Share

Chapter 6

Author: Siti Indah Lestari
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

Pak Agustian adalah ayah dari tiga Z. Memiliki sebuah restoran kecil yang didirikan dari hasil kerja kerasnya sejak diusir dari keluarga besarnya yang sangat kaya.

Nah jadi, kakek-nenek si kembar yang membangun Ramli Corps dan salah satu anak perusahaan mereka adalah Waw Kosmetik, nyatanya adalah orang tua Pak Agus. Tapi dia membuat kesalaham besar yang telah mencoreng nama baik keluarga di masa mudanya. Beliau lantas diusir dan dicoret dari daftar ahli waris di usia 19 tahun.

Untungnya, setelah si kembar lahir, kerasnya hati Kek Ramli perlahan terkikis. Bukan berarti hati mereka menerima kembali anak dan menantunya. Kebahagiaan yang mereka tunjukkan saat si kembar lahir semata-mata karena bahagia telah memiliki cucu perempuan yang lahir sehat dan cantik-cantik.

Kek Ramli bahkan mengambil Zeze atas perminataan Marco muda yang memilih secara cap cip cup, dan diasuh selama lima belas tahun. Sebelum akhirnya Zeze meminta kembali ke rumah orang tua kandungnya tepat di usia tujuh belas tahun.

Oke, lari sejenak narasi nya biar kalian gak bingung gais.

Kembali ke restoran kecil Pak Agus yang diberi nama Baraka, diambil dari Bahasa Arab dengan arti Berkah. Katanya sih, biar sedikit ataupun banyak yang dihasilkan agar menjadi berkah dan tidak menjadi suatu kekurangan. Katanya.

“Udah dateng, ma!” sapa Pak Agus melihat istrinya memasuki pintu restoran bersama Zanna di belakangnya. “Zanna makan dulu sana, papa udah masak makanan favorit kamu.”

“Makasih, papa.” seru Zanna langsung menyambar piring berisi capcai dada ayam dan ikan rebus di atas meja dapur resto.

“Apa isi bekal itu, pa? Kok gede banget?” tanya Bu Riska saat ia tak sengaja melihat sebuah kotak makanan berukuran besar yang sudah dilapisi kain.

“Buat anak-anak di kantor. Kasihan, beberapa hari ini pekerjaannya menumpuk dan lembur terus. Papa gak mau anak papa kurus-kurus. Zanna juga makan yang banyak biar gak kurus begini.” Pak Agus mencubit lengan Zanna yang memang tak ada daging di sana. Hanya tulang belulang berlapis kulit.

“Pa, aku tuh model. Harus kurus biar dapat banyak job.” protes Zanna.

“Papa mau gitu aja datang ke kantor? Gak mau ganti baju dulu?” tanya Bu Riska yang sedikit segn memprotes penampilan suaminya.

“Gak sempat, ma. Kalau harus pulang dulu dan ganti baju, takut gak keburu dimakan mereka. Jam makan siang kan sebentar lagi.

Dan Pak Agus berangkat dengan langkah yang ringan dan hati yang riang membayangkan wajah gembira anak-anaknya menerima cinta darinya.

“Telepon Zeze! Perasaan mama gak enak nih.” kata Bu Riska panik mengingat sikap Fira yang terkadang gak bisa ditebak. Bisa saja Fira menganggap papanya malu-maluin.

Zanna menghubungi Zeze, tapi tidak diangkat sama sekali. Mungkin karena masih berada di jam sibuk. Setelah berulang kali mencoba dan tetap tidak ada jawaban, Zanna berinisiatif mengabari lewat chat yang akan dibaca Zeze nantinya. Semoga saja tidak terlalu lama ya, Ze.

Lalu tak lama setelahnya, Pak Agus sudah ada di parkiran perusahaan tempat anak-anaknya bekerja. Menenggerkan motor bututnya, lalu menenteng bekal besar yang cukup menyusahkan langkahnya menuju lobby dan menemui respsionis.

Pakaiannya kala itu tak diganti. Bermodal celana gombrang sepanjang mata kaki, baju kaos yang kebesaran dan mengendur, serta sendal jepit khas yang selalu ia menemani langkah kakinya. Penampilan ini menjadi perbincangan di kalangan pegawai yang berlalu lalang. Terlebih ketika ia mengaku bernama Agustian.

Sontak orang-orang di perusahaan itu khususnya yang berada di lantai yang sama dengan Fira heboh mencibir keadaan tamu yang sedang mencarinya. Fira mengecek sebentar dan mengintip dari balik lift yang dapat melihat jelas keadaan dari meja resepsionis. Namun ia enggan menyapa papanya karena omongan orang yang semakin pedas begitu melihatnya turun ke bawah.

