“Perseverance is the hard work you do after you get tired of doing the hard work you already did.” — Newt Gingrich.
*****
Chapter 17
Delina kembali ke gedung WE Corporation. Ia tatap gedung tinggi nan megah itu sesaat sebelum ia melangkahkan kaki kembali masuk. Gadis itu menghela napas panjang dan meyakinkan diri.
"Aku harus bisa bertahan," ucap Delina seraya menepuk tas jinjing yang ia gunakan. Di dalam tas itu ada senjata rahasia berupa semprotan merica dan alat kejut listrik. Ia akan gunakan alat tersebut jika Abi nekat berniat tak senonoh padanya.
"Non, kok balik lagi?" tanya salah satu penjaga keamanan gedung.
“Apakah kalian pernah berhenti sejenak dan berpikir soal manusia di belakang kutukan yang kalian tuduh?” – Kugisaki Nobara.*****Chapter 18Abi akhirnya tertidur, Delina memberanikan diri untuk mendekat ke arah pria itu. Ia menusukkan ujung pulpen di tangannya ke pipi sang bos. Tak ada gerakan yang tercipta dari pria itu selain dengkuran keras dan dada yang naik turun.Delina duduk bersila di samping pria itu. Dia mengamati dengan saksama wajah milik Abi. Hidung mancung sempurna dengan kulit kuning langsat. Dagu terbelah bahkan memiliki leasing pipi saat tersenyum. Pria itu benar-benar terlihat tampan sampai membuat gadis yang duduk di lantai samping bos angkuh itu berdecak kagum."Hmmm... sebenarnya dia tampan juga. Tapi sayang, wajahnya tak sebanding dengan kelakuannya," gumam Delina.Namun, sesuatu mengejutkan gadis itu. Tiba-tiba, pintu ruang kantornya terbuka dengan sendirinya
“What does not kill us makes us stronger.” — Friedrich Nietzsche.******Chapter 19 - Toxic Boss"Aku akan mengutukmu wahai Abimanyu Wijaya!"Abi menghentikan langkahnya saat ia menyentuh gagang pintu. Pria itu menoleh pada Wulan yang menundukkan kepala seraya menangis mencengkeram lututnya sendiri."Apa yang kau katakan?" tanya Abi."Aku bersumpah akan mengutukmu, aku harap senjata kebanggaanmu itu tak dapat berdiri lama dan memuaskan nafsu bejatmu lagi sampai ada wanita yang mencintaimu dengan tulus!" pekik Wulan.
"Jika kita tidak percaya akan sesuatu, bukan berarti kita tak punya etika. Jika kita tak paham, bukan berarti kita merasa apa yang kita percaya paling benar." — Sara Wijayanto.******Chapter 20"Oke, oke, oke. Aku akan katakan semuanya, terserah kau mau percaya atau tidak."Abi mulai melepaskan Delina dan mencoba memasang kedua telinganya lebih awas. Kedua mata pria itu memicing tegas ke arah gadis itu."Sejak kecil, aku bisa melihat mereka yang biasa disebut hantu," Delina melangkah menuju di sofa lalu duduk bersila.Abi mengikutinya.
"A smile is the best make up that any girl can wear." — Marilyn Monroe. ****** Chapter 21 Keesokan harinya, Delina sudah datang lebih awal ke kantor. Gadis itu sedang menikmati sandwich buatan ibunya. Tangan terampil wanita kesayangannya itu selalu berhasil membuat cita rasa masakan apapun yang dibuatnya. Brak! Tiba-tiba, seseorang menendang pintu kantor seraya tertawa mengejutkan Delina. Gadis itu sampai menyemburkan isi makanan dalam mulutnya ke tubuh Abi. "Cih, jorok sekali kau ini!" seru Abi. "Maaf, Bos… salah sendiri And
"Kau tak akan pernah tau bagaimana takdir bisa merubah dirimu dalam sekejap." – Vie Junaeni.******Chapter 22Kedua tangan Delina yang tadinya berusaha memberontak, mulai melemah. Gadis itu malah melingkarkan kedua tangannya di leher Abi. Tiba-tiba, suara seseorang masuk melalui pintu ruangan tempat mereka bercumbu."Wow, pemandangan macam apa ini?"Maria tersentak kala melihat adegan Delina dan Abi barusan. Gadis itu mendorong sang atasan sampai jatuh ke lantai."Jangan pernah menyentuhku lagi!" Delina menunjuk sang bos dengan tatapan marah.
