Home / Fantasi / True Colour / Demi aku?

Share

Demi aku?

Author: Affandi
last update Last Updated: 2022-04-12 01:01:12

"Helena, apa kamu sibuk sepulang sekolah?" tanya Vincent. Lelaki itu menghampiri Helena di mejanya. 

Helena mengangkat kedua bahunya. "Sepertinya aku tidak ada acara atau kegiatan lain nanti. Kenapa?"

Vincent menatap Aldrich yang sedang menutup mata menikmati musik dari earphone miliknya. Segera Vincent mendekati Aldrich dan melepas earphone dari telinganya.

Alhasil, Aldrich menatap Vincent dengan tajam. Tapi, seperti biasanya Vincent tidak menghiraukan tatapan itu. Jika siswa lain, mereka pasti sudah menjauh dengan wajah takut. 

"Oke dengar, kalian ingat 'kan dengan tugas anatomi manusia? Aku berencana sepulang sekolah kita pergi ke rumah sakit milik ayahku untuk mengerjakan tugas itu," terang Vincent.

"Aku tidak ikut," tolak Aldrich.

Vincent dan Helena menatap ke arah Aldrich.

"Kenapa kamu tidak mau ikut? Aldrich, ingat ini tu

Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • True Colour   Curiga

    Mendekati ruang otopsi, Vincent memberitahu Helena dan Aldrich untuk memakai pakaian khusus agar tetap steril dan bersih. Mereka pun memakai pakaian khusus yang diberikan oleh petugas ruang otopsi. Sesekali Helena melirik ke arah Aldrich, untuk kembali mengamatinya."Tuan Vincent, Helena dan Aldrich…kalian sudah siap?" tanya petugas ruang otopsi."Aku perlu ke kamar mandi sebentar." jawab Aldrich tiba-tiba.Vincent mengangguk menanggapinya. Sementara Helena hanya diam, di dalam hatinya dia ingin sekali mengikuti Aldrich. Helena tidak ingin melewatkan hal sekecil apapun. Saat Aldrich sudah pergi, Helena pun ijin untuk pergi ke kamar mandi juga. Bedanya, Helena tidak menunggu jawaban dan seketika pergi begitu saja.Helena melihat Aldrich yang sudah berbelok ke arah kamar mandi pria. Perlahan Helena berjalan hingga sampai depan kamar mandi pria. Mendengar suara pintu bilik tertutup di dalam kamar mandi, Helena pun membuka pintu yang berada di depannya sedikit demi sedikit. Beruntungnya,

    Last Updated : 2022-05-21
  • True Colour   Akibat Ramuan

    Helena berhasil terlelap dalam sekejap. Namun beberapa menit kemudian dia merasakan belaian tangan seseorang di wajahnya. Helena sedikit terganggu namun dia masih enggan membuka mata. Selanjutnya, dia merasakan hembusan nafas di telinganya. Sekali, dua kali dia mencoba tidak menghiraukannya. Tapi hembusan nafas itu malah berpindah ke lehernya. Perlahan hembusan nafas di leher berubah menjadi kecupan kecil, jilatan hingga ciuman. Spontan Helena membuka mata seketika.Betapa terkejutnya Helena melihat beberapa mahluk berparas cantik dan tampan berada di kamarnya. Bukan hanya 1 atau 2 mahluk, tapi lebih dari 10 mahluk. Dan disampingnya sedang duduk seorang lelaki tampan dengan netra merah ketara jelas. Vampir, satu kata yang ada di pikiran Helena.Alam bawah sadarnya seketika menyuruhnya untuk mengambil senjata di balik ranjang. Tapi belum sempat dia bergeser 1 senti pun, lelaki di sampingnya menahan tubuhnya hingga tidak bisa bergerak."Siapa yang memperbolehkanmu pergi?" ucap lelaki

    Last Updated : 2022-05-22
  • True Colour   Bagaimana mungkin?

