Home / Romansa / Towards You / 7. Kecelakaan

Share

7. Kecelakaan

Author: FA Jasmine
last update Last Updated: 2021-09-21 11:19:51

Hari ini, semua urusan kantor telah selesai. Lidia menghembuskan napas leganya setelah sampai di apartemen dan membersihkan diri. Kini, ia duduk di meja kerjanya dan membaca kembali berkas-berkas lama milik perusahaannya saat ini.

Setelah sekitar tiga jam lebih ia mempelajari semuanya, Lidia pun mengeluarkan kotak kecil berharga miliknya yang telah lama sekali ia simpan. Ia membuka kotak tersebut, dan mengeluarkan isinya. Ia mengeluarkan sapu tangan hitam tersebut dari kotak khusus yang dibelinya saat di Amerika tiga tahun lalu di acara bazar kampus. Hari ini, setelah sekian lama, akhirnya ia melihat wajah hangat itu lagi. Sang pemilik sapu tangan yang selama bertahun-tahun ini ia rawat. Entah mengapa, Lidia melakukan hal seperti ini. Sebelumnya, ia sama sekali tidak pernah melakukan hal isa-sia semacam itu. Namun, kali ini rasanya sangat berbeda.

Lidia menaruh sapu tangan itu ke atas mejanya dengan hati-hati. Diusapnya perlahan, sapu tangan itu tetap lembut meski telah bertahun-tahun. Lidia sangat berharap bisa bertemu dengannya lagi, setidaknya untuk membalas salam perpisahan Ken terakhir itu dengan cara yang benar.

“Aku akan menunggu di kesempatan yang selanjutnya,” ucapnya pada sapu tangan hitam milik Ken tersebut.

Lidia pun bingung dengan perasaannya sendiri. Rasanya berbeda sekali jika ia bertemu dengan Ken. Ia sempat berpikir, apakah ia menyukainya? Namun, apakah itu mungkin?  Karena mereka hanya bertemu berbeberapa kali saja.

Lidia yang pandai dan cerdas dalam segala hal ini, sangat bodoh jika telah menyangkut dengan cinta. Tidak ada yang tidak bisa ia lakukan, kecuali mengenai cinta. Memecahkan teka-teki cinta ini lebih rumit dibandingkan memecahkan rumus persamaan helmholtz, rumus tersulit di dunia.

Setelah puas memandangi sapu tangan “keramat” tersebut, Lidia merapihkannya lagi dan menyimpannya ke dalam laci meja kerjanya. Karena waktu juga telah menunjukkan jam dua dini hari, dan besok ia harus mulai memperbaiki seluruh sistem perusahaannya. Lidia pun segera menuju ke kasurnya untuk mengistirahatkan diri. Ada waktu sekita lima jam untuk dia bisa tidur, itupun sudah lebih dari cukup bagi Lidia.

```````````````````````````````

Pagi hari tiba, Lidia kini telah rapi dengan baju kerjanya. Ia memakai rok hitam span selutut yang tidak terlalu ketat, dan juga kemeja blouse yang sedikit lebih besar dari tubuhnya, karena Lidia sama sekali tidak menyukai baju-baju ketat seperti yang biasa di pakai oleh para pekerja perusahaan wanita. Tak lupa sebuah tali hitam tipis panjang yang melingkar pada kerahnya, terpasang indah membentuk simpul pita. Meskipun tampak sedikit santai, pakaiannya tersebut tetap terbilang formal dan pantas dipakai untuk pergi ke kantor. Tak lupa sepatu tali bewarna putih bersih andalannya, karena tidak nyaman dan terbiasa memakai sepatu hak atau pun pantofel yang terasa sangat menyesakkan itu.

Lidia duduk di kursi balkon apartemennya, untuk sekedar menikmati kopi dan pemandangan kota di pagi hari yang sejuk ini. Tiba-tiba saja notifikasi dari ponsel Lidia yang berada di atas meja itu berbunyi. Dilihatnya pesan dari Kira yang mengatakan bahwa mobil perusahaan untuknya akan datang sebentar lagi. Lidia melihat pesan tersebut lalu membuang napasnya jengah. Ia benar-benar tidak menginginkan mobil dari perusahaan. Jikalaupun ingin, ia pasti telah membelinya dengan uangnya sendiri sejak lama.

