Warning! Mature Content 19+
Noted : Bab ini berisi adegan 'dewasa' yang tidak cocok dibaca untuk pembaca di bawah umur. Silakan lompat ke bab selanjutnya, jikalau Anda tidak nyaman dengan bab ini ^^
Xoxo and Happy Reading!
Tubuh kekarnya mulai bergerak perlahan-lahan. Menindih tubuh ramping milik wanita yang kini menatapnya penuh pengharapan. Ia berharap, Wriston memberikan semua kenangan terbaik yang tak pernah didapat Xena dari dua mantan kekasihnya yang lampau. Pria-pria itu tewas mengenaskan. Mantan kekasihnya yang pertama, karam di tengah laut lepas. Ayahnya yang membuat hal itu bisa terjadi hanya untuk membuat Xena fokus pada Mr. Joe. Pria yang kini sudah tiada dengan mayat yang tak pantas disebut sebagai mayat manusia. Kiranya, Mr. Joe mati dengan cara yang tidak terhormat. Tubuhnya itu lebih pantas disebut sebagai bangkai.
Wriston mulai memberikan sentuhan itu. Melepaskan perlahan
A-Line Dress berwarna pekat begitu anggun membalut tubuh wanita muda yang kini menatap pantulan bayangan tubuhnya di atas cermin berbentuk persegi panjang dengan ukuran sedang yang berdiri di sudut ruangan. Sesekali tubuhnya berputar untuk memastikan bahwa ia tak keliru memakai pakian dengan sepasang Stiletto berwarna hitam legam. Penampilan yang sempurna! Seperti biasa, Alexa terlihat begitu cantik, anggun, dan mempesona. Kesan mewah selalu saja menempel di atas tubuhnya. Mau pakai baju dan dress macam apapun, Alexa akan tetap cantik dengan lukis wajah yang sempurna seperti itu. Semua mata yang memandang tak akan pernah bisa berdusta kalau Alexa bak kembang desa yang sempurna.Wanita muda itu kini meraih satu botol House of The Sillage yang ada di tengah meja. Sebuah wangi parfum kelas dunia kini mulai menari-nari di dalam lubang hidung beberapa pegawai yang ada di sisinya. Alexa menyempurnakan penampilannya dengan satu dua semprotan parfum itu. Sesekali
Warning Mature Content 19+Noted! Bab ini berisi adegan dewasa yang tidak cocok dibaca pembaca di bawah umur..Tolong pergi ke bab selanjutnya, jika Anda tidak nyaman dengan bab iniXoxo and Happy Reading, Lefkilavanta."Katakan tujuanmu datang ke sini, Luis! Kau hanya duduk dan menghabiskan wine di sana. Kau tak punya uang untuk datang ke bar atau semacamnya?" Wanita itu mendengus kesal. Ia mendorong dengan kasar pintu almari besar yang ada di depannya. Pantulan bayangan wajah dengan semburat kekesalan itu benar-benar sudah tergambar jelas di depan cermin. Ia mengatupkan bibirnya dan mengerutkan dahinya selepas menyelesaikan kalimatnya itu. Mencoba untuk membuat Luis pergi selepas satu jam membisu di tempatnya. Pemanenan yang luar biasa membuat hatinya jengkel pagi-pagi begini."Kalau membenci kedatangan diriku, mengapa membukakan pintu untukku tadi?" tanyanya dengan nada lirih. Sembari tertawa ringan, ia melirik ke arah Alice yang diam membisu di t
Senja hadir dengan sinar jingga yang agung. Langkah Harry mulai terhenti kala netranya menangkap pemandangan aneh yang ada di depannya saat ini. Kerumunan orang-orang yang ada di depannya sukses mencuri perhatian Harry. Mata pria itu menyipit dengan kerutan kening samar tanda mencoba untuk mengerti dan menyesuaikan diri dengan lingkungan barunya. Sepasang sepatu kulit berwarna cokelat pekat itu kembali mempercepat langkahnya, kiranya Harry tak mau ketinggalan topik terpanas sore ini. Di depan sana adalah rumah dari Nona Marina. Si pembawa informasi yang sudah berjanji akan menyerahkan video itu sore ini. Sembari mengemasi barang-barangnya, ia berkata akan menunggu Harry di dalam rumah itu.Namun, apa ini? Harry mulai menyadari keadaan asing di depannya. Sirene ambulan meraung-raung di udara. Kini beberapa tenaga medis keluar dari sana dan berlari menuju ke arah pintu masuk rumah Nona Marina. Harry menatapnya dengan lekat. Tak percaya, ia menghela napasnya sembari menggelengka
Harry menatap mayat yang terbujur kaku di depan matanya saat ini. Keadaan Nona Marina mengingatkan Harry pada Mr. Joe. Delapan jari jemarinya hilang dan hanya menyisakan dua jari kelingking yang manis. Tak ada luka di atas permukaan kulit jadi yang masih tersisa. Bersih juga tak ada noda yang menghiasi. Kiranya, sang pembunuh benar-benar membersihkan itu agar tak ada bercak darah yang tertinggal. Bahkan di tempat terjadinya pembunuhan tak ada barang-barang yang rusak juga geser apalagi berpindah tempat dari posisi awalnya. Semua benar-benar rapi bak seorang psikopat gila yang sudah professional dalam bidangnya. Bahkan hingga saat ini Harry belum bisa menebak siapa kiranya dalang dibalik semua pembunuhan yang sudah terjadi. Juga, apa yang menjadi alasan pembunuh itu mengambil bagian tubuh para korbannya?"Kami sudah melakukan otopsi dan penyelidikan, Mr. Harry." Seseorang menyela lamunannya. Datang menghampiri pria yang beberapa jam terakhir masih kokoh diam sembari menatap ma