    Setelah beberapa menit, dokter Susan pun selesai melakukan pemeriksaannya terhadap Helena. Dokter Susan mengambil kertas dari tasnya dan menuliskan resep."Beruntung punggung anda tidak mengalami cedera yang serius. Tapi tetap saja anda harus istirahat, jangan melakukan banyak gerakan dan minum obat dari resep yang sudah saya tulis," jelas Susan.Helena menerima resep obat dari Susan. "Baik, Dok. Terima Kasih.""Kalau begitu, tugas saya sudah selesai. Semoga anda segera pulih dan bisa beraktivitas seperti biasa.""Terima Kasih. Biar saya antar anda ke depan," ucap Helena.Susan tersenyum simpul. "Oh tidak perlu, lebih baik anda istirahat saja. Ah ya, Aldrich sudah membayar semuanya jadi anda tidak perlu khawatir. Selamat siang."Helena tidak menjawab dan hanya menatap kepergian Susan. Saat di luar UKS, Helena bisa melihat Aldrich dan Susan yang saling berbicara. Tidak lama kemudian Aldrich masuk ke dalam UKS."Berikan aku rekaman cctvnya," ketus Helena."Tidak ada terima kasih?" "Aku

    Last Updated : 2022-05-28
  • True Colour   Petunjuk dari mimpi

    Saat Johannes akan mengambil tas Helena, Vincent mencegat Johannes. Hal itu membuat Johannes mengerutkan alisnya. "Apa terjadi sesuatu dengan Helena?" tanya Vincent dengan tatapan cemas. "Helena sedang tidak enak badan. Jadi saya akan membawanya pulang." Johannes menjawab Vincent dengan sopan. Tidak lupa Johannes meminta izin kepada guru di kelas untuk membawa Helena pulang. Lalu sebelum keluar dari kelas, Johannes melihat Aldrich dengan tatapan tajam. Sementara Aldrich hanya memasang wajah tenang dan datar. ••• Beberapa jam berlalu, Helena hanya bisa diam di atas ranjang. Sangat membosankan baginya, namun dia juga tidak bisa bergerak dengan leluasa karena punggungnya yang masih sakit. Saat ini Helena sedang berada di rumah Paman Peter. Ya, Helena dan teman-temannya belum kembali ke rumah mereka sendiri. Tok. Tok. Tok Helena sedikit mendudukkan tubuhnya. "Masuk." Helena menatap ke arah pintu yang ternyata sudah berdiri Eric di sana. "Bagaimana kabarmu?" tanya Eric. "Masih hi

    Last Updated : 2022-12-24
  • True Colour   Malam yang mencekam

    London, 2015Seorang wanita tengah berjalan di kegelapan malam Kota London dengan kewaspadaan yang meningkat beberapa level. Setiap detik dia menoleh ke belakang lalu kembali melanjutkan langkahnya dengan detak jantung yang berdebar hebat.Lampu-lampu jalan menerangi trotoar tempat dia berjalan. Sejauh mata memandang, dia tidak menemukan manusia satupun yang sedang berada di luar rumah seperti dirinya.Mungkin karena malam ini hujan lebat telah membasahi seluruh kota. Ditambah dengan suhu udara yang terasa turun hingga ke minus derajat.Mungkin mereka memilih untuk tidur di rumah dengan menyalakan perapian yang hangat ditemani dengan segelas teh atau coklat panas. Bisa juga mereka sedang bergelut d

    Last Updated : 2021-06-16
  • True Colour   Sekolah baru

    Detik selanjutnya dia merasakan hujaman benda tajam yang menusuk lehernya dengan bringas.Suaranya tercekat, mulutnya terbuka mencoba untuk mengeluarkan teriakannya. Namun tidak ada sedikitpun suara yang keluar.Dengan segala upaya wanita itu mencoba melepaskan diri. Memukul, mendorong hingga mencakar tubuh lelaki gila itu. Tanpa terasa kuku-kuku cantiknya telah rusak dan patah, darah mengalir dari luka pada bekas kukunya itu.Perlahan tenaga wanita itu terasa seperti terkuras habis. Begitupun dengan darah yang ada di dalam tubuhnya.Brugh.Dengan mudahnya lelaki itu meninggalkan wanita yang sudah tidak