Sekretarisnya itu pun mengatakan jika Lidia ingin seorang supir, maka ia akan mencarikannya sekarang juga. Tapi hal itu segara di tolak saat itu juga, Lidia lebih suka menyetir mobilnya sendiri.

Sebenarnya, setiap seminggu sekali saat di Amerika, Lidia selalu menyisihkan waktu sedikit untuk belajar mengendarai mobil. Dan saat ini, ia pun bisa mengendarai mobil dengan sangat baik. Surat Izin Mengemudi pun telah ia dapatkan kemarin dari Tuan Utusan, entah bagaimana caranya. Ia bahkan belum menjalani tes apapun, ia hanya memberikan Surat Izin Mengemudi yang ia dapatkan saat di Amerika, dan setelah itu langsung bisa dapat izin mengemudi di sini.

Setelah menunggu beberapa saat, notifikasi dari ponsel Lidia berbunyi lagi yang menandakan bahwa mobil perusahaan yang akan dipakainya telah sampai. Karena jam juga sudah semakin siang, ia bergegas turun agar bisa segera berangkat ke kantor.

Setelah sampai di depan gedung apartemen, Lidia melihat sebuah mobil mini cooper bewarna hitam polos telah terparkir manis di dekat pintu masuk basement gedung. Ada seseorang yang berdiri di sampingnya seperti sedang menunggu seseorang. Lidia pun langsung menghampirinya, karena tidak ada mobil lain yang ada di sekitaran sana, dan Kira juga mengatakan bahwa mobilnya telah sampai.

“Permisi, apakah ini mobil yang dikirim oleh Kira?” tanya Lidia pada seorang pria yang berdiri di dekat mobil tersebut, setelah ia sampai di dekatnya.

“Benar. Ini kuncinya, Kak,” jawab Pria tersebut sambil mengulurkan kunci mobil yang ia bawa sebelumnya pada Lidia.

“Terima kasih,” ucap Lidia sebelum pria tersebut benar-benar pergi meninggalkannya dan mobil barunya tersebut.

Lidia pun memasuki mobil tersebut dan langsung melajukannya menuju ke kantor. Ia mengendarai kendaraan barunya tersebut dengan tenang dan fokus. Beberapa kali ia menghembuskan napas untuk meyakinkan diri sedniri, bahwa hari ini semuanya pasti akan berjalan dengan lancar.

Saat jarak beberapa meter lagi sampai di kantornya, ia melihat food truck penjual sandwich yang sedari kemarin sangat ingin ia beli. Baru saat ini lah ia bisa mengabulkan keinginannya tersebut. Dan lagi, Lidia memang pagi ini belum sarapan. Sepertinya keputusan yang sangat tepat ia membeli sandwich tersebut.

Ia memarkirkan mobilnya ke basement kantor terlebih dahulu. Karena jarak food truck penjual sandwich tersebut sangat dekat dengan kantor perusahaannya. Hanya tinggal berjalan sedikit lalu menyeberang saja, tepat berada di samping taman.

Dengan tenang dan santai, Lidia mulai berjalan menuju ke tempat tujuannya itu untuk membeli makanan yang diinginkannya. Menikmati cuaca cerah dan lingkungan sekitar kantornya dengan berjalan kaki, membuat hatinya lebih terasa menghangat. Sehangat sinar matahari yang kini tengah menyelimuti tubuh Lidia yang sedang berjalan dengan senyum yang bertengger manis di wajahnya.

Setelah sampai di sana, Lidia segera memesan sandwich pilihannya. Tak lama menunggu, pesanannya pun jadi. Ia memesan sebanyak dua buah, yang satu lagi akan ia berikan pada Kira. Karena Lidia tahu, sejak dini hari tadi Kira telah mulai bekerja dan mempersiapkan banyak hal untuk pekerjaannya hari ini. Juga mengurus mobil peusahaan baru yang tadi pagi mendadak tiba di depan apartemennya. Ia sangat yakin bahwa Kira juga belum sempat sarapan.

