Beranda / Fantasi / True Colour / Penemuan jasad

Share

Penemuan jasad

Berita pagi ini sangat membuat warga London merasa ketakutan. Di seluruh media elektronik maupun media cetak tersebar berita mengenai penemuan jasad wanita dengan leher yang terkoyak akibat gigitan sesuatu. Para petugas kepolisian pun melakukan penyelidikan mengenai kasus ini. 

Seluruh area hutan itu pun ditutup semetara selama proses penyelidikan. Memang hutan yang menjadi tempat penemuan jasad itu adalah hutan yang masih alami dan tentunya terdapat banyak hewan-hewan buas. Namun terdapat kejanggalan yang masih menjadi pertanyaan bagi petugas kepolisian.

Apa motif wanita itu hingga pergi ke hutan?

Jika memang dia diserang binatang buas, mengapa tidak ada tanda perlawanan dari wanita itu?

Selain luka gigitan di leher, tidak ada luka lain seperti cakaran di tubuhnya. Bagaimana bisa?

Saat polisi sedang menyelidiki tempat kejadian, terlihat 3 orang datang mendekat ke arah polisi itu. Seorang lelaki dengan dua orang wanita yang terlihat sedikit aneh, belati berwarna perak terselip diantara pakaian mereka.

"Maaf Tuan dan Nona. Kalian tidak boleh berada disini," cegah polisi itu.

Seorang lelaki yang datang bersama dua wanita itu semakin mendekat ke polisi itu. Dia melirik name tag dari seragam polisi itu. "Tuan … Merlin. Sepertinya anda sedang menangani kasus yang cukup mengganggu pikiran. Kami akan membantu." 

"Kalian ditugaskan dari kepolisian wilayah mana?" tanya polisi bernama Merlin itu.

"Kami bukan dari kepolisian," balas lelaki itu.

"Kalau begitu kami tidak bisa menerima bantuan anda beserta teman-teman anda. Kalian tidak bisa berada di sini. Silahkan kalian kembali ke rumah masing-masing," tolak Merlin.

"I'm sorry. Tapi kami tidak sedang meminta izin untuk ikut menyelidiki kasus ini," ucap lelaki itu.

Lalu dengan santainya dia masuk melewati garis polisi dan melihat-lihat lokasi jasad itu tergeletak.

Merlin seketika murka, dia meminta bawahannya untuk menyeret lelaki itu pergi dari lokasi penyelidikan. Namun belum sempat mereka mendekati lelaki itu, dua wanita tadi mencegah mereka untuk mendekat dan melumpuhkan mereka dengan mudah.

"Fuck! Siapa kalian sebenarnya?" umpat Merlin. Semua bawahannya sudah terbaring kesakitan karena pukulan dari dua wanita itu.

Tidak ada jawaban dari mereka karena mereka sudah pergi setelah puas melihat-lihat.

  • ••

Jam istirahat di sekolah sudah tiba, Vincent mendekati Aldrich mencoba untuk mengajaknya pergi ke kantin. Siswa-siswa lain berangsur pergi meninggalkan kelas sampai menyisakan Aldrich dan Vincent saja.

Aldrich sedang merapikan bukunya yang berada di atas meja. Dia tidak memperdulikan Vincent yang berada di hadapannya. 

"Carrin–" 

"Apa yang kamu inginkan?" sela Aldrich cepat.

"Ayo kita pergi ke kantin," ajak Vincent.

"Pergi saja sendiri."

"Aku tidak pernah melihatmu pergi ke kantin. Apa kamu membawa makanan sendiri?" tanya Vincent.

"Dengar, jika kamu tidak segera menutup mulutmu dan pergi dari sini. Kamu yang akan aku makan," desis Aldrich.

Vincent seketika merasakan bulu kuduknya merinding. Dia menelan ludahnya dengan susah payah. Aldrich menatap Vincent dengan tatapan mengancam namun kedua sudut bibirnya membentuk sebuah senyuman.

"Hahaha …. " tawa Vincent dengan kikuk.

Aldrich semakin menatap tajam Vincent. Dia berdiri dari kursinya lalu berjalan mendekat ke Vincent. "Jika kamu tahu siapa aku, kamu tidak akan pernah bisa tertawa seperti itu."

Setelah berkata seperti itu, Aldrich pergi meninggalkan Vincent di dalam kelas dengan pikiran yang penuh dengan tanda tanya.