“Eh, eh, papanya Bu Fira?”

“Ah, mana mungkin. Gak cocok!”

“Iya yuh gak cocok. Supirnya kali.”

Isi cibiran mereka yang membuat Fira harus menahan sakit di tenggorokannya.

Cukup lama Pak Agus menunggu resepsionis yang tampaknya tak niat memanggilkan anak yang dimaksud bapak itu. Seno dan kliennya, Marco, baru saja keluar dari lift. Mereka berdua tertegun menyadari keberadaan Pak Agus. Situasi itu semakin canggung untuk Seno, karena ia tahu hubungan Pak Agus dan Marco yang merupakan paman dan keponakan.

Sebelumnya Seno dan Marco mendengar keributan dari sekretaris Nina dan Tia yang menggebu membicarakan kemiripan pria yang tampak seperti gelandangan itu dengan Fira.

“Om!” sapa Seno.

“Oh, nak Seno.”

“Om nuggu Fira atau Zeze? Atau keduanya? Sudah lama om menunggu?” tanya Seno tanpa jeda.

Marco diam di belakang Seno. Oa sudah mendapat isyarat dari om nya untuk tak menggubris keberadaannya demi keamanan Zeze dan Fira.

“Belum. Masih nunggu.” jawab Pak Agus tersenyum ramah memamerkan gigi-gigi putihnya.

Seno mulai emosi memperhatikan resepsionis yang tadi sempat ia tangkap bersantai dan mengacuhkan Pak Agus, kini heboh menelepon wakil setiap divisi untuk mengabari keberadaan Pak Agus di lobby.

Seno memanggil resepsionisnya dengan bahasa isyarat. Dengan perasaan takut, kedua resepsionis itu menghampiri.

“Sudah kalian panggil anak beliau?”

“Maaf, pak. Saya sudah umumkan, tapi tidak ada yang turun.”

“Sudah berapa lama?”

“Dua puluh menit, pak.” jawab resepsionis itu jujur.

Marco tercengan. Dua puluh menit om nya berdiri di sini. Apa yang dilakukan para adik di atas hingga membuat om nya terhina oleh seorang resepsionis begini.

“Beliau tak meninggalkan nama?” bentak Seno.

“Ada, pak.”

“Katakan!”

“Pak Agustian, pak.” Kembali resepsionis itu menjawab saat CEO mereka menanyakan sesuatu.

“Bukankah sudah jelas siapa yang belian maksud? Kalian tinggal menghubunginya dan memanggilnya!” sentak Seno yang merasa sangat malu di depan Pak Agus dan Marco sekaligus.

“Kami hanya bingung, apakah Bu Zhafira atau Mbak Zeline yang harus kami panggilkan. Untuk itu kami mengumumkan ke seluruh gedung, pak.”

“Siapapun yang datang itu tak masalah. Baik Fira atau Zeline!!!”

“Sudah nak, jangan marah-marah. Mbak berdua ini sangat sibuk dan hanya melanjutkan pekerjaan mereka. Om juga tidak keberatan menunggu loh.” Pak Agus mengelus punggung Seno yang sudah menegang akibat urat-urat yang tertarik ke permukaan kulit akibat marah.

Tak lama muncul Zeze yang baru saja membaca pesan singkat dari Zanna setengah jam yang lalu. “Papa! Hosh, hosh!” Sesaknya karena baru saja berlarian dari lantai 4 menuju lobby. Zeze juga harus mengalami shock theraphy melihat Marco di sana menyaksikan kejadian tak menyenangkan yang dialami Pak Agus dari awal hingga akhir.

“Maaf, pak. Saya sudah membuat keributan. Saya baru saja selesai rapat dengan ketua tim.”

“Mampus gue, Van. Mampus. Bego lo, Van!” rutuk Seno dalam hati sambil melirik ke arah Marco yang sepertinya sedang menahan amarah memperhatikan Zeze.

“Sekali lagi saya minta maaf, pak!” tunduk Zeze takut melihat mata Marco yang setajam silet.

“Ya sudah. Kalau begitu saya tibggal ya, om.” ijin Seno penuh dengan senyum keramah tamahan di wajahnya. Berbeda saat ia mengalihkan padangannya ke resepsionis yang kurang ajar tadi. “Kalian berdua silahkan ke ruangan saya dan jumpai Pak Satrio!” Seno melangkahkan kakinya menuntun Marco yang hendak berkeliling ke seluruh divisi.

“Pa.” panggil Zeze yang iba melihat papanya termangu.

“Apa papa malu-maluin kalian?” tanya Pak Agus dengan nada kecewa.