Saat Lidia akan menyeberang untuk kembali ke kantonya, ia melihat bahwa tali sepatunya lepas dan berantakan. Ditaruhnya makanan yang ia bawa ke atas sebuah pot tanaman besar di pinggir jalan, lalu berjongkok untuk segera membenahi tali sepatunya agar tidak menjerat kedua kakinya.

Baru saja Lidia berdiri kembali dan akan mengambil makanan yang sebelumnya ia beli di atas pot tadi, tiba-tiba ada sepeda motor yang melaju sangat kencang di atas trotoar di mana ia sedang berdiri sekarang, dan menyerempetnya hingga terjatuh.

Related chapters

  • Towards You   8. Terbiasa

    Lengan kirinya yang tertabrak setir sepeda motor itu terasa sangat nyeri, dan karena hal itu juga lah ia bisa sampai terjatuh seperti ini. Kedua siku dan tangannya berdarah karena ia buat tumpuan saat terjatuh tadi. Serta kedua lututnya yang juga berdarah karena berciuman dengan lantai trotoar yang sama sekali tidak mulus ini.Lidia melihat motor itu terus melaju kencang turun dari terotoar dan menghilang di tikungan jalan besar ini. Entah mengapa, rasa-rasanya kejadian ini bukanlah suatu ketidaksengajaan, tetapi telah direncanakan sebelumnya. Karena menurutnya sangatlah janggal seseorang menaiki motor dengan kecepatan yang lumayan tinggi di jalan khusus pejalan kaki ini. Dan lagi, setelah benar-benar menyerempet Lidia tadi, motor tersebut langsung turun ke jalan raya dan langsung pergi menjauh dari sini.Dan yang paling mengganggu pikirannya adalah, orang tadi memakai helm yang menutupi seluruh wajah, juga jaket serta sarung tangan hitam yang dipakai rapi oleh penabra

    Last Updated : 2021-09-25
  • Towards You   9. Tidak Mudah

    Semua masalah yang terjadi pagi ini telah teratasi dengan baik. Lidia dan Kira pun telah selesai memakan sandwich yang telah Lidia beli tadi pagi untuk sarapan. Dari keseluruhan penyelesaiannya, Lidia hanya membuat satu kesalahan saja. Ia lupa untuk meminta rok ganti yang sedikit lebih panjang agar lututnya yang telah dibalut plester luka tersebut dapat tertutupi.“Terlihat aneh, ya?” tanya Lidia pada Kira sambil menunjukkan penampilannya saat ini.Sebenarnya tidak ada yang salah dari pakaiannya saat ini, hanya saja bekas luka yang terbalut plester itu terlihat sedikit mencolok dan sedikit mengenaskan.“Tidak terlalu, kok.. Kamu terlihat sangat hebat, hanya..” jelas Kira menggantung dengan senyum yang dipaksakan.Lidia hanya menatap sekretaris mudanya tersebut dengan tatapan yang sangat datar. Karena sebenarnya ia telah tahu jawaban dari pertanyaannya tadi dengan sangat jelas. Tapi mau bagaimana lagi, pekerjaannya tidak akan bisa t

    Last Updated : 2021-10-01
  • Towards You   10. Batasan

    “Gio?..” batin Lidia.Setelah melakukan kesalahan tersebut, Gio pun langsung menunduk sambil terus mengucapkan kata maaf. Lidia yang melihat keberadaan Gio di kantornya ini pun sedikit merasa terkejut. Tak disangka, setelah bertahun-tahun ia bertemu kembali dengan seseorang yang sempat membuatnya kesulitan di masa SMA dahulu. Apalagi dengan kalimat yang sama sekali belum pernah ia dengarkan sebelumnya yaitu, “Maaf.”“Tidak ap..”Belum selesai Lidia menjawab permintaan maaf dari penabraknya tersebut, ada seseorang yang tiba-tiba memanggil Gio dari arah belakang.“Gio! Surat proposal yang kuminta buatkan kemarin sudah selesai?” tanya wanita yang Lidia lihat tadi ikut rapat bersamanya.“Sudah, Bu,” jawab Gio langsung pergi menuju ke arah wanita yang memanggilnya tadi.Setelah itu, Lidia dan Kira pun memutuskan untuk langsung menuju ruangannya saja untuk beristirahat sebentar s

