Trevor melihat punggung Tamara berjalan melewati water fountain kemudian melewadti jembatan melengkung.
Dia heran melihat Tamara yang baru akan pulang di jam selarut itu.
Sudah lewat tengah malam. Apa yang dia perbuat hingga larut begini baru pulang?
Seharusnya dengan ketiadaan dirinya di mansion, Tamara bisa bebas dari pekerjaannya. Tapi wanita ini malah tetap berkeliaran sampai larut malam.
Apa dia tidak memikirkan anak-anaknya?
Begitu Trevor tiba di paviliun pohonnya, dia langsung menghubungi dapur dan mencari Bruno.
“Ya, Signor?”
“Apa yang terjadi? Kenapa aku melihat Tamara baru pulang beberapa menit lalu?” tanya Trevor dengan nada tak acuh, tapi juga terdengar tak sabaran.
“Itu ... sepertinya Tamara baru kembali bersama istri Anda, Tuan. Sore tadi Lady El mengajak Tamara pergi keluar.”
“Dari sore keluar dan baru pulang sekarang?” tanyanya lagi dengan nada terheran-hera
Thea dan Tilly saling berpandangan.Teringat semalam, saat mommy mereka pulang, mereka berdua memang sudah berada di atas tempat tidur.Tetapi mereka tetap terjaga, dengan telinga yang bersiaga mendegnarkan tanda-tanda kepulangan mommy mereka.Ketika sang mommy berhasil mencapai lantai di mana mereka berada, Thea dan Tilly langsung keluar dari kamar mereka.“Mommy kenapa pulang nya malam sekali? Padahal kami menunggui strawberry pie yang mommy janjikan lho.”“Maaf, ya. Mommy terpaksa lembur tadi. Besok saja ya baru buat. Ini sudah terlalu malam. Mommy sudah cape.”“Iya, Mommy. Kita tidak memaksa kok. Ayo sini, cepat, mommy baring sini biar aku pijitin!” kata Thea menarik tangan Tamara untuk rebahan di atas tempat tidur.Meskipun pada akhirnya Tamara membersihkan tubuhnya dulu, Thea dan Tilly akhirnya tidur bersama mommy mereka.Dan pagi ini, mereka sengaja bangun terlebih dahulu dan membiarka
“Hei, bocah kecil! Jaga bicaramu!” seru Lady El yang naik pitam pada salah satu dari triplets di ujung teleponnya.Dia begitu marah, sudah diperlakukan tak dianggap oleh suaminya sendiri, sekarang bocah yang dia perkirakan merupakan anak tidak sah dari suaminya itu malah mengatainya bermacam hal.Namun yang paling menusuk hatinya adalah saat dia dikatakan bibi yang hampir tua.Haloooo ... wajah operasian nya ini sangat kencang dan dia sudah menjadi cantik paripurna, masa iya dibilang bibi tua?! Lihat nanti bocah-bocah tengik!Tapi ternyata, menghadapi bocah tidak lebih mudah daripada menghadapi orang dewasa.“Idiiiiih, Bibi kok cepat marah sih? Jangan marah-marah dong, Bibi. Nanti tambah cepat tua lho!” Terdengar lagi suara cempreng bocah itu.“Apa kau bilang? Aku ini baru 26 tahun, tahu! Sama usianya dengan mommy kalian!”Lady El menderu marah, sampai melupakan fakta bahwa sebagai Lady El dia seharusnya tidak tahu tentang usia Tamara.Terdengar lagi suara terkesiap Tilly yang super c
Pada Akhirnya, mereka membangunkan Tamara dan memberitahu bahwa ada panggilan dari boss nya mommy. Tamara pun bangun dan tersenyum pada mereka berdua.“Mommy masih cape ya? Boss nya mommy memang keterlaluan ya?”“Kenapa keterlaluan?” tanya Tamara heran.“Ya, dia memperlakukan Mommy seperti sapi perah!”Apaaa? Sapi perah? Lagi-lagi, untuk ke sekian kalinya, Tamara tak habis pikir bagaimana mereka mendapatkan kosakata seperti itu?“Tidak, Tilly. Mommy tidak diperlakukan seperti sapi perah kok. Kan mommy dibayar memang untuk memasak. Jadi, ya ... ini sudah tugas mommy.”Tamara menjelaskan sembari mengusap kepala masing-masing tripletsnya.Saat itulah, dia melihat wajah Tilly yang sembap, membuat Tamara bertanya, “Kamu kenapa, Tilly? Apakah habis menangis?”“Ah? Tidak kok, Mommy. Aku hanya merasa sudut mataku gatal. Jadi tadi aku menggaruknya terus dan kemudian jadi
