"Apa jaminannya selain uang, Mr. Harry?" Wanita itu mulai membuka mulutnya. Kalimat yang mengejutkan. Harry berpikir, wanita ini hanya menjual informasinya saja. Tak peduli apa siapa dan untuk apa. Namun, ekspresi yang menyertai kalimat itu muncul dari celah bibirnya seakan berkata lain. Ia mengkhawatirkan sesuatu.
"Apa maksudmu? Kita tak akan berhubungan lagi, setelah aku membeli informasi pasal Mr. Daniel. Aku akan membayar dengan harga yang mahal, Mrs. Marina. Percayalah padaku, kau tak akan kecewa dan rugi karena ini nantinya." Harry mulai membuat kesepakatan. Ia mengeluarkan sebuah surat perjanjian dengan bubuh tanda tangan di dalamnya.
--Harry serius dengan kalimat ini. Ia benar-benar ingin segera memecahkan kasus Mr. Daniel dan bocah bernama Cristiano Bo Dalbert.
"Kau tak bisa menjamin keselamatanku nantinya?" tanya wanita itu dengan lugas. Ia menatap lekat-lekat lawan bicara.
Harry masih memutuskan untuk diam tak bersuara. Pria itu memandang denga
"Besok malam adalah peresmian Puncak Camaraderie, aku tak ingin ada hama yang merusak. Sekecil apapun debunya, maka harus disingkirkan dan dimusnahkan. Kembang api di langit malam besok malam harus menjadi pusat perhatian untuk semua mata yang memandang." Kalimat perintah itu tegas ia berikan untuk semua pekerja yang ada di dalam ruangannya. Camaraderie hampir rampung. Teknologi luar biasa yang ada di dalam bangunan ini akan menjadi trending topik setelah Alexa mengumumkannya pada dunia. Telinga yang mendengar dan mata yang memandang, akan terkesima dan terpesona dengan apa yang ada di dalam ruangan ini.Camaraderie dibangun dengan penuh ketelitian. Setiap ornamen dan ukiran yang ada di sudut ruangan didesain langsung oleh pelukis ternama di Kota London. Tata bangunan yang elegan dengan satu lampu gantung besar diimpor lagi dari negara besar di dunia. Ada satu hal yang menarik di dalam bangunan Camaraderie, artificial intelligence namanya. Tata ruangan yang rapi, minimalis, t
Pagi datang bersama sinar yang sedikit bersahabat, tetap kokoh meksipun tak bisa benar-benar menghangatkan tubuh di musim seperti ini. Undangan yang tersebar menjadi berita panas penyambut pagi. Nama Joy Holding's Company digembor-gemborkan hingga menjadi pusat perhatian untuk semua orang yang membuka saluran televisi, internet, juga media sosial. Wajah cantik Sherina Alexander Lansonia terpampang nyata di depannya saat ini. Ia bukan sedang berada di dalam rumah. Pagi ini, ia membuka mata dengan sebuah pesan yang menyambut dirinya untuk segera dibaca. Seorang pria mengiriminya pesan singkat, katanya hari ini ia akan mencari sebuah tempat tinggal untuknya menatap selamanya di London. Bukan lagi apartemen atau hotel mewah seperti yang sedang ia tempati satu minggu terakhir ini.Wriston Ximon Leonardus menjadi agenda pertama untuk Xena Alodie Shan. Pria itu meminta Xena untuk datang ke dalam hotel tempatnya menginap, alasannya sebab ia meminta bantuan untuk mengemasi barang-bara
Warning! Mature Content 19+ Noted : Bab ini berisi adegan 'dewasa' yang tidak cocok dibaca untuk pembaca di bawah umur. Silakan lompat ke bab selanjutnya, jikalau Anda tidak nyaman dengan bab ini ^^Xoxo and Happy Reading!"Xena ... good morning!" Seseorang menyambut dirinya selepas ia memutuskan untuk berjalan masuk ke dalam ruang kamar. Pria berbadan kekar yang duduk di atas kursi dengan menu hidangan makan pagi yang khas. Uniknya, ia sedang bertelanjang dada saat ini. Jika saja celana pendek itu tak membungkus badannya, maka Xena akan melihat tubuh Wriston tanpa sehelai kain yang menutupinya.Xena terdiam sejenak. Dada berbulu itu sejenak menyita perhatiannya. Wanita muda itu sesekali mengerjap-ngerjapkan matanya sebab tak bisa menerima pemandangan aneh ini begitu saja. Wriston mengejutkan dirinya!"Oh! Good morning." Ia akhirnya menjawab. Kalimatnya sedikit terbata-bata dengan arah tatapan bola mata yang tak terarah p
Warning! Mature Content 19+Noted : Bab ini berisi adegan 'dewasa' yang tidak cocok dibaca untuk pembaca di bawah umur. Silakan lompat ke bab selanjutnya, jikalau Anda tidak nyaman dengan bab ini ^^Xoxo and Happy Reading!Tubuh kekarnya mulai bergerak perlahan-lahan. Menindih tubuh ramping milik wanita yang kini menatapnya penuh pengharapan. Ia berharap, Wriston memberikan semua kenangan terbaik yang tak pernah didapat Xena dari dua mantan kekasihnya yang lampau. Pria-pria itu tewas mengenaskan. Mantan kekasihnya yang pertama, karam di tengah laut lepas. Ayahnya yang membuat hal itu bisa terjadi hanya untuk membuat Xena fokus pada Mr. Joe. Pria yang kini sudah tiada dengan mayat yang tak pantas disebut sebagai mayat manusia. Kiranya, Mr. Joe mati dengan cara yang tidak terhormat. Tubuhnya itu lebih pantas disebut sebagai bangkai.Wriston mulai memberikan sentuhan itu. Melepaskan perlahan
