebut, lantas tergerak untuk mengusap pundaknya. "Tenanglah, kita harus yakin jika beliau akan baik-baik saja."Meski dirinya sendiri sedang kalut, sedih, marah, dan juga kesal, tetapi Alex harus menenangkan situasi terlebih dulu, apalagi situasi Lia. Ini adalah ke sekian kalinya mereka melihat orang-orang di sekitar
Pagi yang cerah menyinari awal hari ini. Sinar mentari yang masuk melalui celah gorden mengusik kulit Alex membuatnya melenguh dan perlahan mulai terbangun dari istirahatnya.Tapi kamar Lia begitu nyaman rasanya, hingga Alex masih ingin mengeratkan pelukannya pada sebuah bantal. Tak lama berselang, setelah melenguh, Alex mendengar suara deheman yang begitu dekat darinya.Awalnya Alex ingin menghiraukan itu, namun telinganya mendengar Lia yang memanggil namanya dengan suara yang parau. "Lex."Sontak Alex membuka kedua matanya, menemukan Lia yang sebenarnya sejak tadi dia peluk seperti bantal. "Astaga, maafkan aku." Katanya dan melepas Lia, kemudian menjauh dengan rasa bersalah.Melihat Alex yang berdiri membuat Lia sedikit kikuk dengan mengusap tengkuknya. "Ti-tidak apa-apa." Kata Lia berusaha tenang dan tak gugup."Aku tak sadar jika aku melakukan itu, padahal seharusnya—ah, maafkan aku.""Ya, aku pun tidak tega membangunkanmu karena sepertinya kamu begitu pulas."Alex menggaruk pelip
Alex dan Lia pun kembali pada kediaman Alex. Hunian elit tersebut terasa lebih sepi dibanding hari-hari biasanya, karena dalam perjalanan tadi, Alex meminta bibi Anna membawa Alesia untuk berlindung di rumah tuan Adarsa, ayahnya.Tentu, Alex tak ingin menemukan masalah lain jika saja dirinya tetap membiarkan mereka berada di rumah tanpa pengawasan ketat, mengingat Alex baru bisa mendapatkan perlindungan ekstra dari pihak kepolisian."Lia, maaf hari ini aku tidak bisa menemanimu. Aku sangat lelah." Ucap Alex yang diangguki Lia."Kamu harus istirahat, hari ini pastinya melelahkan bagimu.""Ya, aku akan mandi terlebih dulu lalu beristirahat. Bila kamu membutuhkan sesuatu, beritahu aku."Lia kembali mengangguk untuk yang kedua kalinya, menatap Alex yang mulai berjalan memasuki kamar pribadinya. Wanita itu tak masuk begitu saja ke dalam kamarnya sendiri.Tak ingin hal buruk terjadi, Lia bergerak untuk memastikan semua akses mulai dari pintu, jendela, hingga ventilasi terdekat terkunci deng