Langkah kakinya tegas menapaki satu persatu ubin yang ada di bawah pijakannya. Sepasang Peep-Toe Mary Jane berwarna pekat itu menjadi navigasi utama untuk seorang pria berbadan kekar yang mengiringi perjalanan Alexa untuk sampai ke dalam ruangan tempat pesta dilaksanakan. Bukan di dalam ruang VIP tempat utama dari bangunan lantai Puncak Camaraderie. Aula yang tak kalah megahnya di lantai puncak bangunan Joy Holding's Company itu adalah tujuan utama Alexa malam ini. Di sana semua tamu undangan yang datang sudah menunggunya. Kiranya, Alexa harus menjadi tuan rumah yang baik. Ia harus terus tersenyum ramah dengan penampilan yang anggun dan sopan. Perasaan dan apapun yang terjadi hari ini, tak akan pernah bisa merusak penampilannya. Alexa bukan wanita yang lemah seperti itu."Kau boleh mengambil cuti malam ini hingga besok pagi setelah memastikan bahwa tak ada masalah apapun yang datang. Kau boleh datang ke kantor siang hari setelah jam makan siang," uca
"Jangan sebut nama itu di sini, Mr. Harry. Aku membenci Mr. Joe Franky dan kematiannya. Jujur saja, siapapun yang membunuh dan mencabut jari jemarinya adalah orang baik untukku. Jari itu sudah banyak melakukan sebuah dosa. Jari itu juga yang menjamah tubuhku dan membuatku merasa jijik hingga saat ini."Harry menajamkan pandangannya. Alexa berkata dengan penuh penekanan. Ya, itulah jawabannya! Jari Mr. Joe punya dosa di dalam hidupnya. Maka, jari jemari Mrs. Marina juga punya dosa semasa hidupnya."Kenapa menatapku begitu?" tanya Alexa padanya. Ia mulai menyentralkan fokus lensa cokelat miliknya untuk menatap pria yang ada di depannya. Alexa benar-benar tak mengerti dengan Harry malam ini. Sudah Alexa bilang jauh-jauh hari, bahkan di awal pertemuan mereka ... Puncak Camaraderie adalah impiannya. Pembangunan dan malam persemaiannya adalah akhir dari awal perjuangan Alexa untuk mengembangkan Joy Holding's Company. Namun, dengan hati yang
Ratusan lampu gantung berbentuk manik-manik kecil menciptakan sebuah atmosfer yang baik bersama dengan satu lampu gantung besar di tengah ruangan. Kesan elegan dan mewah dirasa kalau orang masuk ke dalam aula griya tawang Puncak Camaraderie ini. Ratusan lilin berjajar apik di tengah puluhan meja yang sudah ditata rapi di setiap sisi bagian ruangan membentuk lingkaran kecil yang mengelilingi satu buket bunga berukuran sedang di tengahnya. Api kecil berwarna jingga memberi kesan cantik di dalam suasana ruangan yang penuh kemewahan. Warna putih mendominasi, dengan bunga-bunga indah yang menyempurnakannya memiliki warna yang senada. Jajaran piring putih bersih ditemani sepasang sendok dan garpu juga bentuk tisu makan yang menarik mata memandang. Satu gelas Champagne flute menjadi peneman setiap jajaran piring yang ada.Alexa benar-benar menggunakan keindahan, kesan cantik, mewah, dan elegan, juga mahal untuk pestanya malam ini. Ia adalah wanita yang pandai den
Kepergian pria gempal yang ada di depannya kini menyisakan beberapa tanda tanya di dalam kepala Luis. Ia melewatkan sebuah fakta penting mengenai sang kekasih. Harry Tyler Lim bukan pengacara biasa. Ia lebih dari kata 'kondang' dan 'populer'. Harry sedikit berbahaya. Jika Luis salah melangkah dan mengangkut pautkan nama Joy Holding's Company, mungkin saja pengacara tak resmi yang bernaung di bawah asuhan Joy Group itu bisa saja mendepak posisinya dan menggorok lehernya habis. Singkatnya, Harry bukan lawan yang pas untuk Luis Ambrosius.Kini hanya tinggal Alexa dan dirinya. Wanita cantik yang baru saja memulai langkah untuk pergi menyapa satu persatu orang yang datang ke pestanya malam ini itu kembali fokus dan tak acuh dengan keberadaan Harry. Ia bahkan melupakan si bos mafia gendut yang kini berbicara intens dengan rekan kerjanya di sudut ruangan.Luis menghela napasnya kasar lalu memilih untuk mengambil satu anggur merah yang dibawakan oleh pelayang. Ia tak mau menda