“Enggaklah. Kalau malu-maluin mana mungkin aku samperin ke sini.” Zeze terhentak dengan jawabannya sendiri. Ini kah alasan mengapa Fira tak segera turun dan menemui papa? Karena malu sama penampilannya? “Papa itu ganteng. Pakai apa saja juga ganteng. Noh, beda tipis sama Mas Marco kalau dandanan rapi.” puji Zeze menghibur papanya.

“Halah, cocotmu.” canda Pak Agus. “Nih ambil, jangan lupa berbagi sama adikmu. Papa pulang dulu.”

“Siap, bos!” hormat Zeze setelah menerima kotak makan siang itu.

Hah, berbagi. Kalau sudah begini mana mungkin Fira mau. Zeze juga gak akan mungkin menemui Fira secara pribadi di kantor ini. Apa dimakan sendiri aja sampai perut pecah karena sebanyak ini? Zeze terus memikirkan cara menghabiskan bekal itu agar papanya tak kecewa dengan makanan yang bersisa.

Saat makan siang berlangsung, semua pegawai wanita ngeluyur tak karuan. Seperti biasa, Zeze dikucilkan dan mereka tak berniat mengajak Zeze, kecuali membutuhkan tenaga dan uangnya. Barulah Zeze diajak.

Yang ada di tempat sekarang hanya ada Ivan dan dirinya. Ivan memang jarang makan siang keluar dan lenih memilih menetap di depan komputer untuk menyelesaikan pekerjaannya.

“Hm, permisi, pak.” sapa Zeze di pintu ruangan Ivan yang terbuka.

Jari-jari Ivan yang tadinya sibuk mengetik keyboard, menjadi tak bergerak karena matanya fokus melihat sosok Zeze. Rasa bersalah masih meliputi dirinya sejak insiden kopi kemarin. “Ada apa?”

“Apa bapak tidak makan siang?” tanya Zeze sedikit ragu.

Ivan menyandarkan tubuhnya ke kursi. Jengan dengan pertanyaan Zee yang tak bisa ia jawab ke mana ranah nya. “Kenapa?”

“Papa saya baru saja mengirim makan siang. Tapi terlalu banyak untuk dimakan sendiri. Apa bapak bersedia membantu saya menghabiskan semua?”

“Kamu fikir saya tong sampah?”

Zeze tersinggung. Tong sampah? Makanan yang dimasak papanya disebut sampah?

“Yasudah jika bapak tidak mau, saya berikan saja ke Pak Wawan.”

Wawan? Wawan kan pria single berusia 25 tahun yang duduk bersebelahan dengan Zeze. Juga diketahui satu-satunya orang yang baik memperlakukan Zeze layaknya manusia di kantor ini. Oh, no.

“Letakkan di sini!” perintah Ivan.

“Ya?”

“Makanannya. Letakkan di sini!” tunjuk Ivan ke sisi kosong di mejanya.

“Ah, baik.” jawab Zeze girang.

Dengan senang hati Zeze menyusuhkan setengah dari nasi beserta lauk pauknya ke priing yang ia dipinjam dari pantry.

“Ini, pak.” Zeze meletakkan di atas meja Ivan.

“Terima kasih.” ucap Ivan sedikit tersenyum kepada Zeze.

Jantung oh jantung janganlah berdetak heboh. Nanti didengar Ivan, bisa malu loh.

*****

Setelah seharian bekerja dari satu tempat ke tempat lain, bukan berarti rasa dongkol di hati Zanna hilang. Ia sudah dengar dari Zeze, kalau sepertinya Fira malu pada papanya. Makanya tak ada niat dari Fira untuk segera menemui papa dan membuat papanya menunggu.

“Awas lo ya!” gigi Zanna bergemeretak saat mobil yang ia naiki memasuki halaman rumah.

Bukannya lari ke kamar miliknya, Zanna justru menerjang kamar Fira. Menerobos masuk seperti orang kesurupan dan memukul pintu dengan kencang.

“Apa sih?” tanya Fira yang sama dongkolnya karena ketidak sopanan Zanna.

Tanpa basa-basi, Zanna menyerang rambut Fira dan menjambaknya sekuat tenaga. Tak tinggal diam, Fira pun membalas. Pertempuran sengit lalu terjadi. Seluruh tenaga dalam dilekuarkan keduanya sampai mereka terseruduk ke meja rias milik Fira.

Bu Riska yang mendengar keributan datang untuk melerai. Begitu pula Pak Agus yang bergegas naik ke lantai dua menuju kamar Fira.

“Berhenti, berhenti!” teriak Pak Agus tidak nerhasil melerai kedua putrinya.