A-Line Dress berwarna pekat begitu anggun membalut tubuh wanita muda yang kini menatap pantulan bayangan tubuhnya di atas cermin berbentuk persegi panjang dengan ukuran sedang yang berdiri di sudut ruangan. Sesekali tubuhnya berputar untuk memastikan bahwa ia tak keliru memakai pakian dengan sepasang Stiletto berwarna hitam legam. Penampilan yang sempurna! Seperti biasa, Alexa terlihat begitu cantik, anggun, dan mempesona. Kesan mewah selalu saja menempel di atas tubuhnya. Mau pakai baju dan dress macam apapun, Alexa akan tetap cantik dengan lukis wajah yang sempurna seperti itu. Semua mata yang memandang tak akan pernah bisa berdusta kalau Alexa bak kembang desa yang sempurna.Wanita muda itu kini meraih satu botol House of The Sillage yang ada di tengah meja. Sebuah wangi parfum kelas dunia kini mulai menari-nari di dalam lubang hidung beberapa pegawai yang ada di sisinya. Alexa menyempurnakan penampilannya dengan satu dua semprotan parfum itu. Sesekali
Warning Mature Content 19+Noted! Bab ini berisi adegan dewasa yang tidak cocok dibaca pembaca di bawah umur..Tolong pergi ke bab selanjutnya, jika Anda tidak nyaman dengan bab iniXoxo and Happy Reading, Lefkilavanta."Katakan tujuanmu datang ke sini, Luis! Kau hanya duduk dan menghabiskan wine di sana. Kau tak punya uang untuk datang ke bar atau semacamnya?" Wanita itu mendengus kesal. Ia mendorong dengan kasar pintu almari besar yang ada di depannya. Pantulan bayangan wajah dengan semburat kekesalan itu benar-benar sudah tergambar jelas di depan cermin. Ia mengatupkan bibirnya dan mengerutkan dahinya selepas menyelesaikan kalimatnya itu. Mencoba untuk membuat Luis pergi selepas satu jam membisu di tempatnya. Pemanenan yang luar biasa membuat hatinya jengkel pagi-pagi begini."Kalau membenci kedatangan diriku, mengapa membukakan pintu untukku tadi?" tanyanya dengan nada lirih. Sembari tertawa ringan, ia melirik ke arah Alice yang diam membisu di t
Senja hadir dengan sinar jingga yang agung. Langkah Harry mulai terhenti kala netranya menangkap pemandangan aneh yang ada di depannya saat ini. Kerumunan orang-orang yang ada di depannya sukses mencuri perhatian Harry. Mata pria itu menyipit dengan kerutan kening samar tanda mencoba untuk mengerti dan menyesuaikan diri dengan lingkungan barunya. Sepasang sepatu kulit berwarna cokelat pekat itu kembali mempercepat langkahnya, kiranya Harry tak mau ketinggalan topik terpanas sore ini. Di depan sana adalah rumah dari Nona Marina. Si pembawa informasi yang sudah berjanji akan menyerahkan video itu sore ini. Sembari mengemasi barang-barangnya, ia berkata akan menunggu Harry di dalam rumah itu.Namun, apa ini? Harry mulai menyadari keadaan asing di depannya. Sirene ambulan meraung-raung di udara. Kini beberapa tenaga medis keluar dari sana dan berlari menuju ke arah pintu masuk rumah Nona Marina. Harry menatapnya dengan lekat. Tak percaya, ia menghela napasnya sembari menggelengka
Harry menatap mayat yang terbujur kaku di depan matanya saat ini. Keadaan Nona Marina mengingatkan Harry pada Mr. Joe. Delapan jari jemarinya hilang dan hanya menyisakan dua jari kelingking yang manis. Tak ada luka di atas permukaan kulit jadi yang masih tersisa. Bersih juga tak ada noda yang menghiasi. Kiranya, sang pembunuh benar-benar membersihkan itu agar tak ada bercak darah yang tertinggal. Bahkan di tempat terjadinya pembunuhan tak ada barang-barang yang rusak juga geser apalagi berpindah tempat dari posisi awalnya. Semua benar-benar rapi bak seorang psikopat gila yang sudah professional dalam bidangnya. Bahkan hingga saat ini Harry belum bisa menebak siapa kiranya dalang dibalik semua pembunuhan yang sudah terjadi. Juga, apa yang menjadi alasan pembunuh itu mengambil bagian tubuh para korbannya?"Kami sudah melakukan otopsi dan penyelidikan, Mr. Harry." Seseorang menyela lamunannya. Datang menghampiri pria yang beberapa jam terakhir masih kokoh diam sembari menatap ma