    Last Updated : 2021-10-01
  • Towards You   11. Maaf

    “Untuk semua perbuatanmu dulu, aku juga sudah memaafkan itu,” ucap Lidia tulus.Gio yang merasa makin bingung dengan perkataan Lidia barusan hanya mengerutkan keningnya.“Halo, lama tidak bertemu, Gio!” sapa Lidia dengan tawa yang tertahan.Sedangkan Gio, kini masih tampak bingung dengan apa yang dikatakan wanita di hadapannya dari tadi. Ia melihat Lidia sambil terus berpikir dan berusaha mengingat-ingat. Hingga tak lama kemudian Gio pun terkejut sambil membelalakkan kedua matanya.“Apa, Lidia? Tidak mungkin..” ucap Gio dengan nada kaget dan rasa tidak percayanya.Sedangkan Lidia hanya tersenyum sambil mengangkat bahu dan kedua alis matanya saja.“Bagaimana kabarmu?” tanya Lidia sambil terus menahan tawanya.“Aku baik, astaga... Kau sendiri bagaimana?” tanya Gio kembali masih dengan nada tidak percaya.“Aku juga baik.”“Sejak kelulusan hari itu

    Last Updated : 2021-10-02
  • Towards You   12. Masa yang Hilang

    “Sebenarnya kamulah yang selama ini paling kesulitan, aku melihat semuanya.”Lidia menatap Kira dengan raut penuh kebingungan. Ia merasa belum pernah bertemu dengan Kira sekalipun sebelumnya, apalagi di masa-masa sulitnya dulu. Ia ingat, ia tidak banyak bertemu dengan orang lain, karena memang tidak memiliki waktu untuk itu.“Aku sering ikut pamanku mengunjungimu ke desa yang dahulu sempat kau tinggali selama hampir tiga tahun itu. Aku memang tidak pernah ikut masuk, karena beberapa alasan. Jadi, aku hanya menunggu dari mobil saja dan memperhatikanmu dari sana. Dan lagi, mungkin kau tidak tahu, kami sering sekali diam-diam mengunjungimu. Memperhatikanmu dari jauh, dari dalam rumah guru Kevin guru bela dirimu, dan juga mengawasimu saat berjalan kaki jauh menuju ke sekolah dan ke tempat latihan. Aku melihat semuanya,” ungkap Kira sambil tersenyum sarat akan arti.Lidia hanya menatap Kira dengan tatapan tak percaya, tanpa ia sadari, ternyata

    Last Updated : 2021-10-03
  • Towards You   13. Pulih

    “Dasar pria sialan!!” umpat Lidia sambil melajukan mobilnya kembali ke kecepatan normal, setelah sebelumnya sempat memperlambatnya karena ingin melihat Ken di dalam kafe tersebut.Lidia sampai di apartemennya dengan keadaan suasana hati yang tidak baik. Ia masih merasa kesal. Meskipun belum tahu pasti siapa wanita yang bersama Ken di kafe tadi, tapi perasaannya terus dihinggapi rasa kecewa.Tidak ingin berlarut-larut dalam perasaan yang sia-sia, Lidia pun memutuskan untuk segera menuju ke kamar mandi dan membersihkan diri saja. Meskipun sempat beberapa kali tetap terlintas pikiran tentang Ken di kepalanya, ia berusaha menyibukkan diri dengan melakukan suatu hal yang lain.Setelah tubuhnya bersih dan terasa segar, Lidia langsung menuju ke meja kerjanya. Ia memeriksa daftar pekerjaan yang telah dibuat oleh Kira dari tab miliknya. Hari ini ia bahkan belum menyelesaikan seperempat dari target keseluruhan, padahal seharian penuh ia telah bekerja sangat ke

    Last Updated : 2021-10-05
  • Towards You   14. Waspada