Tubuh Pak Agus kewalahan melerai mereka yang masih tidak inign menghentikan tingkah konyolnya. Persis seperti anak kecil. Jika lawan belum menangis, tidak ada kata menyerah dalam pertempuran harga diri ini.

“Kalian berdua berhenti!!!”

*****

Profil Pak Agustian

Nama     : Agustian Ramli

TTL        : Ngawi, 27 Agustus 1976

Kita mulai wawancaranya ya pak.

Author      : Bagaimana rasanya punya tiga anak kembar, pak? Cewek semua lagi.

Pak Agus  : Ribet, mbak. Waktu kecil, dah besar juga ribet. Hehehe.

Author      : Bapak kan berasal dari keluarga kaya, kenapa buka restoran kecil-kecilan?

Pak Agus  : Saya itu diusir dari rumah dan tak punya apa-apa. Jadi restoran kecil inilah yang menjadi nyawa saya dan bisa membesarkan anak-anak.

Author      : Dapat keterampilan dari mana, pak?

Pak Agus  : Namanya demi kebutuhan, mbak. Kerjakan aja apa yang ada. Lama-lama juga terbiasa. Karena saya punya tanggung jawab.

Author      : Hm, gak pernah mengunjungi Kek Ramli, pak?

Pak Agus : Ehem, mau sih mbak. Tapi saya masih takut.

Author      : Usia bapak berapa tahun kalau boleh tahu?

Pak Agus : 45 tahun, mbak.

Author      : (terkesima) Wah, masih muda dan masih genteng ya, pak. Cocok kok kalau mau diadu sama Marco.

Pak Agus : Ah, mbak author bercanda aja. (malu-malu)

Author      : Ada yang disampaikan pak? Silahkan.

Pak Agus : Untuk siapa. Mbak?

Author      : Bebas, pak. Siapa saja juga boleh.

Pak Agus : Hm.. (mikir keras) Untuk author, bapak mohon jangan buat anak saya bertengkar dan jambak-jambakan lagi ya. Saya pusing dan capek hati lihatnya. Terus, jangan lah buat cerita tentang keluarga bapak ngenes-ngenes gitu. Gak kasihan apa sama bapak. Kalau sampai anak bapak si Zanna tahu, saya gak jamin loh anak saya bisa dibujuk lagi. Tolong ya, thor.

Author      : (Tak mampu berkata-kata)

Related chapters

  • Triple Z's Love Story   Chapter 7

    Marco memasuki rumah Pak Agus dengan langkah terburu untuk meminta penjelasan dari adik-adiknya. Secepat kilat menuju kamar Zeze yang tengah terbuka. Zeze saat itu hendak menutup pintu kamarnya, tapi kaget dan hampur saja melompat melihat sosok Marco yang menakutkan sedang berdiri di depannya.“Astaga dragin!” celetuk Zeze mengelus-elus dadanya.Maco memicing mata sinis menatap Zeze yang masih sibuk mengatur nafasnya. Lalu berjalan masuk ke kamar Zeze dan duduk di pinggiran ranjang.“Bisa jelaskan apa yang terjadi hari ini?” tanya Marco. Nada bicaranya tersendat menahan emosi yang seharian ditahan. Akibatnya seluruh pekerjaannya benar-benar tak masuk ke kepalanya. Otak Marco terus berpikir kepada Zeze dan Fira yang tega menelantarkan om nya.“Kamu tahu, jika om tidak memperingatkanku, kalian sudah aku seret ke bawah!”“Maaf, mas. Ak

    Last Updated : 2024-10-29
  • Triple Z's Love Story   Chapter 8

    “Dikit lagi, dikit lagi!” ucap Seno heboh bersantai ria di meja kerjanya sepagi buta ini.Victory. Terdengar suara dan hp miliknya. Satrio menggeleng kepala melihat tingkah Seno. Padahal dirinya sedang disibukkan dengan pekerjaan yang seharusnya dikerjakan Seno. Untung Ivan sudah mewanti-wanti lebih dulu dan diiming-imingi gaji yang besar melakukan pekerjaan double. Kalau tidak, sudah dia ratakan perusahaan aneh ini beserta CEO nya yang tak kompeten.“Pak, jadwal rapat dengan Waw Kosmetik setengah jam lagi. Jika kita tidak berangkat sekarang, kita akan terlambat keren terjebak macet.” jelas Satrio dengan nada datar dan wajah yang kesal.Tak terprovokasi dengan kesalnya Sat, jadi dia membiarkan asistennya itu melakukan apapun pada dirinya. Pasrah lah intinya. Dihina ya biarin, dicaci ya terima. Sudah.“Gue kerja dulu. Kalian lanjut tanpa gue.” kata Seno yan