Lady El tiba di tempat ini setelah tadi dia dengan sengaja menyuruh Tamara datang dalam 15 menit. Padahal saat itu, dia sudah bersiap untuk pergi.Selesai menelpon Tamara, Lady El langsung menuju mobil.Membayangkan Tamara cepat-cepat datang lalu kesal karena ternyata Lady El sudah pergi, itu saja sudah cukup menyenangkan.“Silakan masuk, Lady. Tuan Vicco sudah di tempatnya,” kata asisten Vicco yang mengatur setiap pertemuan Vicco.Lady El pun memasuki ruangan dan melihat Vicco di meja kerjanya sedang menerawang berlian biru dengan sebuah alat ‘pengukur keaslian’ di tangannya.Dia seperti tidak mendengarkan Lady El masuk.Sambil melangkah pelan, Lady El melihat di atas meja Vicco terdapat 50 butir berlian biru di sana.Sebuah pemandangan yang begitu menggoda, menurut Lady El.Hatinya bergemuruh sejenak sebelum dia akhirnya teringat untuk apa dia datang ke sini.“Viccooo ...” rengeknya
Darla pulang dari tempat Vicco dengan hati depresi.Sudah mendapatkan perlakuan tidak baik dari Vicco, ketika dia keluar dari ruang kerja Vicco, dia melihat seorang model yang berada di level tengah melangkah dengan anggun dan angkuhnya melewati dirinya.Darla sampai menoleh untuk melihat wanita model itu.Ternyata asisten Vicco membukakan pintu bagi wanita itu.Dan yang menyakitkan hati Darla adalah ketika pintu dibuka, suara Vicco menyambut wanita itu dengan ceria.“Akhirnya kamu datang juga, Sayang.”Suara itu begitu lembut dan mendayu.Darla mendengus dalam hatinya. Ternyata Vicco secepat itu mencari penggantinya.Padahal perjanjian mereka sebelum ini adalah jika dia berhasil mengukuhkan posisinya sebagai Nyonya Trevor, Vicco berjanji tidak akan mencari wanita lain.Vicco bersedia menjadi pria simpanan Darla.Tapi apa kenyataannya?Dengan hati meradang, Darla kembali ke kediaman Kozlov.
Di ruang makan utama ...“Bagaimana kalian?” tanya Rodrigo begitu Darla bergabung di ruang makan.Wanita itu tersenyum lembut. “Baik,” katanya.Lalu ... wajahnya dibuat sendu juga ragu-ragu. “Tapi ...”“Tapi apa?” tanya Rosemary.Rodrigo yang memajukan wajahnya menanti jawaban Darla pun dianggap Darla sebagai pertanda pria itu sudah masuk dalam jebakannya. Begitu pun Rosemary, ibu mertuanya.Darla pun menggeleng dan berusaha membuat wajahnya ceria. Tapi, usahanya itu sengaja dibuatnya terpeta jelas kesulitannya untuk ceria.“Ah ... tidak,” kata Darla sambil menggeleng. “Semua baik, kok.”Seperti kucing yang sudah mencium aroma yang asin, Rodrigo tidak percaya.“Ada apa, Sayang? Kalau ada masalah dengan Trevor, kau harus memberitahuku.Ada hal-hal yang jika kau menegurnya dia takkan mendengarkan sama sekali. Dan hal seperti itu hanya bisa aku yang menegurnya.”Darla membuat ekspresi ragu-ragu sesaat lamanya.Tangan Rodrigo meraih tangannya dan menggenggamnya, berusaha meyakinkan menant
Trevor permisi dari makan siang bersama orang tuanya.Dia beralasan sudah makan. Padahal dia hanya ingin menyantap makan siang yang disajikan Tamara.Itu membuat Darla kesal.Tapi di satu sisi dia juga lega apalagi sesaat sebelum pergi Trevor sempat mendeliknya tajam. Jika bukan karena dia sedang bersama ornag tua Trevor, pria itu pastilah sudah menghardiknya.Jadi, Darla membiarkan Trevor pergi dari sana, tidak mengikutinya. Dia menikmati makan siangnya bersama orang tua Trevor meskipun masakan Chef Fredericco terasa hambar.Darla menyantap sedikit saja.Selesai santap makan siang, Darla kembali ke paviliunnya.Saat itulah dia melihat dua kembar perempuan yang diduganya adalah anak Trevor dan Tamara.Darla pun merasa kesal.Gegas dia memanggil mereka. Niatnya adalah memarahi bocah-bocah itu agar di kemudian hari tidak berkeliaran di mansion ini lagi.Dia tidak mau Trevor melihat dan bertemu mereka berdua.