    “Aku baik, Paman Jo. Kalian bagaimana?” tanya Lidia kembali pada dua orang tersebut.Kira yang memang telah mengetahui bahwa mereka berdua merupakan kerabat Lidia, tidak kaget sama sekali mendengar hal tersebut. Bahkan, orang-orang di kantor ini yang telah bekerja sejak lama pasti juga telah mengetahui fakta ini.“Kami sangat baik, Lidia. Sudah lama sekali kita tidak bertemu dan berbicara, bahkan aku sempat kaget melihat semua perubahanmu ini dalam rapat pertamamu tempo hari. Kami turut bangga melihatmu,” ungkap Paman Lidia.Lidia hanya membalasnya dengan senyum manis miliknya itu.“Bu, saya akan kembali ke ruangan terlebih dahulu,” ijin Kira pergi dari tempat tersebut, karena merasa kehadirannya akan mengganggu pertemuan keluarga jauh yang telah lama tidak bertemu ini. Dan Lidia pun hanya mengengguk untuk memberikan jawaban.“Sekarang kamu tinggal di mana, Nak? Di rumahmu yang dulu?” tany

    Last Updated : 2021-10-05
  • Towards You   15. Diserang

    “Siapa di sana?” tanya Lidia dengan nada yang sangat hati-hati.Tidak ada jawaban.Namun, Lidia tahu bahwa seirig dengan pergerekannya yang perlahan seperti saat ini, pria tersebut juga ikut bergerak. Ia terus berjalan mendekat dengan langkah lebih pelan lagi. Ia terus saja mendekat, tanpa mengeluarkan suara sedikitpun.Saat posisinya sudah benar-benar dekat, tanpa memberi celah sedikitpun Lidia langsung berbelok dengan cepat menuju ke tempat yang ia duga menjadi tempat bersembunyinya orang mencurigakan tadi.“Siapa..?” ucapnya dengan nada yang sedikit lebih keras, dan menggangtung di bagian akhirnya.Namun, saat ia melihat tempat itu, di sana tidak ada satupun orang. Hanya angin lalu yang memenuhi tempat itu. Lidia pun mengerutkan dahinya bingung, ia yakin sekali di sini tadi ada orang. Ia celingukan ke arah sekitar untuk memastikan tidak ada orang lagi selain dirinya. Dan ya, basement ini sepi, bahkan sangat sepi.

    Last Updated : 2021-10-07

Latest chapter

  • Towards You   22. Diserang II

    Tapi, ia berusaha mengabaikannya untuk sekarang ini. Ia harus pergi ke toilet secepatnya terlebih dahulu. Dengan berjalan cepat dan mata yang was-was serta penuh waspada seperti itu, akhirnya Lidia sampai di toilet. Tempat yang sangat ingin ia tuju sedari tadi.Tidak memakan waktu yang lama, Lidia telah selesai dengan urusannya di toilet. Setelah mencuci tangannya di wastafel, perasaannya saat ini perlahan sudah mulai tenang. Mungkin yang ia rasakan tadi hanya perasaan negatifnya saja.Setelah mengeringkan tangannya menggunakan hand dryer yang terpasang di dinding dekat kaca wastafel itu, Lidia berjalan keluar untuk segera pergi mencari makan. Perutnya sudah benar-benar keroncongan saat ini. Hari sudah semakin siang, dan perut Lidia masih belum terisi apapun sedari pagi.Saat baru saja keluar dari pintu toilet, tiba-tiba saja Lidia melihat ada beberapa orang yang berjalan menuju ke arahnya melalui ujung matanya. Meskipun tidak melihatnya dengan jelas ka

  • Towards You   21. Mata Panda

    Setelah dipikir-pikir lagi, Lidia sebenarnya resah. Selain karena merasa ada sesuatu yang tidak beres pada dirinya saat ini, ia juga bingung bagaimana cara agar ketakutannya bisa segera menghilang. Karena perasaannya ini sangat terasa tidak biasa serta tidak masuk akal sama sekali. Dan penjahat itu bisa mendatanginya lagi kapan saja.Lidia tiba di kantornya tanpa memakan banyak waktu. Sepertinya ia akan lebih sering naik bus nanti. Selain karena cepat, di dalam bus ini juga ramai. Halte pun hanya berjarak beberapa langkah saja dari gedung apartemennya dan juga kantor. Ia merasa lebih nyaman seperti ini.“Selamat pagi, Kira!”Lidia berjalan masuk ke dalam ruangannya sambil menyapa Kira yang memang selalu telah berada di sana sebelum dirinya. Karena terus-menerus berusaha menyembunyikan wajah, Lidia selalu memandang ke arah lain, agar Kira tidak menyadari kondisi terkini penampakan wajahnya saat ini.“Selamat pagi, apa tidurmu nyenyak Bu C