"Cinta itu sederhana, jika kamu tidak mampu membuatnya tertawa, cukup tidak membuatnya terluka." – unknown.*****Sialnya, saat itu Abi memerintahkan pada Kevin agar membawa Delina ke kamarnya di lantai paling atas. Pria itu telah selesai dengan jamuan pertemuan dan berniat iseng pada sang sekretarisnya. Sosok pria tinggi tegap itu sedang memandang kaca jendela dari kamar president suite di dalam hotel yang ada di atas club house."Mau apa sih dia panggil aku ke sini?" tanya Delina setengah mabuk seraya memegangi kepalanya."Maaf ya, Lin, aku melakukan ini karena perintah Bos Abi. Aku juga nggak tau dia mau kasih kamu tugas apa sekarang, yang penting aku mau kamu berjaga-jaga," ujar Kevin dengan tampang
"Cinta sejati memandang kelemahan, lalu dijadikan kelebihan untuk selalu mencintai." – unknown.******Abi menatap lekat kedua mata Delina. Gadis itu tampak menghindari, tetapi tangan pria itu membawa wajah cantik sang gadis untuk menatapnya kembali."Kau milikku malam ini," lirih Abi.Tak berapa lama kemudian, milik Abi mulai menegak. Pria itu berusaha untuk melampiaskan segala nafsu yang selama ini terpendam pada Delina. Namun, lagi-lagi hal itu tak berhasil sampai akhirnya ia pun menyerah."Bodohnya aku yang berharap kau akan mencintaiku dengan tulus."Abi lantas bangkit
"Pasangan paling bahagia di dunia ini tidak pernah memiliki sifat yang sama. Mereka hanya saling memahami dengan baik tentang perbedaan yang mereka miliki." – unknown.******"Lepas, Lin! Kita harus menemui rekan bisnis lagi!" Abi mulai gugup dengan gerakan brutal sang sekretarisnya."Kau panggil aku apa? Lin?"Delina menatap wajah Abi dengan tatapan menggoda.Abi mulai goyah, wajahnya berubah menunjukkan hasrat pria penuh nafsu. Namun, saat ia meyakinkan diri untuk menuruti Delina, sang junior kembali melemah."Hahahaha… aku bilang apa, dia tak akan sanggup bertahan," ucap
Chapter 105"Tumben Mbok Nah ngomong bijak banget, ada apa ini?" tanya Delina seraya melayangkan senyum hangat."Sayangnya tidak semua anak paham akan arti penting seorang ibu, Non. Terkadang perkataan dan perbuatan anak kerap membuat orang tua terluka. Sayangnya, anak-anak itu tak sadar jika di dalam hati ibunya sedang menangis. Namun apa daya, rasa cinta ibu lebih besar dibanding amarahnya. Dia tak mengenal benci pada anak yang teramat dicintai," ucap Mbok Nah yang mengingat anak satu-satunya yang ia miliki. Dia menceritakan mengenai putranya. Sayangnya, putra tunggalnya itu malah pergi meninggalkannya. Ia memilih pergi ke luar negeri untuk bekerja tanpa pernah ingat."Mbok Nah, yang sabar ya," ucap Delina memeluk wanita itu dari samping. Kania juga ikut memeluk Mbok Nah."Kalian harus jadi ibu yang baik ya, semoga anak-anak kalian menjadi anak yang soleh dan soleha dan berbakti pada orang tua," ucap Mbok Nah dengan
Chapter 104Delina langsung menggerutu karena Kania yang sudah muak mendengar kemesraan keduanya berani merebut ponselnya dan mematikannya. "Kalau nggak aku ambil tuh hape, kalian pasti nggak akan kelar bilang I love you masing masing sampai subuh!" ucap Kania saat menarik ponsel Delina dan memutuskan sambungan ponsel tersebut dengan Abi."Huuuu! Kamu selalu aja kayak gitu. Udah deh bilang aja sirik!""Ya habisnya kamu mah segitu lebay sama Abi. Sampai kalah deh gaya pacarannya anak abege," ucap Kania bersungut-sungut."Biarin aja, sih. Lagian suka-suka aku dong, kan aku sama Abi udah nikah bukan pacaran lagi, wleekk!" Delina menjulurkan lidahnya pada Kania."Duh, yang sabar ya King punya ibu macam itu," ucap Kani pada Delina yang masih berenang."Dedek bayi juga yang sabar ya punya ibu bawel dan calon galak macam wanita ini," ucap Delina yang gantian mencibir Kania sinis seraya mengus