Pletak! Pletak!“Awww! Apa yang kau lakukan?!”Trevor berseru berang sambil menepis gagang sapu yang masih mengarah pada kepalanya.Seketika Tamara terperangah. Dia baru menyadari jika dia telah memukul kepala Trevor. ***“Aww! Yang benar! Pelan sedikit!” seru Trevor ketika Tamara menempelkan kain berisi es batu ke kepala Trevor yang memar.“Ini sudah pelan,” kata Tamara dengan datar. Seolah dia tidak merasakan sama sekali sakitnya yang dirasa Trevor ketika gagang sapu mengenai keningnya.Ya ... memang Tamara tidak merasakan sakit itu.Mau bagaimanna lagi?“Sudah cukup?” tanya Tamara setelah mendinginkan memar di kulit Trevor selama beberapa saat.“Belum! Terus kompres di sana!” perintah Trevor yang menurut Tamara, pria itu sengaja mengulur waktu.Tamara pun tetap mengompres memar Trevor dalam diamnya.“Geser sini dikit!” ucap Trevor dengan nada yang lebih lembut sambil tangannya menarik tangan Tamara untuk menggeser.Namun, setelahnya, Trevor tidak kunjung melepaskan tang
Ketika hati Trevor geram dengan kata-kata Tilly dan Thea, pikiran Tamara malah mengembara sedikit jauh.Dia teringat beberapa kali Thea dan Tilly selalu mengungkapkan keinginan mereka untuk memiliki ayah.Mereka iri melihat anak-anak lain bermain bersama ayah mereka, jalan-jalan besama ayah mereka.Anak-anak yang mempunyai ayah pun memiliki rutinitas menyambut sang ayah pulang kerja.Ini adalah hal-hal yang tak pernah mereka rasakan.Yang mereka sambut sepulang kerja hanyalah dirinya, sang mommy. Tapi mereka belum pernah menyambut sang ayah.Juga ketika anak-anak lain bisa merengek minta dibelikan es krim pada ayah mereka. Beberapa kali Tamara sempat melihat tatapan anak-anaknya itu ke arah para ayah yang menggandeng tangan anak-anak mereka saat jalan-jalan, lalu membelikan es krim, dan berjongkok memberikan es krim itu keapda anaknya.Adegan seperti itu mungkin adalah adegan kecil bagi anak-anak lainnya, tapi bagi mereka, mereka sangat merindukan adegan sederhana seperti itu.Namun,
Tatapan Trevor beralih dari wajah tesoro-nya, lalu pakaian yang berjejer rapi, lalu berakhir di Tamara.Tatapannya pun berubah dari hangat ke dingin dan tajam. “Sebagai ayah mereka, aku ingin memberikan sesuatu yang berkelas. Yang elegan. Yang tidak bisa kau berikan pada mereka. Karena mereka adalah bagian dari The Kozlov. Mereka adalah Tesoro-ku.”Trevor mengangkat dagu pertanda dia sangat puas akhirnya bisa mengucapkan kata-katanya itu. Terlebih lagi saat dilihatnya wajah Tamara tampak tersinggung, hatinya dipenuhi kepuasan yang menyebar seperti partikel parfum yang disemprotkan.Trevor sampai tak menyadari bahwa lima wajah di hadapannya, termasuk Bibi Beatrice, terlihat mematung.“Aku hanya berharap kalian menerimanya dengan senang hati,” kata Trevor lagi sambil menatap wajah ketiga triplets.Seakan dia tidak pernah mengatakan kata-kata yang menyakiti hati mommy mereka.Keadaan masih sunyi berdetik-detik lamanya.Sampai kemudian, Travish yang akhirnya bicara. Suaranya datar dan ta