  • Towards You   20. Mimpi Buruk

    Setelah beberapa lama ia baru sadar, bahwa tangannya tengah terikat saat ini. Resah, gelisah, hanya itu yang bisa Lidia rasakan. Ia hanya bisa mengeluarkan air mata tanpa bisa berteriak sedikitpun.Hingga tiba-tiba, terdengar suara langkah kaki orang.Dak, duk, dak, duk..Suara langkah kaki yang terdengar menggema, seperti suara orang yang memakai sepatu boot yang alasnya tebal dan keras. Perasaan Lidia makin tidak enak seiring dengan suara langkah itu yang terus mendekat. Napasnya memburu karena ketakutan, peluh dan keringat pun terus bercucuran. Pikirannya sama sekali tidak bisa tenang dan jernih. Berbagai macam dugaan memenuhi kepalanya hingga nyaris membuat pikirannya meledak bagai petasan.“Sebenarnya ada apa ini? Di mana aku?”Batin Lidia terus menerus berteriak. Meskipun rasanya se-menakutkan ini, tapi Lidia sepertinya memang pernah mengenal tempat ini. Setiap melihat di setiap sudut, rasanya seperti se

  • Towards You   19. Perpisahan yang Pantas

    “Kenapa kau tidak peka sekali? Ini artinya aku ingin bersamamu, Lidia. Dasar!!” ungkap Ken sambil mengusap kepala Lidia gemas.Tawa keduanya pun pecah. Selama perjalanan, mereka terus melempar candaan ataupun saling meledek satu sama lain untuk meramaikan suasana. Keduanya seakan bisa melupakan hiruk pikuknya dunia yang begitu sibuk dan kejam meskipun hanya sejenak.Tidak terasa, saat ini mereka telah sampai di depan gedung apartemen Lidia. Bersamaan dengan itu, suasana juga jadi semakin hening. Helaan napas keduanya saling beradu yang menandakan rasa sedih. Untuk kesekian kalinya, keduanya harus saling melepaskan diri.“Sudah sampai,” ujar Lidia dengan senyum tipis yang bertengger manis di wajahnya. Namun, di dalam nadanya tersimpan banyak sekali kesedihan.“Kenapa? Kau lega akan segera berpisah denganku?” canda Ken.“Tidak, aku malah merasa sedih, tahu.”Mereka saling menatap. Berusaha menyer

  • Towards You   18. Canggung

    “Ken, kini giliran kau. Kau harus menjawab pertanyaanku dengan jujur,” ujar Lidia dengan dengan raut yang sok diseriuskan.Ken melihat perilaku Lidia yang menurutnya menggemaskan itu hanya bisa tertawa kecil. Entah mengapa, setiap pergerakan kecil yang dilakukan oleh Lidia selalu dapat membuatnya terpikat. Seumur hidup, baru kali ini ia merasakan perasaan yang seperti ini. Perasaan yang terasa sangat rumit dan juga membingungkan, terkadang rasa senang dan gelisah bisa terjadi dalam satu waktu. Mungkin karena memang dalam hidupnya ia belum pernah merasakan jatuh cinta sebelumnya, sehingga perasaan asing yang memaksa masuk dalam kehidupannya itu pun menjadi suatu hal yang cukup mengagetkan bagi perasaannya. Begitu pula bagi Lidia.“Baiklah, kau mau bertanya apa?”Lidia menatap Ken penuh selidik. Tapi setelah beberapa saat, tiba-tiba saja ia menjadi ragu. Setelah beberapa detik memikirkannya lagi, Lidia berniat untuk mengurungkan niatnya saj

  • Towards You   17. Dialog Hangat