Chapter 103 Satu bulan telah berlalu.Di sebuah kafe dengan menu khas negara Jepang yang ternama di wilayah ibukota tersebut, Indra dan Abi menemui seorang klien wanita dari perusahaan fashion terkenal yang ingin bekerjasama dengan perusahaan miliknya.Wanita bernama Yuki itu akan membuat program yang menggunakan jasa desainer ternama untuk membuat pakaian seperti gaun yang cantik yang bisa dipadu padankan dengan kosmetik miliknya."Halo Abi, selamat siang! Apa kabar kamu?" sapa Yuki saat melihat Abi datang bersama Indra, wanita itu mengulurkan tangannya. Abi sampai terkejut kala melihat wanita itu adalah mantan kekasihnya yang pernah bersama dalam waktu singkat saat dia berada di Tokyo."Selamat siang, Yuki. Kabar aku baik. Wah, nggak nyangka ternyata kamu rekan bisnis aku," balas Abi seraya menjabat tangan wanita tersebut."Mau makan siang bersama sekalian sebelum kita bicarakan program kerjasama kita?" tanya Yuki dengan menun
Chapter 102Setelah proses persalinan Delina selesai, tampak satu orang suster yang ke luar dari ruang persalinan langsung diberondong banyak pertanyaan dari Nyonya Mia, Ibu Susi, dan Kania."Bagaimana keadaan Delina dan bayinya, Sus?" tanya Kania."Syukurlah mereka selamat. Nyonya Delina melahirkan bayi kembar, sekarang bayinya sudah berada di ruang perawatan. Ibunya masih di dalam," ujarnya.Kania yang tak sabar langsung ingin memasuki ruangan tempat Delina bersalin. Namun, dia langsung ditahan oleh sang suster."Eh, mau ke mana, Bu?" tanya suster."Mau liat Delina, hehehe.""Jangan dulu, belum boleh ditengok dulu, ya. Tadi pasien masih belum sadar karena terlalu letih. Kalau mau lihat bayinya ada di kamar bayi di ujung koridor sana belok kanan," ucap suster itu menjelaskan."Oke, deh Suster.""Ayo, para Oma yang baru kita langsung liat dedek bayi!" ajak Kania seraya menarik tangan Ibu Susi dan Nyonya
Chapter 101Keesokan harinya, Lala sudah diperbolehkan pulang oleh dokter karena sudah stabil setelah Ibu Ani bersikeras meminta Lala agar melakukan perawatan di rumahnya saja. Sesampainya mereka di rumah, semua mata menatap ke arah Lala yang baru saja tiba."Ada apa ini?" tanya Bu Ani."Kania sama yang lainnya mau pamit, Ma," ucap Kania.Lala tampak tersenyum puas penuh kemenangan. "Lalu kamu juga ikut pulang, Ndra?" tanya Ibu Ani pada putranya."Nggak, Ma. Kan Mama suruh aku nikahin Lala," jawab Indra lalu memanggil asisten rumah tangga di rumah itu, "Bi, tolong bawa minumnya ke sini," pinta Indra.Tak lama kemudian, Bi Tati membawa beberapa cangkir berisi teh manis hangat."Yang buat Mama saya mana, Bi?" tanya Indra."Yang ini, Tuan." Bi Tati menyerahkan cangkir berisi teh manis itu pada Ibu Ani."Minum dulu, Ma, biar seger," pinta Indra. Tanpa menaruh rasa curiga, Ibu Ani langsun