  • ••

Malam hari di suatu rumah sederhana di pinggiran Kota London, terlihat seorang lelaki sedang berdiskusi dengan dua wanita mengenai kasus penemuan jasad wanita di hutan hari ini. 

"Tidak ada jejak kaki hewan yang aku temukan," ucap lelaki itu.

Salah satu wanita dengan rambut pendek dan gaya tomboynya bersuara. "Eric. Sudah pasti, itu perbuatan vampir yang sedang haus darah." 

"Aku juga sudah melihat jasad wanita itu, luka gigitannya benar-benar mengerikan," jelas wanita berambut panjang.

"Kita akan menyelidiki kasus ini. Bisa jadi kasus ini ada hubungannya dengan kasus sebelumnya. Dengan begitu kita bisa mengungkap satu persatu kasus ini dan menemukan pelakunya. Vampir sialan itu … " terang lelaki bernama Eric itu.

"Dari data kepolisian, wanita yang mati itu bernama Jane. Aku melihat kesamaan antara Hugo dan Jane ini. Hugo dan Jane sama-sama siswa dari sekolah Elite. Dan lagi, Jane ternyata memiliki perasaan terhadap Hugo … " 

"Dari sini, aku memiliki rencana. Helena … kamu menyamar menjadi siswa di sekolah Elite itu. Cari tahu informasi apapun yang berhubungan dengan Hugo dan Jane," ucap Eric kepada wanita berambut panjang. Dia adalah Helena.

Helena mengerutkan alis tidak suka. "Aku tidak suka harus berkumpul dengan anak-anak manja dengan harta yang berlimpah itu. Jadi, sorry Eric. Aku tidak mau."

"Helena. Tidak ada orang lain lagi yang memiliki rekor penyamaran terbaik seperti dirimu. Bukan begitu, Johanne?" Eric menatap wanita berambut pendek dengan gaya tomboynya.

"Aku setuju dengannya. Helena, kamu satu-satunya orang yang bisa mudah bersosialisasi dengan orang lain. Kamu pintar, ramah dan … cantik," balas Johannes.

Helena tetap tidak setuju dengan rencana Eric yang ingin membuatnya masuk ke dalam sekolah Elite dan bergaul dengan siswa-siswa disana. Karena terus saja dibujuk oleh mereka, Helena merasa kesal. Dia lalu pergi dari rumah itu mengendarai motor sport milik Johannes.

Dengan kecepatan penuh, Helena memacu motornya membelah kegelapan jalan di pinggir kota ini. Jalanan pinggir kota memang sangat gelap. Lampu-lampu hanya menyala di beberapa titik saja. 

Tiba-tiba saat hampir memasuki kota, Helena dikejutkan dengan sekelebatan yang melintas di depannya sangat cepat. Helena refleks menginjak rem secara mendadak yang membuatnya terlempar dari motor dengan keras. Beberapa kali dia berguling di atas aspal jalanan.

"Vampir brengsek!" umpat Helena.

Wanita itu berlari mengikuti arah sekelebatan tadi masuk ke dalam hutan. Helena sempat melihat jika sekelebat itu menyerupai manusia. Jadi seketika dia berpikir bahwa itu adalah vampir.

Setelah cukup jauh berlari, Helena merasa kelelahan dan akhirnya berhenti mengejar vampir itu. "Sialan!"

Helena mencoba menarik nafas panjang karena paru-parunya terasa terbakar akibat berlari dengan kencang. Namun, Helena mendengar sesuatu. Helena memfokuskan pikirannya, dan bersiap mengambil belati dari dalam pakaiannya.

Saat Helena berbalik, dia tidak menemukan siapa-siapa. Helena kembali memeriksa sekitarnya, tapi tetap saja tidak ada siapapun. Dia juga tidak mendengar suara-suara lagi. Seakan semua kembali sunyi menyisakan dirinya yang masih berada di sana.

"Kenapa hari ini sangat menyebalkan?!" geram Helena.

Helena pun berjalan menuju tempat dia terjatuh tadi. Tapi saat menelusuri jalan itu, dia tidak bisa menemukan motornya. "Tadi … ada disini. Kenapa bisa tidak ada?"

Helena terus mencari di sekitar tempat dia jatuh. Tetap saja tidak ada motor sport hijau milik Johannes itu. Hal itu semakin membuat Helena kesal. Kali ini ditambah dengan menyalahkan diri sendiri yang telah begitu bodoh meninggalkan motor itu.

"Sekarang apa yang harus aku lakukan? Johannes pasti akan membunuhku karena membuat motor kesayangannya dicuri," gumam Helena. 

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status