Mendengar celetukan sinis dari entah Thea atau Tilly, untuk pertama kalinya, senyum tipis di bibir Trevor berthan lebih lama dari seharusnya.Biar bagaimana pun karena yang mengatakan hal seperti ini adalah darah dagingnya yang masih kecil, maka bagi Trevor kata-kata itu lucu. Menggemaskan.“Aku ke sini mau menyapa kalian. Menengok kalian. Sudah lama kita tak berjumpa.”Bulu mata panjang nan lentik itu mengerjap cepat lagi.“Paman tidak salah bicara? Menengok kami? Kenapa? Untuk apa?”“Ya ... supaya kalian ... tidak marah lagi.”Entah Thea atau Tilly di depannya itu, tapi wajah itu kini memicing tak suka.Kemudian dari arah dalam terdengar suara Tamara bertanya, “Tilly ... siapa yang datang?”“Eh ... In- ini, Mommy ... ada ... err ...”Sebelah alis Trevor naik setingkat melihat Tilly yang susah payah mencari kata yang tepat untuk menyebutkan dirinya. Dan dia ingin tahu, apa yang akan disebutkan gadis kecilnya itu.“Siapa, Tilly? Kalau tidak kenal cepat tutup pintu!”“Eh, iya, Mommy. I
Trevor memelototi foto-foto itu dan nyaris meremukkan ponselnya.Dia begitu kesal dan marah.Siapa lelaki lemah- letih- lesu di dalam foto bersama Tamara ini?Mengapa lelaki itu ada bersama Tamara? Bahkan mengantar triplet ke sekolah?Sialan!Bahkan jemarinya yang gemulai singgah di pundak Tamara.Dia tak bisa menahan kemarahannya lagi.Trevor pun segera mempercepat menyusun pakaiannya dalam koper, lalu menelpon Boris agar menyewakannya kamar hotel terbaik di kota itu.Setelah itu, Trevor gegas menuju garasi mobil dan demi sampai di tempat Tamara secepat mungkin, Trevor memilih Koenigsegg Jesko Absolut.Mobil sport berdesign mewah dan elegan serta maskulin ini merupakan mobil tercepat yang mampu melaju dengan kecepatan 499km/jam.Sudah pasti niat Trevor tiba secepat kilat di tempat Tamara.Tapi begitu dia masuk, dia teringat lagi dengan pakaian-pakaian Triplet.Trevor pun mengarahkan mobil ke sebuah pusat perbelanjaan terlebih dahulu. ***Hanya butuh tiga puluh menit saja untuk
Di tempat tinggal Tamara yang baru ....“Ayo bangun! Hari ini hari pertama kalian sekolah, bukan?”Mendengar sang mommy mengatakan sekolah, Thea dan Tilly langsung membuka mata dan menegakkan tubuh.“Kami akan segera siap, Baginda Ratu Tercantik dan Terbaik Hati Sejagad Raya!” seru Thea dan Tilly bersamaan, membuat Tamara tersenyum geli melihat tingkah mereka.Travish bangun tak lama kemudian dengan kesunyian dari dirinya. Dia tak bersuara dan langsung bersiap.Tiga puluh menit kemudian, triplet sudah siap dan hanya perlu sarapan.“Ayo ini sarapan kalian. Hari ini kita akan menaiki kereta gantung untuk tiba di sekolah kalian. Jadi, kalian harus kenyang agar kuat berjalan jauh dan naik turun tangga.”“Tentu saja kami kuat, Mommy! Jangan khawatir. Anak-anak mommy ini tangguh dan energik, jadi tidak mungkin kami kelelahan hanya karena jalan jauh.”“Good! Itu yang ingin mami dengar.”Ketika mereka baru saja duduk dan hendak mulai makan, bell pintu berbunyi.“Mommy ... mungkin itu paman ba
“Pak tua, kau terlalu cemas. Tidak perlu kau pikirkan kalau masalah itu. Aku bisa mengurusnya sendiri!”Trevor jadi ketus karena selalu ditagih ayahnya.Tentu saja dia sangat berniat menjadi daddy.Dia bahkan berbunga-bunga membayangkan dirinya menjadi daddy dari tiga triplets yang sifatnya bervariatif itu.Tapi karena mereka tak mau menerimanya, Trevor merasakan hatinya perih. Bagai ada serpihan kayu tipis yang menetap di dalam daging hatinya.Tak terlihat, tapi menimbulkan perih yang teramat sangat. Bahkan bisa jadi mematikan.Trevor masih terus berusaha keras melepaskan diri rasa periih itu. Dan selama itu juga, dia sengaja tidak mencari Tamara dan Triplet.Tapi bukan berarti dia tidak khawatir akan keberadaan Tamara dan Triplet.Dia telah mengutus pasukan khusus -Ombra Nera- yang berisikan lima tentara terbaik dan terlatihnya, u ntuk mencaritahu di mana keberadaan Tamara dan triplet sekarang ini.Mereka sudah menemukan kota tempat Tamara pindah dan hanya perlu mencaritahu aparteme