Chapter 100"Aku belum hamil, bukannya nggak bisa hamil! Jaga ucapan kamu, ya!" "Hahaha, sudahlah Kania, Indra itu awalnya jodoh aku dia suamiku. Dia akan tetap menjadi suami aku," sahut Lala begitu penuh percaya diri."Mantan suami kamu! Sekarang dia suamiku! Kamu harusnya mikir waktu kamu pergi begitu saja meninggalkan dia dalam kehancuran hanya demi laki-laki lain. Kamu lebih memilih pria tak baik yang akhirnya kamu kena karma karena ulah kamu itu," sahut Kania."Mungkin aku kena guna-guna dari Brian. Dan sekarang aku sudah terbebas dari guna-guna si Brian!" "Oh gitu, guna-guna kata kamu? Jangan-jangan sekarang kamu yang pakai guna-guna buat bikin Ibu mertuaku luluh." Kania sampai kesal melihat Lala yang terlihat begitu tergila-gila pada Indra kini."Sudahlah, yang jelas kamu harus rela kalau Indra sebentar lagi akan menikah dengan ku.""Aku tak mau membagi suamiku dengan siapapun,
Chapter 99 Di masa kehamilan Delina yang menginjak usia lima belas minggu, Delina mengalami flek. Abi lalu membawa istrinya dengan segera ke Rumah Sakit Kota di Kota Hijau tersebut. Kania dan Indra juga menemani. Sesampainya di rumah sakit tersebut, dokter mengharuskan Delina menjalani rawat inap. Dokter spesialis kandungan bernama Sri Rahayu mengatakan bahwa perdarahan pada ibu hamil yang bisa menjadi indikasi berbagai komplikasi, termasuk keguguran, kehamilan ektopik, dan plasenta previa, dan karenanya tidak boleh diabaikan."Jadi, bagaimana kondisi istri saya, Dok? Apa yang menyebabkan dia mengalami flek tadi?" tanya Abi."Sering kali, pendarahan terjadi karena hubungan seksual dan pemeriksaan serviks terutama di akhir kehamilan. Selain itu, ada pula plasenta previa, yaitu ketika plasenta menutupi serviks baik sebagian atau seluruhnya. Kondisi ini bisa menjadi penyebab munculnya flek saat hamil," ujar sang dokter."Hayo loh Abi, habi
Chapter 98Indra hanya menatap mantan istrinya dengan pandangan aneh seraya menuju kamarnya. Ada rencana yang sudah disiapkan Lala dengan matang. Dia meminta Mimi untuk memberikan teh manis hangat yang dicampur obat tidur. Obat yang sangat mujarab dan akan langsung membuat si penerimanya terlelap. Lala ingin kembali menjadi istrinya Indra setelah dia bangkrut dan kekurangan uang. Dia memanfaatkan putrinya."Papi, Mimi bawa teh manis nih," ucap Mimi."Eh, awas Nak! Nanti cangkirnya jatuh kena kaki kamu!" seru Indra yang langsung meraih cangkir berisi teh hangat dari tangan putrinya."Nggak akan jatuh, Pi. Aku udah bisa kok. Papi minum dulu ya," pinta Mimi. "Iya, terima kasih putri Papi yang cantik."Gadis kecil itu melaksanakan perintah ibunya dengan baik. Di luar kamar Indra, Lala tersenyum puas menyeringai ketika rencananya berhasil. Tak lama kemudian, Indra terlihat menguap. Di yang baru saja membuka kemejanya henda
Chapter 97Saat Abi dan Indra pergi bertemu dengan salah satu rekan bisnis, Delina dan Kania pergi ke sebuah destinasi wisata di Kota Hijau. Semantara itu mantan istrinya Indra datang dan menghasut Mimi agar jangan mau pergi dengan Kania. Anak itu akhirnya mengikuti ibunya. Lala mengajak Mimi agar memilih berada di rumah dan bersantai mengunjungi kebun stroberi."Percuma si Indra suruh aku dekat samw Mimi dan ajak aku ke sini, kalau orangnya enggak mau diajak pergi jalan-jalan," ucap Kania berkeluh kesah. "Ya habis gimana, mungkin dia kangen banget sama ibunya," sahut Delina.Delina lantas menghentikan langkahnya."Tapi, Kania … kenapa dia jadi suka ketemu anaknya dan memilih berlama-lama di rumah mantan ibu mertuanya, ya?" Delina menoleh ke arah Kania."Maksud kamu, Lin?" Gantian Kania menatap Delina penuh ingin tahu."Kok Lala tahu gitu kalau Indra lagi kunjungan ke rumah ibunya. Kenapa pas Indra ke sini? Kenapa buka