    Last Updated : 2024-10-29
  • Triple Z's Love Story   Chapter 9

    Ceklek.Pintu ruangan terbuka dan terlihat sosok Satrio dari sela pintu sambil membawa berkas yang tadi sidurug Seno untuk dicarikan.“Mas ganteng?” Zanna tercengang melihat Satrio ada di tempat itu. Berjalan penuh percaya diri dibarengi senyum tipis. Namun senyum itu lekas hilang setelah Sat menyadari kehadiran Zanna.“Ish, matilah. Yang akan terjadi biar saja terjadi. Aku harus keluar dari situasi ini dulu.” Kemelut di hati Zanna membuncah.Jari telunjuknya menuju ke arah Satrio yang berdiri bingung saat ini. Tambah bingung lagi ketika Seno dan Marco serempak menoleh ke arahnya.“Dia orangnya!” seru Zanna.Apa? Kenapa? Aku kenapa? Pikiran Sat juga ikut bergelut di kepala. Pasalnya ia baru saja masuk ke ruangan, tapi diperlakukan seperti terdakwa yang ketahuan melakukan kejahatan besar.S

    Last Updated : 2024-10-29
  • Triple Z's Love Story   Chapter 10

    Zeze mengikuti langkah Sat menuju lantai 4 dimana ruang CEO berada. Ia tetap menurut meski hatinya bingung dan penasaran mengapa ia harus dibawa ke sana untuk dihukum.“Masuk!” perintah Sat membawa Zeze masuk ke ruangannya.Seno menyadari kehadiran Zeze, secepat mungkin ia membuang hp nya ke sembarang tempat. Ia tak ingin ketahuan oleh keluarga Ramli manapun mengenai hobby nge-game online nya. “Duh, padahal lagi clutch tuh,” batinnya.“Kenapa kamu bawa pegawai ke sini?” tanya Seno berpura-pura sembari memberi isyarat ke Sat melalui matanya dan terus menanyakan kenapa, dan kenapa? Mungkin karena sedang nanggung kali ya nge-game-nya.“Di jam kantor begini, bisa-bisa nya…” batin Sat tak habis pikir melihat kelakuan Seno yang sudah melampaui manusia normal. “Dia mengacaukan laporan tahunan. Karena ketua-nya yang akan memberikan itu langsung ke anda, saya berniat mengont

    Last Updated : 2024-10-29
  • Triple Z's Love Story   Chapter 11

    Satu jam setelah datangnya perintah sang kaisar, Ivan.“Ini pak, laporan rapatnya.” Zeze menyerahkan beberapa lembaran kertas yang katanya laporan rapat.Ivan mengambil berkas itu, tentu saja dengan tatapan curiga. Pegawai yang absen saat rapat lantas bisa menyelesaikan laporan rapat. Pura-pura ia membolak-balik kertas itu seolah tak puas. Sementara matanya masih menelisik Zeze yang mengalihkan pandangan ke arah Wawan di luar ruangan Ivan.Ya, kan. Bagaimana bisa Zeze mengerjakan laporan sedangkan ia mangkir dari rapat. Ternyata ada malaikat kesasar yang sudah membantunya. Mendadak Ivan sakit kepala. Ia memejamkan sejenak matanya untuk mengontrol emosi.“Selain penampilan anehmu itu, apa tidak ada yang bisa kamu kuasai? Ha?” sentak Ivan membanting lembaran kertas laporan tadi. Dejavu. “Ini kamu bilang laporan? Anak SMP bahkan bisa lebih bagus mengerjakannya! Ulangi!” titah Ivan.&ldq

    Last Updated : 2024-10-29
  • Triple Z's Love Story   Chapter 12

    Seno baru selesai mengerjakan ‘pekerjaannya’, akhirnya balik ke mode work hard setelah Sat mengingatkannya ke jadwal berikutnya, yaitu bertemu klien dari pabrikan minuman ringan.Sebenarnya Sat lelah mendampingi Seno. Ingin beristirahat dan sekali-sekali ia yang main game online di depan bosnya tersebut. Namun, rasa tanggung jawab yang menyelimuti hatinya, jadilah ia ikut kemanapun jadwal Seno menyebar.“Bu Fira, pak!” bisik Sat ke Seno yang hendak memencet tombol tutup.Dengan sigap Seno menahan pintu agar kesempatannya untuk melihat Fira dari deakt tak dibuang begitu saja. Dan seperti biasa ya, Seno selalu dibuat gugup saat berhadapan dengan Fira. Bahkan membuat lift yang kokoh itu mendadak terguncang karena getaran kaki Seno.“Pak, tolong kendalikan diri anda!” bisik Sat lagi. “Gak bisa, gak bisa. Saya gugup.” geleng Seno cepat.Sat menyenggolkan bahunya ke punggung Seno, isyarat agar si bos tak mengisi waktu kekosongan ini d