    Last Updated : 2021-06-16
  • True Colour   Hugo Stein

    Sinar mentari mulai memberikan kehangatan bagi seluruh penghuni bumi. Lelaki yang masih terlelap itu mulai membuka matanya karena gangguan dari sinar yang menelusup dari tirai jendela kamarnya."Aku bosan dengan semua ini," keluhnya.Siapakah lelaki itu?Benar dia adalah Aldrich. Lelaki itu tinggal sendiri di sebuah Apartemen Mewah yang hanya ditinggali oleh para konglomerat.Sekaya apa hingga bisa disebut konglomerat?Jika kamu memiliki harta bersih senilai 1 Million Dollars dan masih bisa bertambah setiap hari. Kamu bisa disebut sebagai konglomerat.

    Last Updated : 2021-06-17
  • True Colour   Pembalasan

    Kerlap-kerlip lampu mengiringi musik dari DJ yang sedang berdentum ria. Seorang lelaki dengan bertubuh kekar dan kulit sawo matang sedang asik menggoyangkan tubuhnya dengan enerjik. Dia adalah Hugo Stein. Tampaknya alkohol sudah mulai menguasai dirinya. Dengan langkah yang sedikit limbung dia beranjak dari lantai dansa dan kembali ke meja bar. Dia meminta bartender untuk mengisi kembali sampanye yang sudah kesekian kalinya. Bartender itu menatap sinis Hugo. "Apa?! Lakukan saja tugasmu," bentak Hugo tidak suka. Sebenarnya bartender itu tidak peduli jika Hugo mabuk. Akan tetapi dia hanya tidak ingin di barnya terjadi keributan yang tidak penting karena seseorang yang mabuk.

    Last Updated : 2021-06-20

Latest chapter

  • True Colour   Petunjuk dari mimpi

    Saat Johannes akan mengambil tas Helena, Vincent mencegat Johannes. Hal itu membuat Johannes mengerutkan alisnya. "Apa terjadi sesuatu dengan Helena?" tanya Vincent dengan tatapan cemas. "Helena sedang tidak enak badan. Jadi saya akan membawanya pulang." Johannes menjawab Vincent dengan sopan. Tidak lupa Johannes meminta izin kepada guru di kelas untuk membawa Helena pulang. Lalu sebelum keluar dari kelas, Johannes melihat Aldrich dengan tatapan tajam. Sementara Aldrich hanya memasang wajah tenang dan datar. ••• Beberapa jam berlalu, Helena hanya bisa diam di atas ranjang. Sangat membosankan baginya, namun dia juga tidak bisa bergerak dengan leluasa karena punggungnya yang masih sakit. Saat ini Helena sedang berada di rumah Paman Peter. Ya, Helena dan teman-temannya belum kembali ke rumah mereka sendiri. Tok. Tok. Tok Helena sedikit mendudukkan tubuhnya. "Masuk." Helena menatap ke arah pintu yang ternyata sudah berdiri Eric di sana. "Bagaimana kabarmu?" tanya Eric. "Masih hi

  • True Colour   Bagaimana mungkin?

    Setelah beberapa menit, dokter Susan pun selesai melakukan pemeriksaannya terhadap Helena. Dokter Susan mengambil kertas dari tasnya dan menuliskan resep."Beruntung punggung anda tidak mengalami cedera yang serius. Tapi tetap saja anda harus istirahat, jangan melakukan banyak gerakan dan minum obat dari resep yang sudah saya tulis," jelas Susan.Helena menerima resep obat dari Susan. "Baik, Dok. Terima Kasih.""Kalau begitu, tugas saya sudah selesai. Semoga anda segera pulih dan bisa beraktivitas seperti biasa.""Terima Kasih. Biar saya antar anda ke depan," ucap Helena.Susan tersenyum simpul. "Oh tidak perlu, lebih baik anda istirahat saja. Ah ya, Aldrich sudah membayar semuanya jadi anda tidak perlu khawatir. Selamat siang."Helena tidak menjawab dan hanya menatap kepergian Susan. Saat di luar UKS, Helena bisa melihat Aldrich dan Susan yang saling berbicara. Tidak lama kemudian Aldrich masuk ke dalam UKS."Berikan aku rekaman cctvnya," ketus Helena."Tidak ada terima kasih?" "Aku