    Ken hanya membuang napasnya jengah, ia terus menatap Lidia dengan raut yang sangat serius. Entah mengapa, hal itu membuat Lidia sedikit khawatir.“Kalau kau percaya padaku, seperti aku mempercayaimu, tolong jawab dengan jujur pertanyaanku.”Lidia semakin bingung dan khawatir dibuatnya, raut Ken yang se-serius itu sedikit membuat jantungnya berdebar. Sambil menaruh cangkirnya ke atas meja, Lidia bertanya, “Apa?” dengan nada yang terdengar mengambang.“Ada apa?” tanya Ken dengan suara berat lembutnya itu. Matanya pun juga ikut melembut.“Apa yang kau maksud?” tanya Lidia.Ken hanya mendengus. Ia sudah menduga, Lidia tidak akan langsung berbicara jujur padanya.Melihat raut Ken yang berubah menjadi seperti kecewa itu, Lidia akhirnya memilih menyerah. Ia sadar, bahwa Ken telah percaya penuh padanya, bahkan sampai memberitahu pekerjaan super rahasianya saat ini. Ia tidak ingin membuat Ken kecewa. Ak

  • Towards You   16. Tenang

    Ken pun langsung berdiri tepat di hadapan Lidia, ia tersenyum pada wanita di depannya ini dengan maksud menyapa. Belum sempat mengatakan apapun, tiba-tiba Lidia memeluk Ken erat. Sangat erat. Tubuh Lidia yang sedari tadi menahan gemetar itupun kembali melepaskan semuanya tepat di dalam pelukan Ken. Ia benar-benar membutuhkan sebuah pelukan saat ini, sekedar untuk menghilangkan semua ketakutannya.“Kau kenapa, Lidia?” tanya Ken setelah memastikan bahwa tubuh Lidia sudah tidak bergetar lagi. Ia memang menunggu saat-saat Lidia tenang terlebih dahulu, sebelum menanyakaan keadaannya.Semenjak Lidia tiba-tiba saja memeluknya tadi, Ken yakin bahwa ada yang tidak beres dengan Lidia. Apalagi keadaan Lidia yang sedikit berantakan dan juga ceroboh ini, sama sekali seperti bukan Lidia biasanya. Meskipun hanya bertemu beberapa kali, Ken sudah sangat hafal betul bagaimana Lidia.Lidia pun melepaskan pelukannya secara perlahan, lalu menarik napas leganya yang sejak

  • Towards You   15. Diserang

    “Siapa di sana?” tanya Lidia dengan nada yang sangat hati-hati.Tidak ada jawaban.Namun, Lidia tahu bahwa seirig dengan pergerekannya yang perlahan seperti saat ini, pria tersebut juga ikut bergerak. Ia terus berjalan mendekat dengan langkah lebih pelan lagi. Ia terus saja mendekat, tanpa mengeluarkan suara sedikitpun.Saat posisinya sudah benar-benar dekat, tanpa memberi celah sedikitpun Lidia langsung berbelok dengan cepat menuju ke tempat yang ia duga menjadi tempat bersembunyinya orang mencurigakan tadi.“Siapa..?” ucapnya dengan nada yang sedikit lebih keras, dan menggangtung di bagian akhirnya.Namun, saat ia melihat tempat itu, di sana tidak ada satupun orang. Hanya angin lalu yang memenuhi tempat itu. Lidia pun mengerutkan dahinya bingung, ia yakin sekali di sini tadi ada orang. Ia celingukan ke arah sekitar untuk memastikan tidak ada orang lagi selain dirinya. Dan ya, basement ini sepi, bahkan sangat sepi.

  • Towards You   14. Waspada

    “Aku baik, Paman Jo. Kalian bagaimana?” tanya Lidia kembali pada dua orang tersebut.Kira yang memang telah mengetahui bahwa mereka berdua merupakan kerabat Lidia, tidak kaget sama sekali mendengar hal tersebut. Bahkan, orang-orang di kantor ini yang telah bekerja sejak lama pasti juga telah mengetahui fakta ini.“Kami sangat baik, Lidia. Sudah lama sekali kita tidak bertemu dan berbicara, bahkan aku sempat kaget melihat semua perubahanmu ini dalam rapat pertamamu tempo hari. Kami turut bangga melihatmu,” ungkap Paman Lidia.Lidia hanya membalasnya dengan senyum manis miliknya itu.“Bu, saya akan kembali ke ruangan terlebih dahulu,” ijin Kira pergi dari tempat tersebut, karena merasa kehadirannya akan mengganggu pertemuan keluarga jauh yang telah lama tidak bertemu ini. Dan Lidia pun hanya mengengguk untuk memberikan jawaban.“Sekarang kamu tinggal di mana, Nak? Di rumahmu yang dulu?” tany

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status