    Last Updated : 2024-10-29
  • Triple Z's Love Story   Chapter 13

    “Oke Zanna, lihat kiri! Lagi! Good!.”Pujian demi pujian diucapkan seorang fotographer setiap kali ia puas dengan hasil jepretan epic nya mengabadikan momen terbaik Zanna saat melakukan pekerjaannya.Ini adalah pemotretan ke tiga yang harus Zanna jalani seharian ini di samping schedule lainnya. Namun tubuhnya sudah terasa remuk redam. Ingin sekali ia rebahan setiap melihat sesuatu yang empuk. Tapi semua harus diurungkan demi sebuah profesionalitas.Kring. Kring. Suara hp terus berbunyi mengganggu konsentrasi sang fotographer. Padahal sudah direject, tapi tetap saja hp nya kembali berbunyi.“Hp siapa itu? Bisa diamtikan gak? Ganggu orang aja. Bawa pergi!!!” bentak si fotographer yang terkenal tempramen itu.Semua orang diam dibentaknya. Hanya manajer Zanna yang berani buka suara hingga bergea di seluruh studio. “Milik Zanna, bang Ai.”Fotographer itu tertegun, jika ia tahu hp itu milik Zanna, ia tak akan marah dan teriak-teriak seperti kingkong minta kawin. Ma

    Last Updated : 2024-10-29
  • Triple Z's Love Story   Chapter 14

    “Aduh, adik cantik kamu gak apa-apa?” tanya si empunya musang itu tak kalah panik melihat piaraannya melukai seorang gadis kecil imut nan menggemaskan.Masih berusaha mendiamkan anak kecil yang menangis itu, si empunya musang meniup-niup luka cakaran yang tergambar dua garis di pergelangan kaki kanannya. Sang kakak kembar juga heboh sendiri dengan keadaan adiknya.“Adik cantik, ikut om ke klinik ya, kita obtain lukanya. Mama kalian mana?”Semula menangis kencang, Ailin mendadak tenang. Tangisnya berhenti ketika ia lihat ketampanan si empunya musang (anak kecil, anak kecil). Malah jadi Alan yang menangis sekarang.Mendengar suara heboh dan rebut-ribut yang sangat familiar, Zeze bergegas ke tempat kerumunan. Benar saja, ia melihat Ailin sedikit terisak dengan kondisi kaki yang mengucurkan darah dan Alan yang menangis tersedu-sedu.Zeze langsung mengambil tissue dan membasahinya dengan air mineral yang ia pegang. Lalu mengelap ke luka anak itu. Matanya tetap fokus p

    Last Updated : 2024-10-29

Latest chapter

  • Triple Z's Love Story   Chapter 18

    "Selamat pagi pak." sapa seorang pria paruh baya yang menghampiri satu ruangan hotel berbintang dengan suara khas melayu pesisir (gak SARA loh ya, plis jan dihujat)."Ya. Bagaimana?" tanya si empunya kamar yang ternyata adalah Marco. Saat ini dirinya masih berada di Palembang. Katanya sih, mengurusi urusan bisnis.Bukan Marco namanya kalau tidak bisa memerintahkan seseorang untuk mengurusi permasalahan perusahaan cabang dan bela-belain ke luar kota lagi. Iyuh, bukan Marco banget."Ini pak, laporan terkait asal usul, riwayat pendidikan dan lingkungan dibesarkannya calon ipar anda." kata pria paruh baya tadi. Beliau lah direktur utama perusahaan cabang yang harus menanggalkan pekerjaannya dan melayani kebutuhan Marco yang masih haus informasi soal Satrio.Tangan Marco mengulur untuk mengambil berkas yang agak sedikit tebal dari yang pernah diberikan Kevin padanya."Hm.. Hm.. Hmmmm..." suara berat nya menggema ketika ia bergumam dalam sembar