  • True Colour   Akibat Ramuan

    Helena berhasil terlelap dalam sekejap. Namun beberapa menit kemudian dia merasakan belaian tangan seseorang di wajahnya. Helena sedikit terganggu namun dia masih enggan membuka mata. Selanjutnya, dia merasakan hembusan nafas di telinganya. Sekali, dua kali dia mencoba tidak menghiraukannya. Tapi hembusan nafas itu malah berpindah ke lehernya. Perlahan hembusan nafas di leher berubah menjadi kecupan kecil, jilatan hingga ciuman. Spontan Helena membuka mata seketika.Betapa terkejutnya Helena melihat beberapa mahluk berparas cantik dan tampan berada di kamarnya. Bukan hanya 1 atau 2 mahluk, tapi lebih dari 10 mahluk. Dan disampingnya sedang duduk seorang lelaki tampan dengan netra merah ketara jelas. Vampir, satu kata yang ada di pikiran Helena.Alam bawah sadarnya seketika menyuruhnya untuk mengambil senjata di balik ranjang. Tapi belum sempat dia bergeser 1 senti pun, lelaki di sampingnya menahan tubuhnya hingga tidak bisa bergerak."Siapa yang memperbolehkanmu pergi?" ucap lelaki

  • True Colour   Curiga

    Mendekati ruang otopsi, Vincent memberitahu Helena dan Aldrich untuk memakai pakaian khusus agar tetap steril dan bersih. Mereka pun memakai pakaian khusus yang diberikan oleh petugas ruang otopsi. Sesekali Helena melirik ke arah Aldrich, untuk kembali mengamatinya."Tuan Vincent, Helena dan Aldrich…kalian sudah siap?" tanya petugas ruang otopsi."Aku perlu ke kamar mandi sebentar." jawab Aldrich tiba-tiba.Vincent mengangguk menanggapinya. Sementara Helena hanya diam, di dalam hatinya dia ingin sekali mengikuti Aldrich. Helena tidak ingin melewatkan hal sekecil apapun. Saat Aldrich sudah pergi, Helena pun ijin untuk pergi ke kamar mandi juga. Bedanya, Helena tidak menunggu jawaban dan seketika pergi begitu saja.Helena melihat Aldrich yang sudah berbelok ke arah kamar mandi pria. Perlahan Helena berjalan hingga sampai depan kamar mandi pria. Mendengar suara pintu bilik tertutup di dalam kamar mandi, Helena pun membuka pintu yang berada di depannya sedikit demi sedikit. Beruntungnya,

  • True Colour   Demi aku?

    "Helena, apa kamu sibuk sepulang sekolah?" tanya Vincent. Lelaki itu menghampiri Helena di mejanya.Helena mengangkat kedua bahunya. "Sepertinya aku tidak ada acara atau kegiatan lain nanti. Kenapa?"Vincent menatap Aldrich yang sedang menutup mata menikmati musik dari earphone miliknya. Segera Vincent mendekati Aldrich dan melepas earphone dari telinganya.Alhasil, Aldrich menatap Vincent dengan tajam. Tapi, seperti biasanya Vincent tidak menghiraukan tatapan itu. Jika siswa lain, mereka pasti sudah menjauh dengan wajah takut."Oke dengar, kalian ingat 'kan dengan tugas anatomi manusia? Aku berencana sepulang sekolah kita pergi ke rumah sakit milik ayahku untuk mengerjakan tugas itu," terang Vincent."Aku tidak ikut," tolak Aldrich.Vincent dan Helena menatap ke arah Aldrich."Kenapa kamu tidak mau ikut? Aldrich, ingat ini tu