Darla menangis di hadapan Rodrigo dan Rosemary. Dia menangis tersedu-sedu.Kedua orang tua Trevor itu sampai merasa bersalah dan tak tahu apa yang harus mereka lakukan.“Menantuku, jangan menangis lagi. Kami bisa memberimu uang setelah kau bercerai dengan Trevor.”Darla terdiam. Bahkan tangisnya pun terdiam. “Uang? Aku tidak ingin uang. Aku ingin pengakuan anakku. Aku istri sahnya, kenapa dia memperlakukanku seperti ini?”“Kami pun tidak mengerti. Tapi yang tadi dia katakan, bahwa kau menipunya, hal tentang apa itu?”“Eh?” Darla kembali terdiam. Dia bahkan tak sanggup menjawabnya lagi.Memang dia menipu Trevor, tapi semua itu gara-gara Vicco. Jika bukan Vicco membujuknya untuk mengakui diri sebagai Tamara, tidak mungkin dia akan berani melakukan ini semua.“It- itu ... Trevor hanya salah paham, Suocero.”“Oh, kalau begitu, aku akan mencoba bicara pada Trevor. Ya, setidaknya jika memang kau mengandung cucu kami, kami akan memastikan Trevor tidak melupakan tanggung jawabnya sebagai seor
Drrrttt drrrrtttt drrrtttttPonsel Trevor bergetar-getar ketika pria itu sedang berdiri kaku menatap pepohonan pinus di sekelilingnya.Tidak ada lampu di sana.Pencahayaan hanya berdasarkan rembulan di langit.Angin dingin menusuk tapi Trevor seperti tidak bisa merasakan semua itu.Pandangannya hanya menyesapi kegelapan di sekelilingnya.Ini seperti yang terjadi 6 tahun lalu di kamar hotel. Ruangan yang temaram hanya ada aroma stroberi Tamara yang begitu membuai.Jika saat itu Tamara yang berada dalam kegelapan seperti ini, kali ini dirinya yang dikelilingi gelap malam yang pekat.Bagaimana tidak ... Tamara pergi dengan membawa triplet untuk ke dua kalinya.Semua terasa bagaikan dejavu bagi Trevor. Namun dejavu ini berupa pukulan telak.Setelah dia mengetahui bahwa triplet darah dagingnya, bahkan setelah seluruh keluarganya tahu tentang keberadaan triplet, Tamara kembali membawa triplet pergi.Pukulan kali ini menohok sampai menembus ulu hatinya.Jantung hatinya terasa robek dan berlu
“Kau masih di sini?”Rodrigo baru selesai menyantap makan malam hendak menuju toilet.Dia keluar dari ruang makan dan menemukan Trevor bersandar di pagar balkon sambil melamun.Suara ayahnya membuat Trevor menoleh.“Ya ... kenapa memangnya?”“Kenapa? Kau tidak membawa anak-anakmu kembali ke sini?”“Mereka dengan mommy mereka.”“Lalu? Kenapa kau di sini?”Trevor tidak menjawab. Dia kembali melempar pandangannya jauh ke pekarangan depan rumah.Sudah lima belas menit lamanya dia begini. Hanya melamun ditemani angin malam.“Mereka sudah lima tahun. Lima tahun lamanya aku tidak tahu mereka ada. Lima tahun lamanya aku tidak pernah muncul di hadapan mereka.Lima tahun lamanya mereka harus menjalani hari-hari mereka tanpa ayah.Sekarang aku tiba-tiba tahu dan memaksa untuk masuk dalam kehidupan mereka, tentulah mereka sulit menerimaku.Bagi mereka, aku hanyalah orang luar. Tidak berarti apa-apa untuk mereka. Apalagi Travish sangat membenciku.”Rodrigo terkejut mendengar ucapan Trevor.Baru ini