  • Triple Z's Love Story   Chapter 17

    "Kamu mau jadi pacarku?" tanya Ivan lembut. Binar mata sendunya menatap Zeze penuh pengharapan. Sesaat hati Zeze terbuai. Pria yang ia sukai, akhirnya menyatakan cinta padanya. Masa sih?"Tentu saja bohongan." Tebas Ivan seolah paham isi kepala Zeze yang terus bertanya-tanya soal penembakan ini. "Ini semua karena orangtua saya yang terus menanyakan soal pacar. Jadi sebagai atasan, saya perintahkan kamu untuk menjadi pacar saya demi mengelabui orangtua saya. Ingat, ini perintah loh." jelas Ivan tegas. Penuh senyum licik terlukis di wajahnya. Caranya yang lugas menjelaskan soal pacar bohongan, kembali menghancurkan harapan Zeze yang sudah terbang tinggi."Tapi, pak..""Gak ada tapi. Ikuti perintah saya." tegas Ivan lagi memotong segala bentuk penolakan yang akan dilontarkan Zeze.Zeze menunduk bingung sekaligus tersenyum dalam diam. Senang hati mendapat pernyataan cinta dari seseorang yang dia suka walaupun bohongan, tapi bingung harus mer

  • Triple Z's Love Story   Chapter 16

    Tepat jam 8 malam, Zeze telah muncul di lobby hotel yang dimaksud dan berkali-kali menelepon Mira sebagai orang yang mengundangnya. Tapi tak kunjung diangkat.Ivan yang terganggu dengan maksud terselubung Mira, diam diam mengikuti Zeze sejak mereka pulang dari kantor. Syukurnya ia berhasil membuat gadis itu sibuk dan sedikit pulang terlambat hingga taka da waktu untuk mengganti pakaiannya sesuai instruksi Mira.Tak lama Mira dan teman-temannya muncul. Mereka semua tampak asing. Pria berjumlah tiga orang dan dua wanita lain yang tak pernah Zeze jumpai sebelumnya. Kini berjalan mendekat ke arahnya.“Kok kamu gak ganti baju?” tanya Mira kesal.“Saya baru selesai lembur dan langsung ke sini, bu.” jawab Zeze tak nyaman. Ia lalu meremas kemeja besarnya saat seorang laki-laki di antara yang datang bersama Mira memandang ke arah dadanya dengan tatapan nafsu.“Yaudah, yuk ke bar dulu. Soalnya partynya belum dimulai.” seringai Mira licik.Mira menggandeng tangan Zeze d

  • Triple Z's Love Story   Chapter 15

    Di café milik teman Zanna saat ini sedang banyak pengunjung datang. Untnung milik temannya, jadi privasi Zanna agak dilindungi. Ada satu ruang khusus yang biasa dipakainya untuk menenangkan pikiran.“Selamat datang!” ucap salah satu pramusaji ketika ia lihat pria ganteng memasuki cafenya.“Dimana Sana Agustian?” tanya Satrio yang setengah jam lalu ditelepon Zanna dan meminta bertemu untuk membahas masalah mereka.“Ikut saya, mas!” seru pramusaji tadi setelah puas memandang keindahan Sat.Sat mengikuti langkah pramusaji ke lorong belakang dekat dapur mereka. Agak horror. Rasanya sudah seperti berada di sebuah adegan mengunjungi tempat jagal manusia di film thriller.“Silahkan, mas.”Sat yang masih berdiri di balik pramusaji terkesima memandangi ruangan di dalamnya yang kontras dengan jalan masuk menuju ke sini. Ruangan kecil itu sudah disulap bak kamar yang dikhususkan untuk Zanna. “Hai, calon suami aku!” sapa Zanna duduk santai ditemani dua gelas greent

  • Triple Z's Love Story   Chapter 14

    “Aduh, adik cantik kamu gak apa-apa?” tanya si empunya musang itu tak kalah panik melihat piaraannya melukai seorang gadis kecil imut nan menggemaskan.Masih berusaha mendiamkan anak kecil yang menangis itu, si empunya musang meniup-niup luka cakaran yang tergambar dua garis di pergelangan kaki kanannya. Sang kakak kembar juga heboh sendiri dengan keadaan adiknya.“Adik cantik, ikut om ke klinik ya, kita obtain lukanya. Mama kalian mana?”Semula menangis kencang, Ailin mendadak tenang. Tangisnya berhenti ketika ia lihat ketampanan si empunya musang (anak kecil, anak kecil). Malah jadi Alan yang menangis sekarang.Mendengar suara heboh dan rebut-ribut yang sangat familiar, Zeze bergegas ke tempat kerumunan. Benar saja, ia melihat Ailin sedikit terisak dengan kondisi kaki yang mengucurkan darah dan Alan yang menangis tersedu-sedu.Zeze langsung mengambil tissue dan membasahinya dengan air mineral yang ia pegang. Lalu mengelap ke luka anak itu. Matanya tetap fokus p