  • True Colour   Mendekatimu

    Aldrich mengendarai mobilnya dengan cepat menuju hotel tempat dia menginap. Raut wajahnya kembali datar namun tidak lama kemudian senyuman tipis menghiasi bibirnya. Setelah berkendara cukup lama, Aldrich pun sampai di sebuah hotel bergaya klasik. Halaman hotel terlihat rimbun karena pepohonan tinggi menjulang. Beberapa mobil tua klasik terparkir di sana. Baru saja keluar dari mobil, Aldrich mendengar suara langkah kaki yang berjalan mendekatinya. "Derrick, sepertinya kamu sudah cukup sehat hingga bisa berkeliaran disini." "Kamu tampak kesal. Apa karena kamu tidak berhasil membunuhku?" ejek Derrick. "Aku hanya kesal harus menunda hari kematianmu kemarin."

  • True Colour   Pemikat lawan

    Setelah naik ke lantai 2, Helena dan Aldrich berjalan ke ruangan di ujung dengan pintu berwarna coklat. Di depan pintu terdapat rangkaian bunga kering yang membentuk lingkaran.Helena membuka pintu itu, lalu mempersilahkan Aldrich masuk lebih dulu. Di dalam kamar ternyata memiliki ruang yang cukup luas. Tidak terlalu besar ataupun terlalu kecil. Aldrich melihat beberapa buku yang tertata rapi di sebuah meja belajar yang cukup tua.Dari tempatnya berdiri, jika dia berbalik maka akan bertatapan dengan sebuah ranjang yang tidak besar. Di kepala ranjang terdapat ukiran yang unik."Semoga iblis tidak merasukimu," lirih Aldrich. Dia membaca tulisan di ukiran itu."Ehh ... kamu bisa membacanya? Itu dituli

  • True Colour   Niat baik?

    Jam pulang sekolah pun tiba. Namun cuaca terlihat tidak bersahabat, hujan deras diiringi petir mengguyur seluruh kota. Satu persatu siswa pergi dari sekolah. Mereka pulang tanpa khawatir kehujanan, karena mereka memiliki kendaraan pribadi. "Ah, aku akan pulang sekarang. Kurasa hujannya tidak berhenti dalam waktu dekat. Helena, apa kamu membawa mobil?" tanya Vincent. Helena tersenyum kecut. "Aku tadi diantar oleh temanku. Sekarang, temanku agak sibuk … dia tidak bisa datang menjemputku. Aku akan mencoba mencari taksi online." "Dimana alamat rumahmu? Mungkin aku bisa mengantarmu." tawar Vincent. "Aku tinggal di xxxxx dekat ke arah hutan perbatasan—"

  • True Colour   Menggali informasi dari Vincent

    Rintik-rintik hujan membasahi kota London pagi ini. Langit terlihat gelap, sinar mentari seakan enggan untuk menampakkan dirinya. Suasana saat ini sama persis dengan suasana hati Aldrich yang benar-benar buruk.Aldrich baru saja memarkirkan mobilnya di halaman sekolah. Dia lalu keluar dari mobil tanpa peduli dengan rintikan hujan yang membasahi tubuhnya. Tiba-tiba saja Helena mendekatinya dan berbagi payung dengannya. "Apa kamu sibuk sepulang sekolah?"Aldrich hanya diam dan tidak menjawab pertanyaan Helena. Saat sudah memasuki gedung sekolah, Helena menutup payungnya. Aldrich tetap berjalan tanpa mengucapkan terima kasih atau menunggu Helena."Ada apa denganmu? Kemarin kamu terlihat baik-baik saja. Sekarang kamu terlihat sangat dingin padaku," kesal Helena.

DMCA.com Protection Status