  • Triple Z's Love Story   Chapter 13

    “Oke Zanna, lihat kiri! Lagi! Good!.”Pujian demi pujian diucapkan seorang fotographer setiap kali ia puas dengan hasil jepretan epic nya mengabadikan momen terbaik Zanna saat melakukan pekerjaannya.Ini adalah pemotretan ke tiga yang harus Zanna jalani seharian ini di samping schedule lainnya. Namun tubuhnya sudah terasa remuk redam. Ingin sekali ia rebahan setiap melihat sesuatu yang empuk. Tapi semua harus diurungkan demi sebuah profesionalitas.Kring. Kring. Suara hp terus berbunyi mengganggu konsentrasi sang fotographer. Padahal sudah direject, tapi tetap saja hp nya kembali berbunyi.“Hp siapa itu? Bisa diamtikan gak? Ganggu orang aja. Bawa pergi!!!” bentak si fotographer yang terkenal tempramen itu.Semua orang diam dibentaknya. Hanya manajer Zanna yang berani buka suara hingga bergea di seluruh studio. “Milik Zanna, bang Ai.”Fotographer itu tertegun, jika ia tahu hp itu milik Zanna, ia tak akan marah dan teriak-teriak seperti kingkong minta kawin. Ma

  • Triple Z's Love Story   Chapter 12

    Seno baru selesai mengerjakan ‘pekerjaannya’, akhirnya balik ke mode work hard setelah Sat mengingatkannya ke jadwal berikutnya, yaitu bertemu klien dari pabrikan minuman ringan.Sebenarnya Sat lelah mendampingi Seno. Ingin beristirahat dan sekali-sekali ia yang main game online di depan bosnya tersebut. Namun, rasa tanggung jawab yang menyelimuti hatinya, jadilah ia ikut kemanapun jadwal Seno menyebar.“Bu Fira, pak!” bisik Sat ke Seno yang hendak memencet tombol tutup.Dengan sigap Seno menahan pintu agar kesempatannya untuk melihat Fira dari deakt tak dibuang begitu saja. Dan seperti biasa ya, Seno selalu dibuat gugup saat berhadapan dengan Fira. Bahkan membuat lift yang kokoh itu mendadak terguncang karena getaran kaki Seno.“Pak, tolong kendalikan diri anda!” bisik Sat lagi. “Gak bisa, gak bisa. Saya gugup.” geleng Seno cepat.Sat menyenggolkan bahunya ke punggung Seno, isyarat agar si bos tak mengisi waktu kekosongan ini d

  • Triple Z's Love Story   Chapter 11

    Satu jam setelah datangnya perintah sang kaisar, Ivan.“Ini pak, laporan rapatnya.” Zeze menyerahkan beberapa lembaran kertas yang katanya laporan rapat.Ivan mengambil berkas itu, tentu saja dengan tatapan curiga. Pegawai yang absen saat rapat lantas bisa menyelesaikan laporan rapat. Pura-pura ia membolak-balik kertas itu seolah tak puas. Sementara matanya masih menelisik Zeze yang mengalihkan pandangan ke arah Wawan di luar ruangan Ivan.Ya, kan. Bagaimana bisa Zeze mengerjakan laporan sedangkan ia mangkir dari rapat. Ternyata ada malaikat kesasar yang sudah membantunya. Mendadak Ivan sakit kepala. Ia memejamkan sejenak matanya untuk mengontrol emosi.“Selain penampilan anehmu itu, apa tidak ada yang bisa kamu kuasai? Ha?” sentak Ivan membanting lembaran kertas laporan tadi. Dejavu. “Ini kamu bilang laporan? Anak SMP bahkan bisa lebih bagus mengerjakannya! Ulangi!” titah Ivan.&ldq

  • Triple Z's Love Story   Chapter 10

    Zeze mengikuti langkah Sat menuju lantai 4 dimana ruang CEO berada. Ia tetap menurut meski hatinya bingung dan penasaran mengapa ia harus dibawa ke sana untuk dihukum.“Masuk!” perintah Sat membawa Zeze masuk ke ruangannya.Seno menyadari kehadiran Zeze, secepat mungkin ia membuang hp nya ke sembarang tempat. Ia tak ingin ketahuan oleh keluarga Ramli manapun mengenai hobby nge-game online nya. “Duh, padahal lagi clutch tuh,” batinnya.“Kenapa kamu bawa pegawai ke sini?” tanya Seno berpura-pura sembari memberi isyarat ke Sat melalui matanya dan terus menanyakan kenapa, dan kenapa? Mungkin karena sedang nanggung kali ya nge-game-nya.“Di jam kantor begini, bisa-bisa nya…” batin Sat tak habis pikir melihat kelakuan Seno yang sudah melampaui manusia normal. “Dia mengacaukan laporan tahunan. Karena ketua-nya yang akan memberikan itu langsung ke anda, saya berniat mengont

DMCA.com Protection Status